Ervina seorang CEO ZyroCorp harus meregang nyawa akibat ledakan sebuah bom.
Jiwanya harus berpindah pada tubuh seorang gadis yang sedang terbaring koma akibat di dorong dari atap kampus oleh geng yang selalu membully Nessa.
Apakah Ervina yang saat ini menepati tubuh Nessa, bisa menegak kan keadilan untuk Nessa dan Dirinya sendiri??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Samuel yang melihat Nessa menyeringai seketika bergidik ngeri meski dengan wajah yang berbeda tapi perasaan itu tetap sama dapat membuat siapa saja yang melihatnya merinding.
Asal kalian tahu jika Ervina telah menyeringai dapat di pastikan akan datang sebuah badai.
***
Setelah cukup lama akhirnya Nessa dan Samuel telah sampai di markas prajurit naga, mereka cukup lama berkendara karena memang letak markas prajurit naga berada di pinggiran kota Heritania dan di dalam hutan kabut.
Penjaga gerbang melihat sebuah mobil mendekati markas mereka segera bersiap tapi semakin mobil tersebut mendekat mereka mengenali mobil tersebut.
"Buka gerbang" ucap penjaga gerbang dari menara.
Penjaga gerbang di bawah segera membuka kan gerbang agar mobil tersebut dapat segera masuk.
Nessa yang melihat kesiagaan prajurit naga merasa senang, ternyata selama dia tak ada tak membuat prajurit naga kehilangan semangat.
Saat ini Nessa tengah menatap markas yang 3 tahun lalu dia dirikan, awalnya dia mendirikan markas untuk tempatnya menyendiri dan berlatih seni bela diri.
Tapi siapa sangka saat ini dia memiliki pengikut yang bisa di katakan sangat handal dan mahir dalam seni bela diri.
Ketua prajurit naga segera keluar dari markas setelah dia mendapat kabar dari penjaga gerbang jika Samuel datang.
"Selamat datang Tuan" ucap Issac.
"Lama tidak bertemu Issac" ucap Nessa.
Issac yang mendengar namanya dipanggil oleh orang asing langsung menatap Nessa dengan penuh selidik lalu dia berbalik menatap Samuel.
"Tuan bukan kah nona sudah mengatakan kita tak di perbolehkan membawa orang asing ke sini, lalu apa ini apa sekarang tuan telah merasa telah menjadi pemilik tempat ini setelah kepergian nona" ucap Issac penuh penekanan pada Samuel.
"Apa yang kau katakan Issac orang asing kau bilang, dia nona Ervina" ucap Samuel.
"Jangan pernah membual di hadapan saya tuan, karena saya juga sangat mengenal nona seperti halnya tuan" ucap Issac sedikit kesal.
Sedangkan Nessa hanya tersenyum melihat perdebatan itu, Samuel dan Issac memang sering kali bertengkar karena hal kecil dan bisa di katakan mereka berdua yang sangat mengenal Ervina.
"Issac lebih baik kita masuk dulu biarkan nona yang menceritakannya padamu" ucap Samuel masuk lebih dulu meninggalkan Issac dan Nessa.
"Mari Issac kau tak mungkin membuatku kedinginan di cuaca dingin ini bukan" ucap Nessa berjalan menyusul Samuel.
Issac mendengus pada kedua manusia itu sebelum dia mengikuti Samuel dan Nessa memasuki markas prajurit naga.
Saat ini mereka telah sampai di ruang yang biasa mereka gunakan untuk sebuah pertemuan.
Nessa melihat sekeliling ruangan tersebut tak banyak perubahan dari ruangan tersebut saat terakhir kali dia kesana, karena selama ini dia banyak menghabiskan waktu untuk mengurus perusahaan.
Samuel melihat jika Ervina sedang memperhatikan ruangan tersebut hanya tersenyum karena dia tahu bahwa Ervina sudah sangat lama tak menginjakkan kakinya di markas prajuritnya.
Nessa melihat sebuah foto dirinya terpajang dalam ruangan itu, seingatnya terakhir kali dia kesana tak ada foto dirinya.
Sedangkan Issac yang melihat Nessa memperhatikan sekeliling merasa risih dia menganggap itu sebagai tindakan tidak sopan.
"Ekhemm" ucap Issac.
Nessa yang mendengarnya segera menatap ke arah Issac, Nessa tahu pasti saat ini Issac sedang kesal terhadapnya ia tahu Issac sangat tak bisa memaklumi ketidaksopanan.
"Sebaiknya kau jaga matamu sebelum aku mencongkelnya" ucap Issac pada Nessa.
"Jaga kata katamu Issac" ucap Samuel yang mendengar peringatan yang di layangkan oleh Issac pada Nessa.
"Kenapa, ada juga dia yang harus menjaga matanya tidak sopan" ucap Issac sambil menujuk Nesaa.
Samuel akan berdiri mendengar ucapan Issac tapi di tahan oleh Nessa.
"Biarkan saja" ucap Nessa.
