Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangunlah
Sejak subuh tadi Tom sudah terbangun, mata nya terus memperhatikan brankar yang terdapat wanita yang sedang terbujur di atasnya. Wanita Sholihah wanita yang pantas bersanding dengan para ustadz atau pun habib. Keteduhan wajahnya membuat siapapun yang melihat seakan terpanah.
"Permisi tuan.." sapa lembut Bu Lena menghampiri Tom yang berdiri di samping brankar Asiyah.
"Ada apa?" sarkas Tom tanpa beralih.
"Anda sudah di tunggu!" jawab Bu Lena.
"Ok, Ingat jangan sekalipun ada yang masuk kecuali dokter dan perawat!"
"Baik tuan" jawab Bu Lena menunduk. Tom segera beralih pada Asiyah dengan berat hati Tom melangkah meninggalkan ruang tersebut dan menuju helipad dimana sudah ada helikopter dan Gio menunggu disana.
"Pagi tuan" sapa hormat Gio pada Tom. Tom hanya mengangguk lalu dia masuk ke dalam di susul Gio yang duduk di sebelah pilot. Tom menatap nanar gedung rumah sakit yang di tinggalkannya.
Helikopter datang setelah kepergian helikopter yang mengangkut Tom, kini helikopter lain mendarat di gedung tersebut. Tak lama beberapa pria berbadan tegap segera menyambut penumpang yang ada di dalam, pintu terbuka menampilkan seorang wanita baya yang usianya hampir 80 tahunan tapi paras nya masih sangat cantik dengan tubuh yang masih sehat, tatapan mata yang tajam dengan penuh ketegasan menjadikan wanita itu disegani dan di hormati oleh setiap mata yang memandang nya.
"Selamat pagi nyonya.." sambut hormat para pria bertubuh kekar itu pada wanita itu yang tak lain adalah sang majikan. Wanita itu hanya mengulas senyum seraya membuka kaca mata hitamnya.
"Bawah aku menuju kamar nya!" suara tegas itu merupakan ciri khas sang majikan yang sudah sekian lama tidak mereka jumpai bahkan dengar.
"Siap nyonya!" dengan langkah tegas para pria bertubuh kekar itu mengawal majikan mereka menuju tempat yang di maksud.
Ting'
Lift terbuka dengan sigap para pria bertubuh tegap itu langsung mengawal sang majikan menuju ruang VIP di rumah sakit tersebut.
"Selamat pagi nyonya" sapa lembut seraya hormat wanita yang menyambutnya di depan kamar tersebut di temani seorang dokter wanita yang cukup matang di usianya.
"Apa kabar mu Bu Lena?" balas wanita yang tak lain adalah sang majikan.
"Baik nyonya, suatu kebanggaan bagi saya, bisa melihat anda berkunjung kesini lagi"
"Hem,, Sama sepertimu Bu Lena, aku pikir tidak akan pernah lagi menginjakan kaki ku di negara ini, tapi Tuhan sepertinya berkehendak lain Bu Lena" wanita baya itu menarik nafas dalam.
"Dimana wanita yang bisa mengubah keputusan ku itu?" lanjut wanita baya itu bertanya mengarah pada Bu Lena dan dokter Camelia.
"Ada di dalam nyonya" jawab dokter Camelia. Pintu di buka oleh dokter Camelia, mempersilahkan wanita baya itu masuk ke dalam ruang VIP tersebut.
"Dokter temani aku!" pinta wanita baya itu ketika beliau melangkah memasuki ruang tersebut.
"Baik nyonya" dokter Camelia berjalan di belakang wanita baya itu. Dokter Camelia merasa takjub pada wanita yang ada di depannya ini, meski sudah baya tapi penampilan dan juga ketegasan yang terpancar di wajahnya menjadikan wanita itu layak disegani dan di kagumi, patut sebagai contoh wanita yang terpandang yang tegas dan berkharisma. Wanita baya itu berjalan mendekat pada brankar yang diatasnya terbaring seorang wanita yang cantik, memang di lihat dari usianya wanita itu pantas bersanding dengan anaknya yang tak lagi mudah.
