NovelToon NovelToon
Loving You Till The End

Loving You Till The End

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Tujuannya untuk membalas dendam sakit hati 7 tahun lalu justru membuat seorang Faza Nawasena terjebak dalam pusara perasaannya sendiri. Belum lagi, perasaan benci yang dibawa Ashana Lazuardi membuat segalanya jadi semakin rumit.

Kesalahpahaman yang belum terpecahkan, membuat hasrat balas dendam Faza semakin menyala. Ashana dan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut, tak memiliki pilihan selain berkata 'ya' pada kesepakatan pernikahan yang menyesakkan itu.

Keduanya seolah berada di dalam lingkaran api, tak peduli ke arah mana mereka berjalan, keduanya akan tetap terbakar.

Antara benci yang mengakar dan cinta yang belum mekar, manakah yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LYTTE 28 — Drunk

“Bulan madu? Kau sudah menikah?” tanya Indira penasaran. Selama beberapa saat ia memusatkan perhatiannya pada Faza.

Faza berdecak, Ah sial, apa yang aku katakan barusan, matilah aku. Ck!

Pria itu terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Sebenarnya … “

“Sebenarnya apa? Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Katakan, Faza.” Kedua mata Indira tampak memicing.

Faza menggeleng pelan lalu berkata, “Tidak, aku tidak berniat menyembunyikannya darimu, aku hanya … mencari waktu yang tepat.”

“Oh, begitu? Mungkin inilah saat yang tepat,” kata Indira, matanya tak lepas memerhatikan setiap gerak-gerik pria itu. “Jadi? Kau sudah menikah? Dengan siapa?”

Alih-alih menjawab, ia justru berjalan ke tepi jendela sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

Sementara di tempat duduknya, Indira berdecak sebal. “Ayolah, Faza, aku tidak sesabar yang kau pikir,” desak Indira makin geram dengan sikap Faza yang terlalu mengulur-ulur waktu.

“Aku takut jika aku mengatakannya maka kau akan terkena serangan jantung,” kata Faza asal dan membuat Indira jengah.

“Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu. Tunggu dulu … melihat gelagatmu sekarang mungkinkah kau … “ tebak Indira sengaja menggantung ucapannya.

Faza menoleh sesaat lalu kembali menatap pemandangan di depannya, “Benar, Ashana Lazuardi. Aku menikahinya tepat sebelum kau menikah.”

Indira terkejut bukan main, bahkan cangkir kopi yang tadi dipegangnya jatuh seketika, meluncur ke bawah, menciptakan kepingan-kepingan kecil beserta tumpahan setelahnya.

“Apakah aku tidak salah dengar? Kau sebut nama siapa tadi?” tanya Indira seolah tak yakin dengan pendengarannya sendiri.

Faza hanya mengedikkan bahu, pemandangan di depannya jelas lebih menarik ketimbang melihat Indira yang bereaksi berlebihan atas ucapannya.

“Tunggu dulu … jika aku tak salah ingat, bukankah kau sangat membencinya?” Indira menatap punggung tegap Faza, berharap pria itu menatapnya dan memberinya sebuah jawaban yang memuaskan. Namun, Faza justru bergeming di tempatnya.

“Bukankah kau bilang ingin membalas dendam padanya?”

“Benar,” jawab Faza singkat tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun. “Sekarang aku sedang melakukannya.”

“Dengan menikahinya? Apa kau lupa dengan apa saja yang telah ia lakukan padamu, Faza?” Indira terus saja bertanya. "Apa kau lupa bahwa dia telah menghancurkan kepercayaanmu, kehormatanmu dan bahkan keluargamu?"

“Tidak, aku tidak akan pernah melupakannya, Ind. Tapi agaknya aku juga harus mengingatkanmu satu hal,” ucap Faza serius.

“Apapun yang aku lakukan, tidak ada kaitannya dengan dirimu. Aku harap kau mulailah fokus pada pernikahanmu saja. Ingat, kau sudah berjanji padaku.” Faza menoleh ke arah Indira tanpa membalikkan tubuhnya.

Mendengar nada tegas itu, Indira akhirnya mengangguk dengan sedikit tertunduk. “Maaf, aku pasti akan menuruti semua perkataanmu dan menepati janjiku padamu.”

“Aku senang mendengarnya.” Faza beranjak dari tepi jendela untuk kembali duduk di meja kerjanya.

Mencoba untuk tidak memedulikan keberadaan Indira di sana dan mulai kembali fokus memerhatikan grafik saham yang terpampang di layar monitor besar di depannya.

“Tapi aku masih penasaran dengan satu hal.” Indira kembali membuka suara, rasa penasarannya ternyata lebih besar dari yang Faza duga.

