Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34- Kelepasan
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
"Iya, Bie. Aku lihat sendiri dia berdandan dengan cantiknya saat mau pergi. Dia sudah ada kemajuan. Dia sudah mulai berdandan seperti seorang wanita. Seperti yang kamu inginkan. Kamu senangkan?"
"Tapi, aku heran. Sebenarnya apa yang menyebabkan anak itu sampai berubah? Padahal, selama ini aku selalu bersikap keras, tapi dia tidak bisa berubah juga. Dan sekarang, tidak ada angin tidak ada hujan, dia bisa..." Vanno berpikir keras saking bingungnya.
"Makanya, Bie, aku kan sering bilang, Gadis itu jangan terlalu dikekang. Cepat atau lambat juga dia akan kembali ke kodratnya. Dan, sekarang terbuktikan? Saat kamu memberinya kebebasan, dia malah berubah dengan sendirinya," ucap Najwa sebelum berlalu dari sana.
Vanno masih belum bisa menghilangkan rasa penasarannya. Sebenarnya, apa yang sudah terjadi pada putrinya sampai dia bisa berubah tiba-tiba seperti ini? Bukan karena tidak senang, justru dia sangat bahagia karena memang inilah yang dia harapkan sejak dulu.
Tapi penyebabnya, tentu membuatnya penasaran.
🌻🌻🌻🌻🌻
Jam pelajaran sedang berlangsung. Gadis ijin ke toilet. Selama beberapa hari belakangan ini dia selalu rajin mengikuti setiap mata pelajaran dan tidak pernah bolos lagi, apalagi setiap jam pelajaran Yusuf.
Bahkan para guru pun mulai senang karena siswi yang super badung dan urakan itu, perlahan-lahan mulai berubah. Bahkan nilai-nilai pelajarannya pun mulai memuaskan mereka.
Mendekati toilet, Gadis mendengar suara bisik-bisik dari dalam toilet pria. Rasa penasaran yang membumbung tinggi mendorongnya untuk menguping didepan pintu. Karena suaranya masih tidak terdengar jelas, dia sedikit membuka pintu itu.
"Lumayan juga setoran hari ini."
"Gimana, kalau nanti kita nongkrong di cafe sama cewek-cewek seksi?"
"Ide bagus tu."
Gadis mendengar suara empat orang pria yang dikenalnya. Mereka adalah genk palak yang tempo hari pernah bertarung dengannya di lapangan basket. Mereka sedang bercengkrama ria sambil menghitung lembaran uang ditangannya masing-masing.
Gadis jadi begitu penasaran, sebenarnya apa yang habis atau akan mereka lakukan? Kenapa sampai berdiskusi didalam toilet? Seperti orang sedang melakukan misi rahasia saja.
Gadis membuka pintu selebar mungkin, lalu masuk mendekati keempat siswa yang tampak terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
"Heh, ngapain lho pada disini? Lagi jam pelajaran bukannya dikelas, malah ngejongok dimari," seru Gadis sambil berkacak pinggang dengan garangnya. Persis ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya karena melakukan kesalahan.
"Dis, Dis, sini deh." Jimy melambai-lambaikan tangannya pada Gadis dengan senyum sok akrab.
"Apaan sih?" Gadis berjalan mendekati mereka.
Jimy merangkul pundak Gadis dengan sikap bersahabat. Kini posisi Gadis berdiri ditengah-tengah keempat pemuda itu.
"Gini. Daripada kita jadi rival, gimana kalau kita jadi bestie aja?" tawar Jimy.
"Iya, Dis, gimana kalau lho gabung bareng genk kita?" timpal Timo.
"Terus, untungnya gue gabung di genk lho apa ya?" Gadis melirik keempat sahabat itu secara bergantian dengan judesnya.
"Nah itu, entar lho bisa ikut kita palak bareng. Terus hasilnya, kita bagi lima. Hasilnya lumayan. Entar bisa lho pakek buat apa aja. Nongkrong, shopping, traktir teman-teman lho. Pokoknya, untung banyak deh. Gimana?" ucap Jimy berusaha membujuk dan mengiming-imingi Gadis.
Mereka sadar tidak ada untungnya menjadikan gadis preman itu sebagai rival. Malah lebih menguntungkan dijadikan teman dengan kegagahannya yang melebihi mereka.
"Tunggu dulu. Jadi selama ini, lho semua masih suka malakin anak-anak disini? Jangan-jangan itu duit, hasil malak lagi." Gadis berusaha mencerna apa yang terjadi. Dia melirik uang ditangan mereka masing-masing dengan tatapan mengintimidasi.
