Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Om Aga?
Kedua mata Aga menatap interaksi ketiganya tanpa berkedip. Terlihat jelas di sana Amara dan Agatha nampak tersenyum bahagia berbicara dengan pria tersebut. Entah apa yang Aga rasakan saat ini, yang jelas Aga memilih pergi meninggalkan tempat tersebut setelah cukup lama menatap interaksi ketiganya.
Agatha dan Amara yang tidak menyadari kedatangan Aga terus saja bercerita bersama Rendra. Sementara si centil Zeline yang sempat melihat ke arah luar kantin nampak mengucek kedua matanya meyakinkan jika pria yang tadi ia lihat adalah Aga. Namun sudah berapa kali ia mengucek mata namun sosok Aga sudah tak nampak lagi di penglihatannya.
"Ada apa Zel?" Tanya Agatha yang melihat Zeline terus mengucek kedua matanya.
Si centil Zeline menggelengkan kepalanya. "Nda apa Nty. Mata Zel gatal saja." Jawabnya.
Seolah percaya dengan jawaban yang diberikan Zeline, Agatha pun kembali fokus bercerita dengan Rendra dan Amara.
*
Setelah menghabiskan waktu tiga jam lamanya bersama dengan Rendra, Amara dan Agatha pun akhirnya berpisah dengan Rendra yang kebetulan memiliki urusan lain siang itu.
"Kita mau kemana lagi, Mara?" Tanya Agatha.
Amara diam dan berpikir. "Emh, bagaimana kalau ke mall saja. Aku ingin membelikan baju dan mainan untuk Zel dan Ziko."
"Baiklah, kalau begitu aku setuju!" Jawab Agatha begitu semangat.
Zeline yang mendengarkannya pun ikut senang. "Anty belikan baju untuk Zel dan adik? Belikan mainan juga?" Tanya Zeline.
Amara menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
"Apa Anty ada uang?" Tanya Zeline memastikan dulu. Ia tidak ingin merepotkan jika Amara sedang tidak memiliki uang.
"Kebetulan Anty sudah gajian. Tadi pagi saat menjemputmu Anty juga diberikan uang oleh Papa Niel." Jawab Amara.
"Waa, asiknya... beli baju juga, mainan juga!" Seru Zeline.
Amara tersenyum gemas mendengarnya. Tidak ingin mengundur waktu lama, Amara pun segera membawa Zeline dan Agatha untuk pergi ke mall.
*
Pukul empat sore, Amara, Agatha dan Zeline pun akhirnya pulang setelah puas bermain dan berbelanja di mall. Zeline yang sudah lelah diajak berjalan-jalan dan bermain hari ini pun nampak sudah tertidur di kursi belakang dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Amara, apa kau menyadari jika sejak Zel kecil dia selalu lucu. Aku sampai tidak menyangka jika si centil ini sudah sebesar ini sekarang." Ucap Agatha.
"Ya, aku menyadarinya. Aku bahkan selalu rindu jika jauh dari Zeline. Rasanya aku ingin satu rumah dengan Zeline saja agar bisa melihatnya setiap hari. Apa kau tahu Agatha, sejak Zel lahir aku sudah sangat menyayanginya. Terlebih keponakanku ini saat lahir tidak merasakan kasih sayang dari papanya sehingga aku sangat ingin memberikan kebahagiaan yang besar untuk Zeline." Ucap Amara dengan kedua mata berkaca-kaca mengingat Zeline kecil dulu.
Agatha mengusap lengan Amara. "Maafkan kakak sepupuku ya, Mara. Tapi saat ini Kak Daniel sudah membayar kesalahannya dengan memberikan kebahagiaan yang tak terhingga untuk Zeline."
Amara mengiyakannya. "Kak Daniel benar-benar menebus kesalahannya dengan baik. Aku sekarang jauh lebih bahagia melihat kakak dan keponakanku ini bahagia bersama Kak Daniel."
"Jangan lupakan kau memiliki keponakan satu lagi." Pesan Agatha.
"Tentu saja aku tidak akan melupakan Ziko. Aku juga sangat menyayangi Ziko layaknya menyayangi Zel. Aku bersyukur saat Ziko lahir dia sudah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya tidak seperti kakaknya dulu."
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka