Mencintai Kamu

Mencintai Kamu

1. Hanung

Hanung Rahayu adalah seorang gadis yang periang dengan paras menawan. Jika saja hidungnya tidak pesek, mungkin orang akan mengira Hanung adalah keturunan Chinese.

Kedua orang tua Hanung berpisah saat dirinya masih duduk di bangku kelas 4 SD dan berakhir mengikuti sang ayah karena sang ibu tak mau membawanya. 5 tahun kemudian, Ayah Hanung menikahi seorang janda yang dikenalkan oleh teman sejawatnya.

Ibu Jamilah, masuk ke rumah Hanung membawa anak laki-lakinya yang masih balita. Beliau bukan Ibu tiri yang jahat seperti di kisah Cinderella, Ibu Jamilah yang akrab disapa Ibu Jam itu sangat menyayangi Hanung layaknya anak kandung. Segera Ibu Jam dan Ayah Hanung dikaruniai anak laki-laki.

Beberapa tahun kemudian saat Hanung baru saja tamat SMA, Ibu Jam melahirkan anak kedua seorang bayi perempuan. Akan tetapi tak lama setelah kelahiran anak kedua, Ayah Hanung yang bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Tinggallah Hanung bersama Ibu Jam dan ketiga adiknya.

"Mbak Hanung kalau mau lanjut kuliah, lanjut saja. Kita bisa jual sawah yang disewakan Ayah." Ibu Jam mengkhawatirkan Hanung yang sudah lulus SMA setengah tahun yang lalu.

"Tidak perlu, Bu. Kalau dijual kita tidak ada pemasukan bulanan nanti, Bu. Kasihan adik-adik masih kecil." tolak Hanung.

"Ibu bisa kembali bekerja dengan Bu Nyai, Mbak."

Ibu Jam dulunya adalah santri di pesantren yang kemudian menikah dengan seorang ustadz dan ikut mengabdi bersama suaminya sampai suaminya meninggal karena sakit.

"Jangan, Bu! Bagaimana dengan adik-adik kalau Ibu bekerja?"

"Di pesantren itu ngabdi, Mbak Hanung. Bukan kerja pembantu."

"Tetap tidak boleh, Bu. Kalau Ayah masih hidup, juga tidak menginginkan hal itu."

"Lalu Mbak Hanung maunya bagaimana?"

"Hanung mau bekerja saja, Bu. Bisa mengumpulkan uang untuk kuliah nanti sambil bantu-bantu Ibu. Kuliah di universitas terbuka juga tidak apa, Bu."

Ibu Jam tersenyum. Beliau mendukung keputusan Hanung. Bagi Ibu Jam, kebahagiaan Hanung yang utama. Secara kasar, Hanung bisa saja mengusirnya dari rumah sejak suaminya meninggal. Tetapi Hanung justru memintanya untuk tetap tinggal dan memikirkan adik-adiknya.

"Sudah ada bayangan mau kerja apa?"

"Belum, Bu. Hanung masih menunggu kabar dari teman yang sudah bekerja di sebuah percetakan."

"Yang sabar, cari kerja memang tidak mudah." Hanung mengangguk.

Keseharian Hanung diisi dengan membantu pekerjaan rumah dan membuka les privat dirumah atas permintaan para tetangga, mengingat almarhum Ayah Hanung adalah seorang guru. Banyak anak-anak yang mau belajar dengan Hanung. Menurut mereka, mereka lebih cepat paham dengan penjelasan Hanung dibandingkan disekolah.

Les tersebut berjalan dengan bayaran semampu mereka. Terkadang mereka memberikan uang, terkadang mereka akan membayar Hanung dengan hasil panen. Hanung menerimanya untuk menghormati mereka karena niatnya membantu anak-anak.

"Mbak Hanung, maaf. Sebaiknya Didik tidak les dulu, saya belum mampu membayar 2 bulan ini." kata orang tua Didik yang mendatangi rumah Hanung.

