NovelToon NovelToon
Selalu Salah Pilih Suami

Selalu Salah Pilih Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Selingkuh / Cerai / Pelakor
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.


Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.


Terima kasih untuk semua support kalian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34

"Bangsaaaat! Jangan sentuh dia!!" teriak John.

John dan Sari terkejut serta merasa marah dengan apa yang mereka lihat. Daniel dengan posisi tanpa atasan berada di atas tubuh Lizda, sedangkan Lizda terikat dalam kondisi tidak sadar. John langsung menghentikan Daniel, sedangkan Sari mendekati Lizda.

"Lizz! Bangun, kita ada di sini. Kamu sudah baik-baik saja sekarang." Sari mengusap-usap pipi Lizda agar segera sadar. Matanya perlahan terbuka, sorot wajahnya bingung karena dia berada di hotel dan di kerumuni oleh banyak orang.

Buk!

"Itu balasan untukmu yang belum seberapa dariku!" pukulan keras menghantam wajah tampan Daniel.

Daniel tidak melawan dia justru menunjukan senyuman di wajanya, tapi keamanan hotel berhasil menenangkannya dan menyeret Daniel turun keluar dari hotel. Sari mengikuti manager hotel turun bersama Daniel untuk memastikan laki-laki brengsek itu tidak mendekati Lizda lagi.

Lizda berada di kamar bersama John dengan napasnya yang masih terengah-engah, menatap John yang berdiri di depannya, matanya penuh keprihatinan dan kecemasan. “Kamu... kamu tidak harus melakukan ini. Kamu bisa pergi, John."

John menggelengkan kepala, langkahnya mantap mendekati Lizda. “Lizda, kamu tidak sendirian. Ini bukan urusanmu lagi. Daniel sudah melampaui batas.”

Dia meraih tangan Lizda, menggenggamnya erat. “Kamu aman sekarang. Aku akan melindungimu.”

Namun, hati Lizda terasa berat. Keberadaan John membuatnya merasa lebih aman, tetapi hatinya tak bisa lepas dari bayangan Daniel—suami yang pernah dia cintai, meski kini hanya meninggalkan luka dan rasa takut.

"Istirahatlah, aku akan turun memastikan dia sudah pergi dan menyuruh Sari untuk menemanimu."

.

.

Beberapa saat kemudian.

Lizda duduk di ujung tempat tidur hotel, kepalanya tertunduk, memandangi jemarinya yang terikat erat dengan tali yang telah dilepas John beberapa jam sebelumnya. Suasana hening menyelimuti ruangan, kecuali deru napasnya yang berat.

"Apa selamanya aku akan di hantui oleh bayang-bayangnya?" gumam Lizda, wajah Daniel kembali menghantui pikirannya.

Saat Lizda masih tenggelam dalam pikirannya, pintu kamar hotel itu diketuk keras, membuat jantungnya melonjak. "Lizda?” suara Sari terdengar cemas. Rupanya itu Sari, Lizda berjalan membuka pintu dan memeluk sahabatnya itu.

Sari mengangkat wajah Lizda. "Kamu baik-baik saja?"

“Aku... aku tidak tahu lagi, Sari.” Suaranya nyaris tak terdengar. “Aku tidak tahu harus merasa apa lagi.”

"Tenanglah, semuanya sudah selesai. John, aku yakin dia akan terus melindungimu," jawab Sari.

John selalu ada di sampingnya, melindunginya, bahkan ketika ia merasa paling rapuh. Tapi, apakah itu cukup untuk menyebutnya cinta? Atau apakah ia hanya mencari pelarian dari bayang-bayang Daniel yang terus mengejarnya?

Tiba-tiba suara derap langkah terdengar di luar kamar hotel. Lizda menegang, dan Sari juga menyadari perubahan itu. “Siapa itu?” bisik Sari, namun Lizda hanya bisa menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu, Sari. Mungkin saja John tadi dia bilang akan turun sebentar menemuimu."

Pintu hotel terdorong, karena posisi belum tertutup sempurna.

“Lizda...” Suara itu sangat tenang, namun membawa aura ancaman yang tak terbantahkan. Lizda menatap Sari dengan penuh ketakutan.

Daniel berdiri di pintu, wajahnya tidak tampak seperti orang yang baru saja kalah. Ia tersenyum, namun senyum itu terasa dingin, seperti pisau yang siap menusuk. Dia menggunakan baju berbeda serta topi dan masker, seperti maling yang menyelinap.

“Kamu pikir kamu bisa lari dariku?” Daniel melangkah masuk, tidak memperdulikan Sari yang berdiri di dekat Lizda.