"Tapi dia bersikap tak sopan pada anda nona" ucap Samuel.
"Bukan kah kau pun sama bersikap sama seperti Issac saat tak mengenaliku" ucap Nessa.
Samuel mengangguk, sedangkan Issac merasa heran bagaimana mungkin gadis di hadapannya dapat meredam emosi tuan Samuel hanya dengan kata kata.
"Issac apa aku boleh bertanya sesuatu" ucap Nessa.
"Appa yang ingin kau tanyakan" ucap Issac menatap Nessa dengan sinis.
"Foto siapakah itu" ucap Nessa menunjuk foto dirinya.
Issac melihat ke arah yang di tunjuk oleh Nessa, Issac menatap foto tersebut dengan sangat dalam karena baginya Ervina bukan hanya sebagai pemimpin prajurit naga.
"Dia pemimpin prajurit naga dan penyelamat hidupku" ucap Issac tak melepaskan pandanganya dari foto Ervina.
"Bukan kah dia telah mati lalu untuk apa kau menggantung fotonya?" Ucap Nessa.
Issac yang mendengar ucapan Nessa seketika menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Dia tak akan pernah mati asal kau tahu, dia hidup dalam hati seluruh prajurit naga. Mungkin bagi orang di luar sana dia telah mati tapi bagi kami dia akan tetap hidup bersama kami" ucap Issac penuh penekanan.
Nessa tak percaya akan mendengar jawaban seperti itu, apa benar prajurit naga menganggapnya sedalam itu.
"Terima kasih kau menganggap ku seperti itu Issac, aku Ervina Nessa Harrison" ucap Nessa.
"Jangan pernah kau bicara omong kosong nona" ucap Issac menodongkan belati kesayangannya pada leher Nessa.
Samuel yang melihat hal itu sangat terkejut karena dia tak dapat melihat pergerakan Issac, sedangkan Nessa yang melihat sebuah belati menempel di lehernya hanya tersenyum pada Issac.
"Ternyata kau masih menyimpan belatinya, aku pikir kau sudah membuangnya karena telah lama sekali" ucap Nessa.
Issac terdiam sejenak mendengar ucapan Nessa bagaimana gadis itu tahu jika belatinya telah berada lama di tangannya.
"Siapa kau? kenapa kau tahu soal belati ini?" Ucap Issac kembali menekan belati itu ke leher Nessa.
Saat ini darah mulai mengalir dari leher Nessa yang di tekan belati milik Issac.
"Bukan kah aku sudah mengatakannya padamu sejak tadi jika aku Ervina Issac dan bagaimana aku tahu soal belati itu, karena aku yang memberikannya saat pertemuan pertama kita di dermaga" ucap Nessa.
Tangan Issac gemetar dan belati yang di pegangnya seketika terjatuh, kakinya lemas dia terjatuh ambruk di lantai.
Dia tak percaya jika ada orang lain yang mengetahui hal itu, lalu gadis di hadapannya mengaku sebagai penyelamat ya bagaimana dia bisa mempercayainya.
"Bagaimana mungkin kau nona Ervina" ucap Issac dengan suara gemetar.
Nessa memegang lehernya yang berdarah dia segera menyeka darah yang mengalir dengan tisu, Samuel menghampiri Issac dan membantunya untuk duduk kembali di kursi.
"Sebaiknya kau bangun dan dengarkan dulu penjelasan dari nona" ucap Samuel.
Issac menuruti ucapan Samuel dia bangun fan kembali duduk di kursinya di bantu oleh Samuel.
Kali ini Issac menatap Nessa dengan tatapan yang sulit di mengerti, sedangkan Nessa hanya tersenyum pada Issac.
"Issac mungkin yang akan aku ceritakan ini menurutmu tak masuk akal tapi inilah kenyataan yang terjadi, aku Ervina Nessa Harrison saat ledakan itu aku pikir akan mati tapi ternyata tuhan memberikan aku kesempatan kedua meski aku harus terbangun dalam raga lain" ucap Nessa menjeda ucapannya.
Issac mengerutkan keningnya dia mencoba memahami ucapan gadis di hadapannya.
"Kesempatan kedua" ucap Issac masih tidak mengerti.
"Ya saat ledakan itu hanya ragaku yang mati tapi tidak dengan jiwaku, jiwaku terbangun dalam tubuh gadis ini. Bukan kah kau tahu novel yang selalu aku baca tentang transmigrasi jiwa sekarang aku mengalaminya sendiri" ucap Nessa.
Issac melotot saat mulai memahami penjelasan yang di berikan oleh Nessa tapi bagaimana bisa.
"Apa ini semua masuk akal dan benar tuan" ucap Issac menatap Samuel yang duduk di sampingnya.
"Semuanya benar mungkin tak masuk akal tapi itulah yang terjadi" ucap Samuel membenarkan penjelasan Nessa.
Issac yang mendengar jawaban dari Samuel kembali menatap gadis di hadapannya, matanya mulai melihat ke luka yang berada di leher gadis tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...