"Tidak apa, Bu. Didik sudah mulai bisa menulis. Sayang kalau tidak dilanjutkan."

"Iya, kemarin dia memamerkan tulisan namanya. Tapi saya sungkan, Mbak Hanung."

"Saya tidak masalah, Bu. Yang penting Didik bisa mengikuti pelajaran disekolahnya. Apalagi sebentar lagi akan ada ulangan semester."

"Terima kasih, Mbak Hanung. Saya tidak berharap Didik bisa rangking, yang penting dia tidak tinggal kelas lagi." Hanung mengangguk sambil tersenyum.

Kedua orang tua Didik pun berpamitan pulang. Walaupun mereka masih merasa sungkan, mereka lega bisa berterus terang dengan Hanung.

"Didik itu yang tunggakan kelas satu itu, Mbak?" tanya Iwan, adik tiri Hanung.

"Iya. Kamu tahu?"

"Tahu. Anaknya penyendiri tidak seperti anak kelas satu yang masih seperti anak TK."

"Kamu saja masih seperti anak kecil!"

"Paling tidak aku sudah bisa menulis saat kelas satu, Mbak!" Iwan tidak Terima.

"Iya-iya. Ulangan hari ini bagaimana?" Hanung mengalihkan topik.

"Salah satu, Mbak." Iwan menyerahkan kertas ulangannya.

"Cara kamu sudah benar, cuma kamu lupa menyamakan penyebut disini. Makanya hasilnya salah. Hasil yang benar itu 2 1/24 karena penyebut yang sama untuk 3 dan 8 adalah 24." jelas Hanung.

"Iya, Mbak. Tidak aku teliti lagi tadi karena waktunya sudah mepet."

"Tak apa, lain kali harus teliti kalau kamu mau mengejar 3 besar."

"Jangan lupa rewardnya, ya?"

"Iya." jawab Hanung sambil mengacak rambut Iwan.

Ibu Jam yang sedang menyuapi Jamal pun tersenyum melihat interaksi keduanya. Beruntung anak ketiganya, Nada tidak begitu rewel sehingga beliau bisa membagi waktunya antara Jamal dan Nada yang hanya beda 1 tahun.

Yang menjadi ganjalan hati beliau adalah kabar dari Ningrum, yang mengatakan suaminya membatalkan lamaran anaknya untuk Hanung. Dengan alasan tak ada lagi koneksi untuk bisa menjadi guru honorer di sekolah menengah yang Ayah Hanung ampu sebelumnya. Ibu Jam masih bingung bagaimana menyampaikan nya.

Tengah malam, Hanung terbangun untuk melaksanakan sholat malam. Mempunyai Ibu tiri jebolan pesantren, membuat Hanung mengikuti rutinitas beliau dan berakhir menjadi kebiasaannya. Hanya saja Hanung tidak penghafal Quran seperti Ibu Jam, ia hanya hafal juz 30 dan surah tertentu.

"Kenapa, Bu?" tanya Hanung yang mendapati Ibu Jam sedang duduk diam menatap teh di depannya.

"Mbak Hanung sudah selesai sholat?" tanya Ibu Jam balik.

"Sudah. Ibu kenapa?"

"Duduk sini, Mbak. Ada yang mau Ibu sampaikan." Ibu Jam menepuk kursi makan disebelahnya.

Hanung pun duduk dan menuang teh yang ada didepan Ibu Jam ke gelas kosong, untuk dirinya.

"Mbak Hanung suka dengan Marsudi?" tanya Ibu Jam hati-hati.

"Marsudi?" Hanung mencoba mengingat-ingat.

"Marsudi yang pernah menemui Ayah itu?" tanya Hanung yang mendapat anggukan Ibu Jam.

"Tidak, Bu. Jangankan suka, kenal saja tidak."

"Waktu itu, Marsudi melamar kamu. Tetapi Ayah mengatakan semua keputusan ada ditanganmu, sehingga mereka menunggu kamu lulus. Tetapi siapa sangka, ajal lebih dulu menemui Ayah dan pembicaraan itupun terlupakan. Kemarin, Ibu Marsudi menghubungi Ibu dan mengatakan kalau lamaran mereka batalkan."

