NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:824
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34: Pertemuan Tak Terduga

Pagi itu, sinar matahari menembus pepohonan, menciptakan lukisan cahaya yang indah di tanah. Mira duduk di dekat api unggun, merasakan hangatnya sinar matahari menyentuh kulitnya. Dia merasa segar dan bersemangat setelah malam yang penuh pelatihan dan refleksi. Setiap detik yang berlalu, kekuatannya semakin terasah, dan kepercayaan dirinya pun meningkat.

Lyra, Soren, dan Evano berkumpul di sekelilingnya, wajah mereka penuh semangat dan harapan. “Hari ini adalah hari yang penting,” kata Lyra, memecah keheningan. “Kita akan mempersiapkan diri untuk melawan Kuil Kegelapan. Kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka agar kita bisa melindungi diri kita dan dunia ini.”

Soren mengangguk setuju. “Kita perlu merencanakan strategi yang matang. Kita tidak bisa meremehkan musuh ini.” Wajahnya terlihat serius, menunjukkan betapa pentingnya misi yang mereka hadapi. Mira memperhatikan Soren, merasakan ketegasan dan kekuatannya, tetapi juga merasakan sedikit kekhawatiran di dalam dirinya. Dia tahu bahwa semua beban itu tidak hanya ditanggung oleh mereka, tetapi juga olehnya.

Evano, dengan tatapan yang penuh perhatian, berkata, “Mira, kau harus ingat, kekuatanmu adalah aset kita. Jika kita bisa menguasainya, kita punya peluang yang lebih besar untuk menang.” Dia menatap Mira, seolah ingin meyakinkannya bahwa dia tidak sendiri dalam perjuangan ini.

Mira mengangguk, berusaha menenangkan rasa cemas yang muncul dalam dirinya. “Aku akan melakukan yang terbaik. Aku tidak akan mengecewakan kalian.” Dia merasa sebuah dorongan dalam dirinya untuk berjuang lebih keras, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang dia cintai.

“Baiklah,” Lyra berkata, mengalihkan perhatian mereka kembali ke rencana. “Kita perlu menemukan lokasi Kuil Kegelapan. Dari situ, kita bisa menganalisis pertahanan mereka dan mencari cara untuk melewati rintangan yang ada.”

Mira merasakan ketegangan di udara. “Bagaimana kita bisa menemukan mereka?” tanyanya, suaranya bergetar. Dia tidak ingin terlihat takut, tetapi pikirannya penuh dengan kemungkinan yang menakutkan.

“Dengan menggunakan kekuatanmu,” jawab Lyra. “Energi yang kau miliki dapat menarik perhatian yang lebih kuat. Jika kau fokus, kau bisa merasakan kehadiran mereka.”

Mira menelan ludah, merasa ada tanggung jawab besar yang dipikulnya. “Aku akan mencoba,” jawabnya, meskipun keraguan masih menggerogoti pikirannya.

Setelah menyelesaikan sarapan sederhana, mereka memulai perjalanan menuju area hutan yang lebih dalam. Dengan setiap langkah, Mira merasakan ketegangan di dalam dirinya semakin meningkat. Suara alam di sekelilingnya seolah mengingatkan bahwa kegelapan bisa muncul kapan saja.

Mira memfokuskan pikirannya, mencoba merasakan energi yang mengelilinginya. Dia mengambil napas dalam-dalam, membayangkan kekuatan api dalam dirinya menyala lebih terang. Tiba-tiba, sebuah cahaya samar muncul di depan matanya, seolah-olah memanggilnya. “Di sana,” dia berbisik, menunjuk ke arah cahaya itu.

Soren dan Evano menatapnya dengan penuh harap. “Apa kau yakin itu adalah mereka?” Soren bertanya, bersiap-siap dengan senjatanya.

“Aku tidak tahu… tetapi rasanya kuat,” jawab Mira, jantungnya berdegup kencang. “Kita harus mendekat.”

Ketika mereka mendekati cahaya, Mira merasa ada sesuatu yang aneh. Di dalam hati, dia merasakan ketidakpastian, tetapi juga rasa ingin tahu yang kuat. Mereka melangkah perlahan, hati-hati, hingga akhirnya tiba di sebuah area terbuka. Di tengahnya, terdapat altar kuno dengan simbol-simbol yang tampak gelap dan menakutkan.

