NovelToon NovelToon
The Secret Behind Love

The Secret Behind Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: jhnafzzz

"The Secret Behind Love." adalah sebuah cerita tentang pengkhianatan, penemuan diri, dan pilihan yang sulit dalam sebuah hubungan. Ini adalah kisah yang menggugah tentang bagaimana seorang wanita yang bernama karuna yang mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan nya, mencari jalan menuju kebahagiaan sejati, dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang.

Semenjak perceraian dengan suaminya, hidup karuna penuh dengan cobaan, tapi siapa sangka? seseorang pria dari masa lalu karuna muncul kembali kedalam hidupnya bersamaan setelah itu juga seorang yang di cintai nya datang kembali.

Dan apakah Karuna bisa memilih pilihan nya? apakah karuna bisa mengendalikan perasaan nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jhnafzzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Gedung.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Undangan pernikahan sudah disebarkan ke keluarga, teman-teman dekat, dan kolega Dirga. Karuna, yang awalnya merasa canggung dengan semua persiapan ini, perlahan mulai terbiasa.

Setiap hari, rumah kecilnya terasa lebih sibuk. Ada kurir yang mengantar beberapa barang, mulai dari keperluan kecil hingga keperluan lainnya. Dirga juga hampir setiap malam mampir untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana, meskipun dia sendiri sibuk dengan pekerjaan dan urusan lain.

Di sela-sela kesibukan itu, Karuna tetap menjalani rutinitas seperti biasa. Mengantar dan menjemput Ethan ke sekolah, memastikan anak itu tetap merasa diperhatikan meskipun ada banyak hal yang sedang ia urus. Dirga pun tak lupa meluangkan waktu untuk bermain dengan Ethan setiap kali datang, membuat suasana di rumah kecil mereka selalu hangat.

“Empat hari lagi, Na,” kata Dirga suatu malam sambil duduk di sofa kecil Karuna, menyeruput teh hangat yang disiapkan olehnya.

Karuna yang duduk di sebelahnya, hanya bisa tersenyum kecil sambil melipat beberapa pakaian Ethan. “Iya, nggak nyangka ya, secepet ini waktunya.”

Dirga menatapnya dengan serius. “Kamu udah siap? Nggak ada yang bikin kamu ragu?”

Karuna berhenti sejenak, menatap Dirga dengan mata lembut. “Aku mungkin masih sedikit gugup, tapi aku nggak ragu. Kamu selalu bikin aku yakin, Dir.”

Dirga tersenyum lega, lalu mengacak rambut Karuna dengan lembut. “Aku juga nggak sabar. Empat hari lagi, kamu bakal resmi jadi istri aku.”

Karuna tertawa kecil, menepis tangan Dirga. “Ih jangan pegang-pegang dulu, belum sah,” ucapnya sambil bercanda.

Mereka berdua tertawa, sementara Ethan yang sudah tertidur di kamar tidak tahu betapa besar perubahan yang menanti dalam hidup kecilnya.

Kini, Karuna hanya bisa berharap hari besarnya nanti berjalan lancar tanpa hambatan. Di dalam hatinya, ada rasa haru sekaligus bahagia yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia hanya tahu, empat hari lagi, kehidupannya akan berubah untuk selamanya.

Keesokan paginya, setelah mengantar Ethan ke sekolah, Dirga menoleh ke arah Karuna yang duduk di sampingnya. “Karuna, aku mau ajak kamu ke tempat gedung pernikahan kita. Mau lihat?” tanyanya santai sambil memutar kemudi.

Karuna langsung menoleh. “Hah? Sekarang? Emang udah selesai dekorasinya?”

“Belum sih, tapi aku pengen kamu lihat progress-nya. Siapa tahu kamu mau nambahin sesuatu. Ayo lah, cuma sebentar,” jawab Dirga dengan nada santai tapi penuh antusias.

Karuna akhirnya mengangguk. “Yaudah, tapi jangan lama-lama ya. Nanti aku harus jemput Ethan.”

Dirga tersenyum puas, menambah kecepatan mobil sedikit, menuju gedung pernikahan mereka. Setelah beberapa menit perjalanan, mereka sampai di lokasi. Sebuah gedung besar dengan arsitektur modern berdiri megah, dikelilingi taman hijau yang luas.

“Ini dia,” kata Dirga sambil memarkir mobil. Ia keluar lebih dulu, membuka pintu untuk Karuna.

Karuna melangkah keluar, memandangi gedung itu dengan kagum. “Ini tempat nya..?” tanyanya sambil berjalan mendekati pintu masuk.

“Iya. Ayo, aku tunjukin dalamnya,” ujar Dirga sambil menggandeng tangannya.

Begitu masuk, Karuna langsung terpesona dengan dekorasi yang sedang dikerjakan. Lampu gantung kristal sudah terpasang di langit-langit, sementara beberapa pekerja sedang menata bunga dan kain berwarna pastel di dinding. Di sudut ruangan, ada panggung kecil dengan kursi pelaminan yang belum selesai dihias, tapi sudah terlihat mewah dengan sentuhan gaya fairy yang elegan.

“Wah, ini cantik banget, Dirga,” ucap Karuna sambil melangkah lebih jauh ke tengah ruangan. Ia memandangi setiap sudut dengan mata berbinar. “Ini konsep yang aku pilihkan? terus kamu tambah style fairy gitu?”

Dirga mengangguk dengan bangga. “Iya, aku pengen sesuatu yang nggak terlalu formal, tapi tetap elegan. Sesuatu yang bikin kamu merasa kayak di negeri dongeng.”