"Lalu?"

"Lalu, Ibu jawab tidak masalah karena Ayah waktu itu juga belum memberikan keputusan."

"Bagus itu, Bu! Ibu yang terbaik!"

"Mbak Hanung tidak sedih gagal dilamar?"

"Untuk apa sedih, Bu? Ayah saja tidak menjawab! Lebih baik batal daripada Hanung harus terikat dengan laki-laki yang Hanung tidak kenal." Ibu Jam tersenyum mendengar perkataan Hanung.

Beliau menghembuskan nafas lega. Perlu waktu bagi beliau menyampaikan hal tersebut. Jika tahu respon Hanung seperti ini, beliau akan mengatakannya lebih awal.

Mereka pun terlibat obrolan seputar jodoh dari kacamata agama. Ibu Jam tak segan membagikan ilmunya untuk Hanung, bahkan Ibu Jam memberikan pengetahuan tentang hubungan yang ada dalam kitab Fathul Izar agar anak tirinya tersebut memiliki bekal nantinya.

Hanung yang awalnya merasa malu, mendengarkan semua penjelasan Ibu Jam dengan seksama. Sampai adzan subuh berkumandang, mereka pun membangunkan Iwan untuk sholat subuh ke masjid.

Terpopuler

Comments

Adiba Shakila Atmarini

Adiba Shakila Atmarini

bgus critax..lnjut up

2025-01-04

1

Nabilah

Nabilah

lanjut kak.. semangat

2024-11-20

0

Yani

Yani

Aku udah mampir thor

2024-10-25

1

lihat semua
Episodes
1 1. Hanung
2 2. Menabrak
3 3. Menolak Lamaran
4 4. Kedatangan Bu Nyai
5 5. Les Libur
6 6. Khitbah
7 7. Gus Zam
8 8. Hadiah
9 9. Di Boyong
10 10. Kumat
11 11. Seperti Buntut
12 12. Merubah Kamar
13 13. Gemetar
14 14. Tamu Tak Diundang
15 15. Ikut Hanung
16 16. Humairaku
17 17. Serangan Panik!
18 18. Satu Tahun
19 19. Ukiran
20 20. Doa Baik
21 21. Berangkat
22 22. Jangan Memaksakan Diri
23 23. Kasurnya Terlalu Besar
24 24. Disita
25 25. Sudah Bersuami
26 26. Lalu Siapa?
27 27. Alung
28 28. Sampai Disini
29 29. Tidak Bisa Dihubungi
30 30. Menghilang
31 31. Tunggu Aku!
32 32. Pagatan
33 33. Pasar
34 34. Menyusul
35 35. Cerita Nanti
36 36. Assalamu’alaikum Istriku
37 37. Luka
38 38. Kantor Polisi
39 39. Kecupan Di Bibir
40 40. Keputusanmu Sangat Berani
41 41. Jambi
42 42. Kembali
43 43. Hubungan Kita
44 44. Akhirnya
45 45. Kamar Hanung
46 46. Pikiran Negatif
47 47. Air Panas
48 48. Pelukan Tiba-tiba
49 49. Demam
50 50. Nambah
51 Revisi
52 51. Tidak Memerlukan Bukti
53 52. Kotak Hadiah
54 53. Humaira Berkenan
55 54. Jamu?
56 55. Cucu Perempuan
57 56. Nenek?
58 57. Sepakat
59 58. Pengecut
60 59. Hamil?
61 60. Kasih Sayang Tulus
62 61. Tertekan
63 62. Keturunan Agus
64 63. Bertanya
65 64. Sedang Sedih
66 65. Nenek!
67 66. Selamat
68 67. Umi Ikut!
69 68. Mahar
70 69. Saling Mengerti dan Melengkapi
71 70. Akan Meminang
72 71. Kalian Ini Kemana Saja!
73 72. Jus Pisang dan Pir
74 73. Akad
75 74. Hadiah