“Ini pasti Kuil Kegelapan,” Evano berseru, wajahnya menegang. “Kita harus tetap waspada.”

Mira memandangi altar itu, merasakan energi negatif yang memancar dari sana. Tiba-tiba, sosok-sosok bayangan mulai muncul dari balik pepohonan, mengelilingi mereka. Mira merasa jantungnya berdegup lebih cepat, rasa takut menyelimuti dirinya. “Apa yang harus kita lakukan?” tanyanya panik.

“Bertarung!” Soren berteriak, segera melangkah maju dengan pedangnya terhunus. Evano mengikuti, menyiapkan senjatanya untuk bertarung. Namun, Mira merasa terjebak dalam kebingungan. Dia tahu dia harus beraksi, tetapi ketakutannya menahan langkahnya.

“Mira!” Lyra memanggil, mengingatkannya untuk tidak kehilangan fokus. “Gunakan kekuatanmu! Biarkan api itu mengalir!”

Mira menutup mata, mencoba mengabaikan ketakutannya. Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan api dalam dirinya berkobar. Saat dia membuka mata, dia melihat bola api kecil muncul di telapak tangannya. Dia melemparkan bola api itu ke arah bayangan-bayangan yang mendekat, dan dengan sekejap, cahaya menyilaukan memancar, menerangi area itu.

Namun, bayangan-bayangan itu tidak mundur. Mereka semakin mendekat, seolah-olah tidak terpengaruh oleh serangan Mira. “Mereka terlalu kuat!” teriak Evano, terlihat putus asa.

“Mira, fokus! Kau harus memusatkan energimu!” kata Lyra, suaranya bergetar. “Rasakan kekuatan phoenix itu dan biarkan ia melindungimu!”

Mira berusaha keras, berusaha mengabaikan suara yang menyuruhnya untuk mundur. Dalam sekejap, dia merasakan api di dalam dirinya semakin membara. Dia bisa merasakan kekuatan yang lebih dalam, tetapi sesuatu yang lain juga mulai muncul—kegelapan yang menyelinap masuk ke dalam pikirannya.

“Kau tidak akan bisa mengalahkan kami,” suara menyeramkan datang dari bayangan-bayangan itu. “Kau tidak layak mendapatkan kekuatan itu.”

Mira merasa hatinya terhimpit. “Siapa yang kau inginkan?” dia bertanya, suaranya bergetar.

“Semua yang kau cintai akan menderita jika kau tidak menyerah,” bayangan itu menjawab, dan Mira merasakan ketakutan mulai menguasai dirinya. Dia teringat pada orang-orang yang dia cintai, pada Soren, Evano, dan bahkan pada Lyra. Apa yang akan terjadi jika dia gagal?

Dalam hati, dia merasa terombang-ambing antara keberanian dan ketakutan. Tetapi saat itu, dia teringat kembali akan kata-kata Lyra: “Kekuatan itu bukan untuk ditakuti, tetapi untuk melindungi.” Dengan perasaan yang mendalam, dia memutuskan untuk melawan kegelapan yang mengintai di dalam dirinya.

Mira mengangkat tangan dan mengarahkan bola apinya ke arah bayangan-bayangan itu. “Aku tidak akan menyerah!” teriaknya, membiarkan kekuatan phoenix mengalir melalui dirinya. “Aku adalah keturunan phoenix, dan aku akan melindungi orang-orang yang aku cintai!”

Kekuatan api yang mengalir dari dalam dirinya memancar lebih kuat dari sebelumnya. Dengan penuh keyakinan, dia melepaskan bola api yang lebih besar ke arah bayangan-bayangan itu. Dalam sekejap, cahaya menyilaukan menyapu area itu, mengusir bayangan-bayangan gelap yang mengintimidasi mereka.

Setelah cahaya mereda, Mira terengah-engah, tetapi merasakan kebanggaan dan keberanian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. “Aku bisa melakukannya,” gumamnya pada dirinya sendiri, merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya.