“Mengapa Ashana setuju untuk menikah denganmu? Bukankah dia juga membencimu untuk alasan yang tidak jelas?” tanya Indira.

Ia masih tak percaya bahwa pria yang pernah dicintainya sekian tahun itu menikahi mantan kekasihnya. Mantan kekasih yang Indira tahu dibencinya setengah mati.

Faza berdecak pelan, mengalihkan perhatiannya sesaat dan kembali menatap Indira. “Perusahaan Danendra mengalami krisis, aku memanfaatkan hal itu untuk mendesaknya.”

“Dan kau berhasil menjebaknya,” sindir Indira yang justru membuat Faza tersenyum lebar.

“Aku juga tidak menduganya, semesta memang sedang berpihak padaku kali ini,” ucap Faza tanpa rasa bersalah. Kebencian Faza terhadap Danendra sepertinya masih mengakar kuat di dalam hati.

Alih-alih ikut bangga, Indira justru tersenyum getir. Melihat ambisi Faza untuk membalas dendam membuat Indira sedikit sedih. Betapa kebencian bisa merubah seseorang secara drastis dan menyeramkan.

“Aku yakin dia tak memiliki pilihan lain waktu itu. Tapi, Faza … apakah kau pernah mempertimbangkan perasaanmu sendiri?”

Pertanyaan dari Indira itu, sukses membuat senyum Faza memudar seketika. Perasaan? Perasaan apa? Aku sudah tak memiliki perasaan apapun kecuali kebencian.

“Tentu saja, aku membencinya seumur hidup,” sahut Faza datar. Ia mengalihkan pandangannya ke depan layar.

“Tidak, kau tidak akan membencinya terlalu lama.” Indira beranjak dari duduknya, mendekati jendela seperti yang dilakukan Faza sebelumnya.

Faza mengernyit, tak sepenuhnya mengerti dengan apa yang dikatakan Indira. Ia hanya bisa memandangi punggung perempuan itu dari tempat duduknya sambil berharap Indira akan memberinya penjelasan.

“Hati itu sangat rapuh, Faza. Kau bisa saja membencinya tujuh tahun lalu dan sekarang, tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa kau akan mencintainya sekali lagi,” kata Indira panjang.

Sementara itu, Faza mematung di tempatnya. Mendengar kalimat yang diucapkan Indira, membuat keraguan itu kembali.

“Bagaimana jika tenyata kau tidak pernah membencinya? Bagaimana jika yang ada di dalam hatimu selama ini hanyalah perasaan tidak puas karena kau tidak dapat memiliki Ashana sepenuhnya? Bagaimana jika—”

“Cukup!” seru Faza memotong ucapan Indira. “Cukup. Indira, aku tidak mau mendengar apapun lagi, hentikan dugaan konyolmu itu!”

Indira justru mendekati meja kerja Faza, menatap Faza dengan lekat. “Bagaimana jika kau ternyata hanya paham selama ini?” kata Indira telak, tepat menohok hati Faza yang rentan.

Faza terbelalak, “Salah paham?”

***

Vanya berjalan mondar-mandir di ruang tamu, cemas menantikan kepulangan sang kakak. Ia harus memberitahu fakta yang baru saja didapatnya tadi sore.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun belum ada tanda-tanda kakaknya itu akan pulang. Padahal, Albert sudah memberitahunya bahwa Faza meninggalkan kantor sejak jam sembilan.

“Kakak pergi ke mana sebenarnya? Kenapa belum pulang juga? Perjalanan dari kantor ke rumah kan tidak sejauh itu.”

Vanya semakin merasa cemas saat ponsel sang kakak bahkan tak bisa dihubungi, tak biasanya Faza mematikan ponselnya secara sengaja seperti ini.

Lima belas menit yang terasa lama bagi Vanya saat akhirnya suara pintu utama diketuk. Dengan cepat gadis itu membukanya, berharap sang kakak-lah yang ada di balik pintu.

“Apakah ini benar rumah Pak Faza Nawasena?” tanya salah seorang pria yang sepertinya adalah sopir taksi. “Maaf, tapi saya hanya ingin memastikan bahwa alamat yang saya tuju sudah benar,” tambahnya lagi.

Sang satpam hanya menatapnya singkat. “Pak Faza sepertinya mabuk berat,” kata sang satpam yang dengan sigap membantu sopir taksi tadi untuk memapah Faza ke depan pintu.

Indira pun meminta kedua pria itu untuk meletakkan Faza di sofa. Kemudian berterimakasih pada sang sopir setelah memberinya uang tip tambahan.