"Apa lukanya cukup parah sehingga membuatnya masih belum tersadar?" tanya wanita baya itu pada dokter yang ada di sampingnya.
"Kami melakukan pemeriksaan beberapa kali juga hasil dari CT Scan juga tidak ada masalah semua normal nyonya, hanya saja mungkin nona Asiyah ini pernah mengalami hal yang menyakitkan sehingga alam bawah sadarnya enggan untuk dia terbangun" tutur dokter Camelia. Wanita baya itu menarik nafas panjang.
'Apa yang dia lakukan sampai kau enggan terbangun!' batin wanita baya itu.
"Kau boleh pergi!" seru wanita baya itu pada dokter Camelia.
"Baik nyonya, permisi!" pamit dokter itu seraya melenggang dari kamar tersebut. Sepeninggal dokter Camelia, wanita baya itu mendekat dan meraih tangan Asiyah yang terhubung dengan selang infus. Dielusnya punggung tangan itu dengan lembut.
"Bangunlah! bantu aku menaklukan pria angkuh itu!" ucapnya tulus.
"Memang dia itu sudah tua, tapi kadang kelakuannya itu sangat menyebalkan dan kekanakan. Tapi percayalah dia itu penyayang!" lanjut wanita itu. Sejenak dia menarik nafas panjang.
"Aku sudah tua, tak mungkin bisa terus menjaga dan mengawasinya. Dan aku lihat sepertinya kamu bisa.."
"Ayolah hanya kamu yang bisa ku harapkan Asiyah Yildiz Samer, bantulah orang tua ini!" lirih wanita baya itu mengharap dengan tulus. Di lihatnya tak ada pergerakan apapun dari tubuh Asiyah. Wanita baya itupun memilih berbalik melenggang pergi meninggalkan Asiyah, di saat itu jari tangan Asiyah bergerak, sayangnya wanita baya itu tidak melihat ataupun menyadarinya.
Srek..
Suara pintu terbuka, membuat semua orang yang menunggu di depan ruang VIP tersebut segera menunduk hormat pada sang majikan.
"Aksa, antar aku ke hotel, badan tua ini sudah sangat lelah!" titahnya, Aksa sang asisten segera mengangguk dan menuntun wanita baya itu untuk segera ke mobil dan langsung ke hotel.
"Mari nyonya!" ajak Aksa. Wanita baya itu mengarah pada Bu Lena juga dokter Camelia.
"Kalian jaga dan pantau terus Asiyah, dan aku harap jangan bilang pada Tom jika aku berkunjung kesini!" meski sudah baya tapi ketegasannya tidak bisa di pungkiri.
"Siap nyonya!" jawab serempak Bu Lena dan dokter Camelia. Wanita baya itu lalu berderap melangkah menjauh dari ruang VIP.
"Boleh aku tahu berapa usia beliau?" tanya dokter Camelia pada Bu Lena seraya memperhatikan kepergian wanita baya itu.
"Dulu aku mengabdi pada beliau umurku 20 tahun dan nyonya Elina ketika itu berumur 50 tahun, dan sekarang aku mengabdi pada beliau sudah 30 tahun lebih, tapi di mataku beliau masih seperti dulu, baik rupanya, dan ketegasannya" jawab Bu Lena. Dokter Camelia tidak menyangka jika wanita baya tadi sudah berumur delapan puluhan, padahal dia kira baru lima puluh tahun.
" Anda benar, bahkan aku kira beliau masih berumur lima puluhan nyonya" timpal dokter Camelia. Bu Lena menatap datar pada dokter Camelia.
"Sebaiknya aku masuk dulu!" ucap Bu Lena. Dokter Camelia pun terkesiap, dia baru sadar tak sepantasnya dia seakrab itu pada Bu Lena. Dokter Camelia hanya menjawab dengan anggukan. Bu Lena masuk terlebih dahulu, baru dokter Camelia menghela nafas lesuh, dokter Camelia akhirnya memilih kembali ke ruang praktek nya. Ketika dokter Camelia berbalik dan melangkah menelusuri lorong.
"DOKTER TUNGGU!!"