Soren dan Evano melihatnya dengan tatapan kagum. “Bagus sekali, Mira!” Soren berteriak. “Kau melakukannya!”

“Ini baru permulaan,” Lyra menambahkan dengan senyuman bangga. “Kau telah menemukan kekuatanmu, dan sekarang kau harus terus belajar untuk mengendalikannya.”

Namun, saat mereka mulai merasa lega, suara misterius kembali terdengar. “Ini belum berakhir. Kekuatanmu hanya akan menarik perhatian yang lebih besar.”

Dari balik bayangan, sosok yang lebih besar dan lebih menakutkan muncul. Dia mengenakan jubah hitam dengan mata merah menyala. “Aku adalah Ketuamu, dan aku datang untuk mengambil kekuatanmu.” Suaranya menggema, membuat Mira merinding.

“Siapa kau?” Mira bertanya, suaranya bergetar. Dia merasa ketakutan yang mendalam, tetapi juga keberanian yang baru ditemukan.

“Aku adalah Bayangan yang Mengintai, dan kau tidak akan bisa menghindar dari takdirmu,” jawab sosok itu, tersenyum sinis. “Akan ada konsekuensi dari kekuatan yang kau miliki.”

Mira merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia tahu bahwa pertarungan ini belum selesai. “Kami tidak akan membiarkanmu mengambil apa pun dariku!” teriak Soren, bersiap untuk bertarung lagi.

“Bersiaplah untuk pertempuran yang akan menentukan segalanya!” teriak Soren, suaranya menggetarkan udara di sekeliling mereka. Raut wajahnya menunjukkan ketegasan, siap menghadapi ancaman yang semakin mendekat.

Mira merasa bergetar di antara perasaan ketakutan dan keberanian. Dia tahu bahwa mereka berada di ambang pertempuran yang tidak hanya melibatkan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan batin yang jauh lebih besar. "Kita tidak akan mundur," gumamnya, berusaha meneguhkan hatinya. Dia merasakan kekuatan phoenix yang mengalir dalam dirinya, sebuah kehangatan yang seakan membangkitkan semangatnya.

Bayangan besar di depan mereka tertawa sinis, suara gelapnya menggema di hutan. “Kau pikir dengan kekuatan itu, kau bisa mengalahkanku? Kau masih terlalu lemah!”

Lyra melangkah maju, menempatkan dirinya di antara Mira dan sosok itu. “Kau mungkin kuat, tetapi kami tidak akan pernah menyerah. Kami akan melindungi Mira, apapun yang terjadi!”

Evano menambahkan, “Kita telah berjuang jauh untuk sampai ke sini. Kami tidak akan membiarkan kegelapan mengambil alih!”

Soren mengangkat pedangnya dengan tegas. “Bersiaplah untuk bertarung!”

Mira merasakan denyut jantungnya semakin cepat. Dia mengambil napas dalam-dalam dan merasakan energi di dalam dirinya semakin membara. Dalam momen itu, dia menyadari bahwa kekuatannya bukan hanya untuk melawan, tetapi juga untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.

“Saya akan menggunakan kekuatan saya,” Mira berkata dengan suara tegas. “Saya tidak akan membiarkan kegelapan ini merusak dunia kami!” Dia mengangkat tangannya, dan bola api kecil muncul, berkilauan dengan warna oranye dan merah. Dalam sekejap, bola api itu berkembang menjadi bola yang jauh lebih besar, siap untuk menyerang.

Dengan cepat, Mira melemparkan bola api ke arah sosok gelap itu. Namun, sosok itu hanya berdiri tegak, seolah tidak terpengaruh oleh serangan tersebut. “Kau pikir itu cukup untuk mengalahkanku?” dia mencemooh, mengulurkan tangannya dan dengan mudah menghalau bola api itu seolah-olah itu hanyalah debu.

Mira merasa putus asa sejenak. Namun, Soren, Lyra, dan Evano tidak membiarkannya tenggelam dalam keraguan. “Jangan menyerah, Mira! Kau masih bisa melakukannya!” teriak Lyra, suaranya penuh semangat.