“Terimakasih, Pak. Bapak bisa kembali, biar saya yang urus sisanya.” Sang satpam pun kembali ke tempatnya untuk menjaga gerbang.

Dengan dibantu Luna, Vanya membaringkan tubuh Faza di sofa ruang tamu. Dalam keadaan setengah sadar, Faza terus meracau dan menyebut nama Ashana berkali-kali.

“Tolong ambilkan air putih dan kompres,” pinta Vanya. Luna langsung bergegas ke dapur.

“Ashana … kau di mana? Kenapa kau meninggalkanku,” racau Faza. Matanya terpejam, tapi tangannya bergerak-gerak mencapai udara.

Melihat kondisi sang kakak yang berantakan dan kacau seperti itu, Vanya jadi sedih. “Kenapa kau jadi seperti ini, Kak?” gumamnya. Jujur saja, Vanya merasa bingung sekarang ini, apa yang harus dilakukannya?

Vanya berpikir keras, ia tak tahu bagaimana cara menghadapi orang yang mabuk berat. Ia tahu bahwa di tanggal tertentu, kakaknya kadang-kadang akan menghabiskan waktu untuk minum-minum, tapi masih dalam batas wajar. Tidak separah seperti sekarang.

“Jangan … jangan tinggalkan aku … jangan,” racaunya tak jelas.

Vanya semakin bingung, hanya satu nama yang ia pikirkan. “Haruskah aku memanggil Kak Ashana ke sini?”

*****

NOTE!

Author tidak pernah membenarkan tindakan mabuk-mabukan, selain berbahaya bagi kesehatan tubuh, minuman keras tidak dianjurkan diminum dalam batas yang berlebihan. Apalagi untuk anak-anak di bawah umur, perempuan, ibu hamil, dll.

Please, mendingan kita minum teh pucuk aja, ya.

Author harap readers akan bijak dalam menyikapi bacaan semacam ini dan tidak ikut-ikutan. Hati-hati!

Sebotol minuman bisa membuatmu sempoyongan, tapi kalau sebotol susu kayaknya enggak 😮💨

1
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ Apri_Zyan🦀🐧🧸
ahay ahay... jawab aja" iya" sambil manggut dong Albert
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
salah paham yg berkepanjangan 😮‍💨
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Teh pucuk ada ulatnya thor, mending ngopi😃
〈⎳Mama Mia
yodah kirim sini susunya
〈⎳Mama Mia: rasah tuku enek ora?
HK: Rasa apa Mak? Rasa yg pernah singgah atau rasa yg hampir sirna? 😳
total 2 replies
〈⎳Mama Mia
katanya dah lepas dari minuman k
luknut. ketemu indiana jones sekali langsung teler . huuhhhhh
HK: Gara-gara si annu ini Mak 😤
total 1 replies
〈⎳Mama Mia
nah good good itu . awas aja sampek jamu menye2 sam si iind itu. tak slepet kowe
〈⎳Mama Mia: emohh. ula huyan/Facepalm//Facepalm/
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧: Pek en mak si pasa, jangan menye-menye 🤣🤣🤣
total 8 replies
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ashana mantan Faza atau cinta belum tersampaikan ya
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ: Aku gak punya mantan kak
HK: Mantan terindah, Umm 🤧
total 2 replies
EsTehPanas SENJA
si Indira ini model provokator rupanya ...weh weh weh .. bahaya ini dia
HK: Yang begini enaknya diapain ya?
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Sudah,dengan mantan 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ: asyik 🤭
HK: Hihihi, nanti kits bikin chap khusus hanimun si Faza sama Ashana 😮💨
total 2 replies
EsTehPanas SENJA
3 bulan itu bisa ketinggalan banyak gosip lho ses... percaya deh ses 😌😶
HK: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
HK: Namanya juga Faza, kudu dipentung reader dulu baru dia bisa sadar
total 1 replies
〈⎳Mama Mia
sukurrrrr
〈⎳Mama Mia
enak amat punya teman km ginj
〈⎳Mama Mia
sapa lagi tuh
〈⎳Mama Mia: iya lah, jan sampe gorila masuk rumah asyana. bisa kabur dia /Facepalm//Facepalm/
HK: Orang, Mak 😳
total 2 replies
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenangan dengan orang-orang yg kita cintai tidak mudah untuk dilupakan begitu saja walaupun sudah puluhan tahun terlewati
EsTehPanas SENJA
nah nah nah .... apa? masih cinta? 😳😧
EsTehPanas SENJA
hmmmm bapake ashana penyebabnya... 😳
〈⎳Mama Mia
sopo maneh sehhh
〈⎳Mama Mia
Si Asih tenar banget yakk /Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!