Karuna tersenyum, hatinya terasa hangat. Ia memutar tubuh perlahan, membayangkan ruangan ini dipenuhi dengan tamu undangan dan dirinya berjalan di altar.

“Gimana? Kamu suka?” tanya Dirga sambil mendekat, memperhatikan ekspresi Karuna.

“Suka banget,” jawab Karuna jujur. “Tapi kayaknya ini makan modal banyak deh.”

Dirga menghela napas pelan, lalu menggenggam tangan Karuna. “Na, denger ya. Kamu pantas dapat yang terbaik. Ini semua nggak cuma buat aku, tapi buat kita. Aku pengen hari itu jadi momen yang nggak bakal kamu lupakan seumur hidup.”

Karuna menunduk, tersentuh oleh kata-katanya. “Makasih, Dirga. Aku beruntung banget ketemu kamu.”

Dirga tersenyum, lalu menunjuk ke arah panggung pelaminan. “Nah, kalau kamu ada ide tambahan, bilang aja. Mau bunga lain, warna kain beda, apa pun deh.”

Karuna menggeleng sambil tersenyum. “Aku rasa udah sempurna. Aku nggak mau ngerusak rencana kamu.”

Dirga tertawa kecil. “Yaudah, kalau gitu tinggal tunggu hari H. Jangan sampai lupa latihan jalan ya, biar nggak jatuh pas pakai gaun.”

Karuna mencubit lengan Dirga dengan sedikit kesal. “Ih, kamu nyindir aku!”

Mereka berdua tertawa bersama, menikmati momen singkat itu di tengah kesibukan menjelang hari besar mereka. Karuna merasa semakin yakin, bahwa Dirga adalah pilihan yang tepat untuknya.

Karuna melangkah pelan menuju area tempat para tamu akan duduk. Matanya menyapu pemandangan meja-meja kaca yang sudah tertata rapi di ruangan itu. Meja-meja tersebut memancarkan kesan elegan dengan desain minimalis namun mewah.

Setiap meja didekorasi dengan kain berwarna pastel lembut, dihiasi vas kaca kecil berisi bunga putih dan pink yang segar. Tepat di tengah-tengah meja, ada lampu kecil berbentuk lentera dengan cahaya remang-remang yang menciptakan suasana hangat dan romantis. Cahaya lampu itu memantul indah di permukaan meja kaca, membuat semuanya terlihat seperti di negeri dongeng.

"Wow... Ini cantik banget," bisik Karuna pada dirinya sendiri, hampir tak percaya kalau ini semua disiapkan untuk hari besarnya bersama Dirga. Ia membelai lembut permukaan salah satu meja, merasakan betapa sempurna detail yang direncanakan.

Dirga, yang berjalan di belakangnya, tersenyum melihat Karuna begitu terpesona. "Gimana? Sudah sesuai ekspektasi, atau aku harus ubah lagi?" tanyanya sambil memasukkan tangannya ke saku.

Karuna menoleh, senyum kecil tersungging di bibirnya. "Nggak usah diubah. Ini lebih dari cukup, Dirga. Aku nggak pernah kebayang kalau dekorasinya bisa sebagus ini."

Dirga tertawa ringan. "Bagus kalau kamu suka. Aku cuma pengen setiap tamu yang datang nanti tahu, kalau pasangan pengantinnya ini istimewa banget."

Karuna menggeleng sambil tersipu. Ia kemudian melangkah lebih jauh, memandangi susunan kursi di sekitar meja-meja itu. Kursi-kursi tersebut dihias dengan kain putih dan pita emas yang diikat rapi di bagian sandarannya. Di setiap kursi juga ada kartu kecil dengan tulisan nama tamu yang diukir elegan.

"Coba lihat ini," kata Karuna sambil mengambil salah satu kartu nama tamu. Ia membacanya pelan, "Bapak dan Ibu Andhika... Bahkan kartu tamunya aja kelihatan mahal."

"Harus dong," balas Dirga sambil mendekat. "Kamu tau kan, kita nggak bakal nikah dua kali. Jadi aku pastiin semuanya sempurna buat kamu."

Karuna tertawa kecil, merasa geli dengan keseriusan Dirga. "Kamu nggak takut kalau aku terlalu terbiasa dimanjain kayak gini?"

Dirga mengangkat bahu santai. "Justru itu tujuanku. Aku pengen kamu nggak pernah lupa, kalau aku bakal selalu ada buat manjain kamu. Selamanya."

Kata-kata Dirga membuat Karuna terdiam sejenak, hatinya berdebar lembut. Ia tahu, di balik semua kesibukan dan persiapan yang terlihat megah ini, ada ketulusan Dirga untuk membuatnya bahagia.

Karuna kembali melihat ke arah meja-meja itu. Dalam pikirannya, ia membayangkan tamu-tamu yang akan duduk di sana, berbincang sambil menikmati suasana malam hari yang diterangi lampu-lampu temaram. Ia bisa membayangkan Ethan yang akan berlarian kecil dengan senyuman lebar, sementara ia dan Dirga berdiri di pelaminan, menerima doa-doa dari semua orang yang mereka cintai.

"Aku nggak tahu harus bilang apa lagi, Dirga," ucap Karuna pelan, menatap pria itu dengan mata penuh rasa syukur.

Dirga tersenyum, mendekat dan menggenggam tangan Karuna dengan lembut. "Aku udah pernah bilang, karuna. Bilang aja kalau kamu siap jadi istriku. Itu udah lebih dari cukup."

1
Santi Husain
Buruk
Kei Kurono
merasa terhubung dengan tokoh-tokoh dalam cerita.
Alhida
Terpesona☺️
Alucard
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!