Mira menutup matanya, mendengarkan kata-kata dukungan itu. Dalam kegelapan, dia merasakan cahaya kecil di dalam hatinya. Dia membuka matanya, kali ini dengan kepercayaan diri yang baru. “Aku adalah keturunan phoenix!” teriaknya, mengulangi kata-kata yang memberi kekuatan.

Dia mengulangi gerakan sebelumnya, tetapi kali ini dia berfokus pada kekuatan batinnya. Dia mengumpulkan semua energi yang ada, dan bola api di telapak tangannya mulai membesar, seolah-olah menyerap semua energi positif di sekitarnya.

“Sekarang!” Mira berteriak, melemparkan bola api yang jauh lebih besar dan lebih kuat ke arah Bayangan yang Mengintai. Kali ini, sinar itu memancar dengan sangat terang, seolah-olah mengubah malam menjadi siang.

Sosok itu terkejut, wajahnya berubah saat bola api itu meluncur menuju dirinya. “Tidak!” teriaknya, berusaha menghindar, tetapi tidak cukup cepat. Bola api itu menghantamnya dengan kekuatan yang menggetarkan tanah, menyebabkan gelombang energi yang kuat menyebar ke sekeliling.

Saat debu mengendap, Mira melihat sosok gelap itu terjatuh, terlempar beberapa langkah ke belakang. Namun, dia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Dengan cepat, Mira menyadari bahwa pertarungan ini jauh dari selesai.

“Dia akan kembali,” bisik Evano, memperhatikan dengan seksama gerakan sosok itu.

Mira, Soren, Lyra, dan Evano bersiap-siap menghadapi serangan berikutnya. Mereka menyusun barisan, saling melindungi satu sama lain.

“Kita harus bersatu,” kata Mira, suaranya penuh tekad. “Kita harus menggunakan kekuatan kita bersama-sama!”

Mereka saling menatap, merasakan ikatan yang kuat di antara mereka. Dalam pertempuran ini, mereka bukan hanya bertarung untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk satu sama lain. Dengan semangat yang baru, mereka bersatu, menggabungkan kekuatan mereka menjadi satu.

Mira merasakan aliran energi dari teman-temannya, dan dia mengangkat tangannya lagi, kali ini dengan lebih percaya diri. “Mari kita lakukan ini bersama!” teriaknya.

Mereka mengarahkan energi mereka ke satu titik, dan bola energi yang lebih besar terbentuk, berkilauan dengan warna-warna yang menakjubkan. “Untuk dunia kita!” mereka berseru serentak, melepaskan bola energi itu ke arah sosok gelap.

“Tidak! Ini tidak mungkin!” teriak Bayangan yang Mengintai, wajahnya berubah menjadi ketakutan saat bola energi menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa. Suara dentuman keras bergema di seluruh hutan saat energi menyelimuti sosok itu, mengusir kegelapan yang mengancam.

Setelah cahaya mereda, mereka melihat sosok itu tergeletak di tanah, tampak lemah dan tidak berdaya. Meskipun mereka telah menang untuk saat ini, Mira tahu bahwa pertarungan ini hanya bagian dari perjalanan panjang mereka.

Kehangatan dan kebanggaan memenuhi hati Mira. Dia merasa telah mengambil langkah besar dalam menemukan dan memahami kekuatan dalam dirinya. Namun, ketakutan dan kekhawatiran akan apa yang akan datang masih membayangi pikirannya.

“Mira, kau luar biasa!” Soren berkata, senyum lebar menghiasi wajahnya. “Kau telah melakukan hal yang luar biasa.”

Lyra dan Evano mendekat, memberikan pelukan hangat. “Kami bangga padamu, Mira. Kau telah membuktikan bahwa kekuatanmu adalah harapan bagi kita semua,” kata Lyra, matanya bersinar penuh harapan.

Mira merasa terharu. “Ini semua berkat kalian. Tanpa dukungan kalian, aku tidak akan bisa melakukan ini.” Dia tahu bahwa kekuatan mereka bukan hanya terletak pada kemampuan fisik, tetapi juga pada ikatan yang telah mereka bangun selama ini.

“Sekarang, kita harus bersiap-siap,” Evano berkata, mengalihkan perhatian mereka kembali ke situasi. “Meskipun kita menang hari ini, ancaman Kuil Kegelapan masih ada di luar sana.”