“Kau pikir John bisa menyelamatkanmu dari aku? Kau salah, Lizda. Kamu takkan pernah bebas dari aku.”

Sari langsung berdiri, menempatkan dirinya di depan Lizda. “Daniel, jangan macem-macem! Kamu sudah cukup! Jangan buat aku marah!”

Daniel hanya tertawa, suaranya penuh ejekan. “Oh, Sari... kamu selalu saja berusaha melindunginya. Tapi, percayalah, tidak ada yang bisa menghalangi aku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan.”

Lizda terdiam. Setiap kata Daniel seperti duri yang menancap di hatinya. Tidak bisa dipungkiri, ada ketakutan yang mendalam dalam dirinya. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang sulit dijelaskan—sebuah keterikatan yang tampaknya tak bisa dia hindari. Meskipun dia tahu bahwa hubungannya dengan Daniel adalah luka yang harus sembuh, entah mengapa perasaan itu tak mudah hilang.

.

.

John yang tiba-tiba muncul di belakang Daniel membuat Lizda tersentak. “Kamu salah besar, Daniel,” ujar John dengan nada tegas, suaranya rendah namun penuh ancaman.

“Lizda sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagian dari hidupmu. Pergi sekarang, atau aku akan memastikan kamu tidak bisa mengganggunya lagi.”

Daniel menatap John dengan tatapan tajam. “Kamu pikir kamu bisa menandingiku? Kamu bukan siapa-siapa, John. Kau hanya orang yang mencoba menggantikan tempatku. Tapi tidak ada yang bisa menggantikan aku di hati Lizda.”

Dengan satu langkah mantap, Lizda berdiri dan berbicara, suaranya serak namun penuh ketegasan. “Aku tidak mau lagi hidup dalam bayang-bayangmu, Daniel.” Ia menatap mata Daniel yang penuh amarah, sebelum beralih ke arah John, yang kini berdiri melindunginya.

Daniel berdiri terpaku beberapa saat, matanya yang penuh amarah kini berubah menjadi sesaat seperti kekosongan yang tak terhingga. Sungguh, dia tidak pernah membayangkan Lizda bisa berbicara dengan tegas seperti itu. Selama ini, dia selalu berhasil mengendalikan emosi Lizda, memanipulasi pikirannya dengan mudah. Namun kini, semuanya berubah.

“Jadi ini akhirnya yang kamu pilih, Lizda?” tanya Daniel dengan suara serak, seolah mencari jawaban atas luka yang baru saja dia rasakan. “Baiklah. Tapi ingat, aku tak akan pernah benar-benar pergi. Aku akan selalu ada di hidupmu. Tidak ada yang bisa menghapusku.”

“Tidak, Daniel. Aku bukan lagi milikmu. Dan aku tidak ingin ada lagi dalam hidupmu, satu-satunya yang tersisa darimu adalah Aska. Aku akan membesarkannya dengan baik agar tidak menjad laki-laki sepertimu!"

Daniel akhirnya melangkah keluar dengan tatapan penuh kebencian, meninggalkan ruang yang kini dipenuhi oleh rasa lega yang masih belum sepenuhnya bisa dijangkau oleh Lizda.

“Kamu sudah bebas, Lizda. Dia sudah pergi. Kita bisa mulai dari sini, kita bisa mulai melupakan semuanya.” bisik Sari, berusaha menenangkan sahabatnya.

“Tapi... bagaimana jika dia kembali? Apa yang akan terjadi jika dia datang lagi? Aku... aku takut.” suaranya bergetar.

“Dia tidak akan datang lagi. Aku pastikan itu. Kamu tidak sendirian.” jawab John.

Namun, meskipun kata-kata John menenangkan, di dalam hati Lizda tetap ada keraguan yang sulit dihapuskan. Dia tahu betul bahwa kehadiran Daniel dalam hidupnya adalah bayangan yang tak pernah benar-benar bisa dihilangkan, dan meskipun John berusaha melindunginya, perasaan itu terlalu besar untuk ditenangkan hanya dengan kata-kata.

.

.

Di tengah ketegangan yang sudah mereka lalui, tiba-tiba ponsel Lizda berbunyi.

Lizda membuka ponselnya yang dia kira adalah pesan dari orang tuanya ternyata adalah nomor asing yang di yakini itu adalah Daniel.

Mengirimkan foto Lizda yang terlihat teler dengan kancing kemejanya yang terbuka, serta tangannya terikat.

"Kamu pikir kamu bisa lari, Lizda? Ini baru permulaan."

1
Damar
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!