76 75. Mie Ayam
77 76. Meminta Maaf
78 77. Tidur Terlalu Lama
79 78. Awas!
80 79. Keguguran
81 80. Pikiran
82 81. Memaafkan
83 82. Menangis
84 83. Rumah Sendiri
85 84. Beli Rumah
86 85. Mengerjai
87 86. Tidak Mengizinkan
88 87. Tidur Siang
89 88. Motor Laki
90 89. Mengajari
91 90. Es Kemangi
92 91. Pelindung
93 92. Berangkat Magetan
94 93. Telaga Sarangan
95 94. Mengikhlaskan
96 95. Pemakaman
97 96. Aku Salut Denganmu
98 97. Jamu Rutin
99 98. Sukarela
100 99. Boleh
101 100. Aku Menyukainya
102 101. Gila
103 102. Merajuk
104 103. Perasaan Lega
105 104. Rendang
106 105. Mencoba Semuanya
107 106. Panen
108 107. Tidak Nyaman
109 108. Kehamilan Kedua
110 109. 4 Bulan
111 110. Daripada Melamun
112 111. Masih Kurang
113 112. Rujak
114 113. Kolam Renang
115 114. Air Ketuban
116 115. Nama
117 116. Bau Bayi
118 117. Ning Zelfa
119 118. Jawaban
120 119. Meminta Restu
121 120. Besok
122 121. Huek!
123 122. Selesai Acara
124 123. Tidak Bisa Dipercaya!
125 124. Memaafkan
126 125. Subur Sekali
127 126. Masa Lalu
128 127. Menggoda
129 128. Komunikasi
130 129. Sakit?
131 130. Mood
132 131. Gus Aidil Sudah Menikah?
133 132. Dua Kali
134 133. Memojokkan
135 134. Aku Percaya
136 135. Zainab Khanza
137 136. Pingsan
138 137. Sadar
139 138. Sudah Benar
140 139. Pamit
141 140. Kelelahan
142 141. Nasi Padang
143 142. Sayang!
144 143. Kabar Baik dan Kabar Buruk
145 144. Diberondong Cucu
146 145. Teka-teki
147 146. Membuntuti
148 147. Ngidam
149 148. Dikejutkan
150 149. Perasaan Hambar
151 150. Mendukung dan Medoakan yang Terbaik
152 151. Siap Pulang
153 152. Menantu Bodoh
154 153. Ibu Santi
155 154. Merasa Benar
156 155. Terminal Lucidity
157 156. Mukena
158 157. Merasa Kehilangan
159 158. Waktu yang Menjawab
160 159. Prematur
161 160. Arshaka Zayyan
162 161. Ngemper
163 162. Kakak Kecil
164 163. Kembar
165 164. Mencintai Kamu
166 Promo novel baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
1. Hanung
2
2. Menabrak
3
3. Menolak Lamaran
4
4. Kedatangan Bu Nyai
5
5. Les Libur
6
6. Khitbah
7
7. Gus Zam
8
8. Hadiah
9
9. Di Boyong
10
10. Kumat
11
11. Seperti Buntut
12
12. Merubah Kamar
13
13. Gemetar
14
14. Tamu Tak Diundang
15
15. Ikut Hanung
16
16. Humairaku
17
17. Serangan Panik!
18
18. Satu Tahun
19
19. Ukiran
20
20. Doa Baik
21
21. Berangkat
22
22. Jangan Memaksakan Diri
23
23. Kasurnya Terlalu Besar
24
24. Disita
25
25. Sudah Bersuami
26
26. Lalu Siapa?
27
27. Alung
28
28. Sampai Disini
29
29. Tidak Bisa Dihubungi
30
30. Menghilang
31
31. Tunggu Aku!
32
32. Pagatan
33
33. Pasar
34
34. Menyusul
35
35. Cerita Nanti
36
36. Assalamu’alaikum Istriku
37
37. Luka
38
38. Kantor Polisi
39
