seorang gadis 18 tahun bernama Kanaya Nadhira harus menerima perlakuan kasar dan semena-mena dari ibu dan adik tirinya.semenjak ayahnya meninggal sikap ibu tirinya berubah.dia di perlakukan layaknya seorang pembantu.namun,siapa sangka ibu dan adik tirinya,menjual Kanaya kepada seorang muncikari dengan harga mahal!
Kanaya di pertemukan dengan seorang pria dewasa yang sedang mencari wanita, untuk melayani anaknya yang mengalami orientasi seksual atau gay.dia seorang pengusaha terkenal. meminta Kanaya untuk bersedia menikah dengan anaknya,berharap Kanaya dapat merubah sikap anaknya seperti semula.dengan mengancam sehingga Kanaya terpaksa bersedia di nikahkan dengan anaknya.
mampukah Kanaya merubah jalan hidup suaminya? rahasia apa yang di sembunyikan suami Kanaya, sehingga dia berubah menjadi gay? penuh dengan ketegangan dan konflik romantis, ikuti kisah Kanaya di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
"Guys, tumpahin air kotor itu!" perintah giselle pada lusi dan mira.
Mereka pun mengangguk paham dan segera menumpahkan air kotor, masing-masing satu ember.
Byuuur ... Byuuur ... !!!
Tubuh kanaya seketika menjadi basah kuyup.sampai seragam putih yang di pakai kanaya menjadi kotor.kanaya menjerit meminta pertolongan di dalam hati.
"Ini baru permulaan buat lo, cupu!kalo sampe gue lihat lo, deket-deket lagi sama leo, gue nggak akan segan-segan melakukan hal yang lebih dari ini. ngerti lo! " Giselle mencengkram kedua pipi kanaya yang basah.
Kanaya meringis saat kuku panjang giselle terlalu menekan pipinya.dia menatap giselle penuh permohonan.
"Kenapa,lo nyesel? " dari awal gue udah bilang sama lo,jangan pernah cari masalah sama gue!"ujar giselle menghempaskan cengkeramannya dengan kasar.
Kanaya yang mendengar perkataan giselle,menggeleng cepat.giselle yang melihat Kanaya menggeleng, seketika emosinya memuncak.
"oh ... jadi lo nggak takut sama gue hah! PLAK!!" Giselle yang tersulut emosi pun menampar pipi Kanaya sebelah kanan dengan keras.
PLAK!! tak cukup sekali giselle menampar pipi Kanaya.dia melayangkan tamparan di pipi Kanaya yang satunya lagi.
Melihat aksi giselle yang brutal membuat mira dan lusi menarik tubuh giselle agar menjauh dari Kanaya.
"Stop gis! kayak nya sudah cukup kita ngasih dia pelajaran.so, jangan buat tangan lo yang mahal ini kotor. kita gak boleh melebihi batas.ingat masih ada lain hari buat kita main-main sama si cupu!" Lusi menenangkan giselle dan saling pandang penuh arti.
Giselle tersenyum miring. "Bener juga lo. " Giselle nampak memikirkan perkataan lusi.
"Ok, hari ini gue sudahi main-main nya.dan lo harus dengar, kalo gue lihat lo deket-deket dengan cowok gue lagi. maka gue bakal ngelakuin hal yang lebih dari ini sama, lo. ngerti!" papar giselle menyilangkan kedua tangan di dadanya.
Kanaya tak menghiraukan perkataan giselle, sebenarnya badanya sudah mulai menggigil kedinginan.sebelum giselle dan antek-anteknya keluar, dia mendorong tubuh Kanaya kasar, hingga membentur dinding toilet.
Tanpa memperdulikan keadaan Kanaya, mereka bertiga pun keluar dari toilet itu.tak lupa giselle menguncinya dari luar.mira mengeluarkan sesuatu dari dalam bajunya, sebuah kertas karton dan spidol.mira segera menulis, di karton itu jika toiletnya rusak.
Setelah memastikan tidak ada orang, mereka menempelkan papan peringatan itu dan segera pergi dari sana dengan hati yang puas dan senang.
Di dalam toilet,Kanaya menangis tubuhnya merosot ke bawah lantai yang basah.dia putus asa,dengan tangan terikat,bibir yang di lakban membuat dia tidak bisa meminta tolong.
Kanaya,baru sadar jika kakinya tidak terikat. dia menendang pintu namun tak ada yang mendengarnya,karena masih jam pelajaran sehingga jarang ada siswa yang pergi ke toilet.
Tubuh Kanaya semakin kedinginan, karena badannya yang basah serta, karena keberadaan toiletnya di ujung, membuat suhu di dalam sana dingin dan lembab.
Nafas Kanaya terasa sesak dan tubuhnya gemetar,ruangan gelap tanpa cahaya membuat Kanaya mengalami ketakutan.tidak ada yang mengetahui jika Kanaya phobia kegelapan.
Tubuhnya semakin lemas,Kanaya menghentikan kakinya untuk menendang.dia terduduk di lantai, putus asa itulah yang di rasakan Kanaya pada saat ini.
Sementara di kelas IPA, fiona dan Olivia tampak gelisah. karena sudah jam pelajaran kedua tapi Kanaya belum juga kembali.
"Si naya kemana sih, kok pergi ke toilet lama banget!" papar fiona yang sejak tadi merasa gelisah.
"Tahu, ini udah jam pelajaran kedua, tapi belum nongol juga! " seru Olivia yang sama-sama khawatir.
"Apa kita susul aja ya? " usul fiona.
"Boleh deh,gue khawatir terjadi apa-apa sama dia!" papar Olivia menyetujui usulan fiona.
Saat mereka bangkit berdiri dari bangku, datanglah seorang guru yang berwajah datar, memasuki ruang kelas. fiona dan Olivia mengurungkan niatnya,karena mereka tahu jika guru di depan mereka adalah guru yang di kenal dengan sebutan guru killer.mereka pun memutuskan untuk kembali duduk.
Tak lama kemudian,keivano pun masuk ke dalam kelas.ketika dia duduk di kursi,matanya melirik sekilas Ke bangku Kanaya. begitu pun galleo, walaupun terlihat acuh namun hatinya pun merasa khawatir.
Pelajaran kedua telah berakhir, bel tanda istirahat pun berbunyi.tak menunggu lama fiona dan Olivia segera keluar kelas untuk mencari Kanaya.
Galleo pun segera keluar namun langkahnya terhenti saat gerry memanggilnya.
"Leo,mau kemana lo?" tanya gerry menghampiri galleo.
"Gue mau ke ruang OSIS, kenapa? " jawab galleo,menatap datar gerry.
Gerry terkekeh."Nggak gue cuma nanya aja.o..iya dari tadi gue nggak lihat Kanaya,kemana dia? " papar gerry yang sama-sama merasa aneh karena tak melihat keberadaan kanaya.
Galleo mengangkat bahu acuh, dan langsung pergi dari hadapan gerry.
"Bukannya jawab malah pergi gitu aja, nasib punya temen kaya tembok es. " gerutu gerry, saat melihat galleo tak menghiraukan pertanyaan nya.
"Kenapa, lo?" Farrel menghampiri gerry,yang di ikuti Sebastian dan keivano dari belakang.
"Nggak gue cuma nanyain soal kanaya sama si leo, eh... dia nggak jawab sama sekali, kesel gue, punya temen modelan si leo. udah irit bicara, kaya tembok es pula." papar gerry menggerutu.
"ish, lo mah, gue bilangin baru tahu rasa."sela Sebastian cepat.
Gerry hanya terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, saat temannya menegurnya.apa lagi saat melihat tatapan tajam dari keivano.
" Gue cuma bercanda kali."
Farrel dan Sebastian menggelengkan kepala, melihat gerry sikap gerry yang absurd.
"Gue juga penasaran kemana Kanaya, soalnya sejak pamit ke toilet tadi,gue gak lihat dia balik ke kelas." papar Farrel yang sama-sama penasaran dengan Kanaya.
"Apa jangan-jangan,terjadi sesuatu sama dia."sela gerry cepat.
Mereka saling menatap satu sama lain seolah membenarkan ucapan gerry.berbeda dengan keivano, sejak tadi dia menanggapi perkataan teman-temannya. keivano menyadari sesuatu,jika Kanaya pergi ke toilet apakah dia melihat dirinya dan Julian yang sedang berduaan di sana.
Keivano segera pergi dari kelasnya tanpa menghiraukan teman-temannya.tak lama kemudian teman-temannya pun segera menyusul ketua mereka.
Di koridor sekolah,terlihat fiona dan Olivia yang tengah duduk di sebuah pembatas tembok.nafas mereka terengah, karena dari bel istirahat mereka tak berhenti mencari keberadaan Kanaya. namun hasilnya nihil , mereka tidak menemukan keberadaan Kanaya.
" Lo kemana sih, nay? gue khawatir banget sama lo! " ucap fiona, seraya mengatur nafas.
"Iya nay, lo kemana sih,kita udah cari lo ke semua penjuru sekolah,tapi lo nggak ada.sebenarnya lo kemana sih, nay?" Olivia yang sudah putus asa, pun ikut menimpali.
