Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.
Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.
Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lukisan Berganda
Pagi itu, Kinanti hampir terlambat masuk kelas karena terlalu asyik membaca ulang jurnal Kartika di perpustakaan. Try out Bahasa Indonesia baru saja selesai, dan pikirannya masih dipenuhi oleh transmisi radio misterius yang mereka temukan kemarin.
"Bagaimana try out-nya?" tanya Arya yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
"Lumayan," jawab Kinanti sambil mengeluarkan jurnal dari tasnya. "Tapi yang lebih penting, aku menemukan sesuatu tadi pagi."
Mereka berkumpul di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Kinanti membuka halaman jurnal yang sudah dia tandai.
"Lihat ini," katanya menunjuk sebuah sketsa yang terselip di antara halaman. "Kartika menggambar sketsa ini berulang kali di jurnalnya. Awalnya kukira hanya coretan biasa, tapi setelah mendengar transmisi radio kemarin..."
"Itu simbol yang sama!" seru Nadia, mengenali pola yang mirip dengan ukiran di radio antik.
"Dan bukan hanya itu," Kinanti membalik halaman berikutnya. "Ada catatan tentang museum kota. Kartika menulis tentang koleksi lukisan yang dipajang di sana."
Reza, yang sejak tadi diam, tiba-tiba menegakkan tubuh. "Tunggu, bukankah kakek buyutku juga seorang pelukis? Mungkin ada lukisannya di sana."
"Tepatnya," kata Kinanti bersemangat, "ada series lukisan yang dibuat oleh kelompok seniman tertentu. Mereka menyebut diri mereka 'Kelompok Merpati'."
"Burung Merpati!" seru Dimas, mengingat kode dari transmisi radio. "Sama seperti pesannya kemarin!"
Mereka memutuskan untuk pergi ke museum sepulang sekolah. Profesor Handoko, yang sudah mereka kenal sejak kunjungan pertama mereka ke ruang bawah tanah museum, menyambut dengan antusias.
"Ah, koleksi lukisan tahun 40-an," katanya setelah mendengar penjelasan mereka. "Kebetulan kami sedang melakukan inventarisasi ulang. Ada beberapa lukisan yang baru ditemukan di gudang."
Profesor membawa mereka ke ruang restorasi. Di sana, beberapa lukisan tua sedang dalam proses pembersihan dan perbaikan.
"Yang ini menarik," Profesor menunjuk sebuah lukisan pemandangan kota. "Karya R.M. Pratama, kakek buyutmu, Reza. Teknik lukisnya sangat detail, terutama di bagian gedung-gedung."
Arya, yang punya mata tajam untuk detail sejarah, mendekati lukisan itu. "Profesor, apa normal kalau ada simbol-simbol kecil tersembunyi di lukisan era ini?"
"Simbol?" Profesor mengerutkan dahi, mengamati bagian yang ditunjuk Arya.
Di sudut lukisan, hampir tak terlihat, ada ukiran halus yang mirip dengan simbol di radio antik dan sketsa di jurnal Kartika.
"Ini... tidak biasa," gumam Profesor. "Tunggu sebentar."
Dia kembali dengan membawa senter UV. Di bawah cahaya UV, muncul garis-garis samar yang membentuk semacam peta.
"Astaga," bisik Kinanti. "Mereka menggunakan lukisan untuk menyimpan informasi!"
"Dan lihat tanggalnya," kata Reza, menunjuk pojok lukisan. "1946. Tahun yang sama ketika Kartika menghilang."
Mereka memeriksa lukisan-lukisan lain dari periode yang sama. Hampir semuanya memiliki simbol tersembunyi yang sama, dan di bawah cahaya UV, mereka menemukan berbagai kode dan petunjuk.
"Ini genius," kata Nadia. "Di masa itu, siapa yang akan mencurigai lukisan-lukisan pemandangan biasa?"
"Dan museum," tambah Dimas, "adalah tempat sempurna untuk menyimpan pesan-pesan rahasia. Terlindungi, tapi tetap bisa diakses oleh orang-orang tertentu."
Saat mereka sibuk mencatat temuan-temuan baru, tiba-tiba terdengar suara familiar dari tas Kinanti. Radio kecil yang dia bawa berbunyi pelan, menangkap transmisi.
"Cepat!" Arya mengeluarkan laptopnya, sementara yang lain menutup pintu dan jendela ruang restorasi.
Kali ini pesannya berbunyi:
"Sarang Merpati terbuka. Lukisan berbicara. Pengawas harap waspada."
"Mereka tahu," kata Kinanti pelan. "Mereka tahu kita menemukan lukisan-lukisan ini."
"Tapi siapa 'mereka'?" tanya Reza, tangannya tanpa sadar menggenggam tangan Kinanti.
Profesor Handoko, yang sejak tadi mengamati dalam diam, akhirnya berbicara. "Mungkin sudah waktunya kalian tahu sesuatu. Kartika... dia bukan hanya sekedar anggota gerakan perlawanan biasa."
Semua mata tertuju pada Profesor. "Apa maksud Profesor?" tanya Kinanti.
"Dia adalah pemegang kunci," jawab Profesor. "Penjaga arsip rahasia yang berisi informasi sensitif tentang operasi-operasi rahasia masa itu. Dan sepertinya... tugas itu telah diwariskan sampai sekarang."
Mereka semua terdiam, mencerna informasi ini. Kinanti menatap lukisan-lukisan di hadapannya dengan pandangan baru. Setiap goresan kuas, setiap detail tersembunyi, mungkin menyimpan petunjuk tentang nasib neneknya.
"Kita harus menemukan arsip itu," kata Kinanti akhirnya. "Sebelum sesuatu terjadi pada lukisan-lukisan ini."
Reza mengangguk setuju, tangannya masih menggenggam tangan Kinanti. Dari sudut matanya, dia melihat Arya yang tampak gelisah.
"Ada apa?" tanya Reza.
"Transmisi tadi," kata Arya pelan. "Ada yang aneh. Sinyalnya... terlalu jelas untuk radio antik. Seolah-olah pengirimnya ada di dekat sini."
Mereka semua membeku. Profesor cepat-cepat mengunci pintu ruang restorasi.
"Kalian harus pergi," katanya tegas. "Bawa jurnal dan catatan kalian. Aku akan mengamankan lukisan-lukisan ini."
Dalam perjalanan pulang, mereka berkali-kali menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti. Kinanti menggenggam erat jurnal Kartika, sementara Reza tak melepaskan tangannya.
"Besok," kata Kinanti saat mereka berpisah di persimpangan, "kita harus kembali ke rumah Eyang Karso. Ada sesuatu yang harus kita cari di loteng itu."
Malam itu, Kinanti berbaring menatap langit-langit kamarnya, pikirannya berkecamuk. Kartika bukan hanya menghilang—dia menyembunyikan sesuatu yang begitu penting hingga harus dilindungi selama puluhan tahun. Dan sekarang, rahasia itu perlahan mulai terbuka.
Di seberang kota, radio antik di loteng rumah Eyang Karso kembali berbunyi, memancarkan pesan-pesan misterius ke dalam malam yang sunyi.
aku selalu suka sama orang yang yg jago menempatkan diksi dalam tulisan, jadi suka sama narasinya gak monoton
Penyampaian katanya bagus, alurnya apalagi😭
susah ditebakkk, daebak!!
Semangat update ya thor! Awas aja kalo sampe hiatus lagi😭