Mira mengangguk. “Kita harus terus berlatih dan memperkuat diri. Aku tidak akan membiarkan kegelapan menguasai kita.” Dia merasa semangatnya kembali berkobar, bertekad untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Mereka meninggalkan area Kuil Kegelapan dengan perasaan campur aduk, namun ada harapan baru yang tumbuh dalam hati mereka. Dalam perjalanan pulang, Mira merasa lebih kuat dari sebelumnya, tidak hanya karena kekuatan api yang ada dalam dirinya, tetapi juga karena ikatan yang terjalin di antara mereka.

Perjalanan ini telah mengajarkan mereka banyak hal, termasuk arti sejati dari kekuatan dan keberanian. Mira tahu bahwa apapun yang akan terjadi di masa depan, dia tidak akan pernah menghadapi kegelapan sendirian. Dia memiliki teman-temannya di sampingnya, siap untuk berjuang bersama.

Ketika matahari mulai terbenam, mengantarkan malam yang tenang, Mira menatap ke langit, berdoa agar kekuatan mereka cukup untuk menghadapi apa pun yang menanti di depan. Dia merasa, meskipun tantangan yang ada di hadapan mereka sangat berat, tetapi dengan persatuan dan keyakinan, mereka akan mampu menghadapinya.

Sore itu, saat matahari mulai terbenam, keindahan langit yang berwarna oranye dan merah memberikan harapan baru bagi Mira dan teman-temannya. Mereka melanjutkan perjalanan pulang, meskipun perasaan campur aduk masih menyelimuti pikiran mereka. Kemenangan di Kuil Kegelapan memberikan sedikit ketenangan, tetapi ancaman yang lebih besar masih mengintai.

Dalam perjalanan, Mira mulai merenung. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan sosok itu?" tanyanya, suaranya lembut namun penuh ketegangan. "Dan siapa Ketuanya yang dia sebutkan?"

Lyra, yang berjalan di sampingnya, menjawab, “Kami belum mengetahui sepenuhnya tentang Kuil Kegelapan. Namun, jelas bahwa mereka memiliki pemimpin yang kuat, dan ini menunjukkan bahwa ancaman ini jauh lebih besar daripada yang kita duga.”

“Sepertinya mereka memanfaatkan kekuatan gelap untuk meraih tujuan mereka,” tambah Evano, memperhatikan jejak langkah di tanah. “Kita harus tetap waspada dan bersiap-siap untuk menghadapi apa pun yang datang.”

Soren mengangguk setuju. “Kita harus mengumpulkan informasi lebih banyak. Kita perlu mencari tahu siapa saja yang terlibat dengan Kuil Kegelapan dan apa rencana mereka selanjutnya.”

Mira merasakan tanggung jawab yang semakin besar. Dia tahu bahwa kekuatannya sebagai keturunan phoenix adalah harapan untuk melindungi orang-orang yang dicintainya. Namun, ia juga menyadari bahwa dengan kekuatan besar, ada risiko yang lebih besar. "Aku tidak ingin mengecewakan kalian. Kita harus bersatu dan menemukan cara untuk mengalahkan mereka," ujarnya dengan penuh tekad.

Mereka melanjutkan perjalanan sambil berdiskusi, merencanakan langkah-langkah yang harus diambil. Beberapa saat kemudian, mereka tiba di tepi sungai yang mengalir deras. Suara gemuruh air memberikan ketenangan sejenak bagi mereka yang lelah.

“Beristirahatlah sejenak,” kata Soren, menepuk bahu Mira. “Kita akan butuh energi untuk melanjutkan perjalanan ini.”

Mira duduk di tepi sungai, merasakan air dingin menyentuh kakinya. Dia menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan pikirannya. Kenangan pertempuran di Kuil Kegelapan kembali menghantuinya, dan perasaan takut sempat menyelimuti hatinya. Namun, dia teringat pada keberanian yang baru ditemukan dalam dirinya. Dia tidak boleh membiarkan ketakutan menguasai dirinya.