"Iya, cuma kita beraksinya dikelas kita aja. Habisnya, kita takut ketahuan sama lho. Soalnya, lho udah ngancam mau ngelapor ke kepala sekolah. Tapi, sekarang kan lho udah tau, dan kita udah jadi bestie. Jadi aman." Jimy cengengesan dengan tengilnya.
"Jadi menurut lho, semua aman karena gue udah tau?" Gadis menatap mereka tajam.
Jimy mengangguk. Ketiga temannya menimpali dengan senyuman.
"Iya, kan kita udah jadi bestie. Iya nggak?"
Ketiga teman Jimy mengangguk setuju dengan ucapan ketua genk mereka, karena mengira bahwa Gadis tertarik dengan tawaran mereka. Mereka tidak tau, kalau Gadis justru muak dan merasa diremehkan dengan diajak kedalam genk cemen yang hobinya memalak.
"Lho pikir, gue sudi jadi bestie tukang palak kayak lho?!" teriak Gadis sambil melayangkan bogem mentahnya ke wajah Jimy yang spontan terhuyung dan menimpa westafel.
Ketiga temannya sangat terkejut melihat pimpinan mereka diserang. Namun mereka tidak berani membantu karena takut akan bernasib sama. Dan ketakutan mereka pun terbukti saat Gadis juga menghajar mereka. Satu genk itu dihajar habis-habisan oleh Gadis hingga keluar toilet.
"Udah gue bilang, jangan pernah lagi palakin anak-anak disekolah ini!"
Yusuf yang kebetulan lewat disana terkejut melihat aksi kekerasan itu. Dia berlari dan menarik Gadis, berusaha menghentikannya yang sedang menghajar keempat siswa itu secara membabi buta hingga wajah mereka babak belur.
"Ya Tuhan! Gadis, berhenti!"
🌻🌻🌻🌻🌻
Setelah berhasil melerai perseteruan itu, Yusuf membawa Gadis dan keempat siswa korban pukulannya ke ruang kepala sekolah.
"Gadis, Gadis. Saya pikir beberapa hari belakangan ini kamu sudah berubah. Ternyata sama saja, hobinya bikin ribut terus." kepala sekolah menatap Gadis dengan garang melalui kacamatanya. Lalu pria paruh baya berbadan gendut itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dia beralih pada keempat siswa yang sudah babak belur karena ulah Gadis.
"Ini. Keempat anak orang kamu hajar sampai babak belur begini. Kamu tidak pernah berpikir, kalau nanti mereka sampai mengadu ke orang tuanya? Nama baik sekolah ini yang akan tercemar."
Keempat pemuda itu berdiri dengan tegang dan gemetar. Pembelaan dari kepala sekolah sama sekali tidak membuat mereka merasa senang. Malah membuat gelisah karena orang tua mereka disebut-sebut. Pasalnya, Gadis tau semua kelakuan mereka. Dan dia bisa saja mengadukannya kapan saja.
"Gadis, kamu sudah melanggar kesepakatan kita. Kamu kan sudah janji sama saya, akan berkelakuan seperti wanita selama satu bulan. Ini saja belum genap seminggu, kamu sudah kembali berkelakuan seperti preman. Menghajar orang di toilet," timpal Yusuf dengan tatapan tajam dan kecewa.
Gadis berdiri dengan tenangnya. Ocehan kedua pria itu sama sekali tidak membuatnya merasa tegang dan takut.
"Oke, Pak kepsek dan Pak Yusuf, sudah selesai bicaranya? Apakah Gadis tidak akan diberi kesempatan untuk menjelaskan duduk perkaranya, sampai bisa kelepasan menghajar mereka?" tanyanya santai. Membuat keempat pemuda itu semakin gelisah karena mereka yakin Gadis pasti akan mengatakan semuanya. Bisa tamat riwayat mereka!
"Oke, silahkan sekarang kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, sampai kamu memukul mereka hingga babak belur begini?" pinta kepala sekolah.
"Oke, Pak kepsek yang terhormat. Sebagai orang yang paling disegani. Orang yang paling bertanggung jawab terhadap semua guru maupun murid disekolah ini, apa Bapak tau kelakuan keempat siswa Bapak ini?" seru Gadis menatap tajam keempat pemuda itu diakhir kalimatnya. Tatapan yang seakan menembus jantung mereka. Membuat mereka semakin takut dan gelisah.
BERSAMBUNG