39. Kecupan Di Bibir
40
40. Keputusanmu Sangat Berani
41
41. Jambi
42
42. Kembali
43
43. Hubungan Kita
44
44. Akhirnya
45
45. Kamar Hanung
46
46. Pikiran Negatif
47
47. Air Panas
48
48. Pelukan Tiba-tiba
49
49. Demam
50
50. Nambah
51
Revisi
52
51. Tidak Memerlukan Bukti
53
52. Kotak Hadiah
54
53. Humaira Berkenan
55
54. Jamu?
56
55. Cucu Perempuan
57
56. Nenek?
58
57. Sepakat
59
58. Pengecut
60
59. Hamil?
61
60. Kasih Sayang Tulus
62
61. Tertekan
63
62. Keturunan Agus
64
63. Bertanya
65
64. Sedang Sedih
66
65. Nenek!
67
66. Selamat
68
67. Umi Ikut!
69
68. Mahar
70
69. Saling Mengerti dan Melengkapi
71
70. Akan Meminang
72
71. Kalian Ini Kemana Saja!
73
72. Jus Pisang dan Pir
74
73. Akad
75
74. Hadiah
76
75. Mie Ayam
77
76. Meminta Maaf
78
77. Tidur Terlalu Lama
79
78. Awas!
80
79. Keguguran
81
80. Pikiran
82
81. Memaafkan
83
82. Menangis
84
83. Rumah Sendiri
85
84. Beli Rumah
86
85. Mengerjai
87
86. Tidak Mengizinkan
88
87. Tidur Siang
89
88. Motor Laki
90
89. Mengajari
91
90. Es Kemangi
92
91. Pelindung
93
92. Berangkat Magetan
94
93. Telaga Sarangan
95
94. Mengikhlaskan
96
95. Pemakaman
97
96. Aku Salut Denganmu
98
97. Jamu Rutin
99
98. Sukarela
100
99. Boleh
101
100. Aku Menyukainya
102
101. Gila
103
102. Merajuk
104
103. Perasaan Lega
105
104. Rendang
106
105. Mencoba Semuanya
107
106. Panen
108
107. Tidak Nyaman
109
108. Kehamilan Kedua
110
109. 4 Bulan
111
110. Daripada Melamun
112
111. Masih Kurang
113
112. Rujak
114
113. Kolam Renang
115
114. Air Ketuban
116
115. Nama
117
116. Bau Bayi
118
117. Ning Zelfa
119
118. Jawaban
120
119. Meminta Restu
121
120. Besok
122
121. Huek!
123
122. Selesai Acara
124
123. Tidak Bisa Dipercaya!
125
124. Memaafkan
126
125. Subur Sekali
127
126. Masa Lalu
128
127. Menggoda
129
128. Komunikasi
130
129. Sakit?
131
130. Mood
132
131. Gus Aidil Sudah Menikah?
133
132. Dua Kali
134
133. Memojokkan
135
134. Aku Percaya
136
135. Zainab Khanza
137
136. Pingsan
138
137. Sadar
139
138. Sudah Benar
140
139. Pamit
141
140. Kelelahan
142
141. Nasi Padang
143
142. Sayang!
144
143. Kabar Baik dan Kabar Buruk
145
144. Diberondong Cucu
146
145. Teka-teki
147
146. Membuntuti
148
147. Ngidam
149
148. Dikejutkan
150
149. Perasaan Hambar
151
150. Mendukung dan Medoakan yang Terbaik
152
151. Siap Pulang
153
152. Menantu Bodoh
154
153. Ibu Santi
155
154. Merasa Benar
156
155. Terminal Lucidity
157
156. Mukena
158
157. Merasa Kehilangan
159
158. Waktu yang Menjawab
160
159. Prematur
161
160. Arshaka Zayyan
162
161. Ngemper
163
162. Kakak Kecil
164
163. Kembar
165
164. Mencintai Kamu
166
Promo novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!