Ketika dia membuka mata, Mira melihat ke arah teman-temannya. Mereka sedang bercanda, tertawa, dan berbagi cerita tentang masa lalu mereka. Dalam momen itu, Mira merasakan kekuatan ikatan persahabatan yang terjalin di antara mereka. “Kita bisa melalui ini bersama,” bisiknya, meneguhkan keyakinan dalam dirinya.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan menuju desa terdekat. Dalam perjalanan, mereka mendengar suara aneh di antara pepohonan. Suara itu terdengar seperti suara tangisan. Mira dan teman-temannya saling bertukar tatapan, dan ketegangan mulai muncul kembali.

“Mari kita cek,” kata Evano, suara tegas namun penuh kewaspadaan. Mereka melangkah perlahan menuju sumber suara, berusaha tidak mengeluarkan suara yang terlalu keras.

Saat mereka mendekat, mereka melihat seorang gadis kecil duduk di tanah, wajahnya penuh air mata. “Apa yang terjadi?” tanya Mira dengan lembut, menghampiri gadis itu.

Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap Mira dengan mata penuh harapan. “Ayahku… dia diambil oleh makhluk gelap. Dia tidak kembali dari hutan.”

Mira merasakan hatinya terenyuh. Dia tahu mereka tidak bisa mengabaikan gadis kecil itu. “Kami akan membantumu,” ujarnya, bertekad untuk membantu gadis itu. “Tunjukkan kepada kami di mana kau terakhir melihat ayahmu.”

Gadis itu mengangguk, dan dengan cepat, dia membawa mereka ke dalam hutan. Setiap langkah membuat Mira semakin waspada. Dia merasakan kehadiran gelap yang sama seperti saat mereka bertemu dengan Bayangan yang Mengintai. Dalam hati, dia berdoa agar mereka tidak menghadapi bahaya lagi.

Ketika mereka tiba di tempat yang ditunjukkan, Mira merasakan perubahan dalam energi di sekitarnya. “Ini dia,” kata gadis kecil itu dengan suara bergetar. “Ayahku pergi ke sini dan tidak pernah kembali.”

Mira memandang sekeliling, berusaha merasakan apa yang terjadi. “Dia mungkin terjebak di dalam kegelapan,” pikirnya. “Kita harus hati-hati.”

Soren mengangkat pedangnya, siap untuk menghadapi apapun yang mungkin terjadi. “Kami tidak akan membiarkan kegelapan menguasai kita,” ujarnya, menatap Mira.

Mira mengangguk, merasakan keberanian mengalir dalam dirinya. “Aku akan menggunakan kekuatanku untuk mencari tahu di mana dia berada,” katanya, mengambil napas dalam-dalam. Dia menutup matanya, berfokus pada energi yang mengelilinginya.

Dalam sekejap, dia merasakan sesuatu yang familiar—energi gelap yang sama yang mereka hadapi sebelumnya. Dia membuka mata dan menatap teman-temannya. “Dia ada di dekat sini. Kita harus bergerak cepat!”

Dengan bimbingan Mira, mereka melangkah lebih dalam ke hutan. Semakin mereka mendekati sumber energi itu, semakin terasa ketegangan di udara. Mira merasakan kehadiran bayangan yang mengintai mereka, dan saat itu juga, dia tahu bahwa mereka harus bersiap-siap.

Akhirnya, mereka sampai di sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Di tengahnya, ada cahaya redup yang memancarkan aura gelap. “Di sana!” seru Mira, menunjuk ke arah cahaya itu.

Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, sosok-sosok bayangan muncul kembali, menghalangi jalan mereka. Bayangan-bayangan itu tampak lebih kuat dari sebelumnya, dan Mira bisa merasakan ketakutan menyelimuti gadis kecil itu.

“Jangan takut,” kata Mira dengan suara menenangkan. “Kami akan melindungimu.”

Mira, Soren, Lyra, dan Evano bersiap-siap menghadapi pertarungan berikutnya. Dalam hati, Mira berdoa agar mereka bisa menyelamatkan gadis kecil itu dan ayahnya dari kegelapan yang mengancam.

“Kita harus bersatu!” Mira berteriak, memfokuskan energinya. Dia merasakan kekuatan phoenix berkobar di dalam dirinya, dan saat itu dia tahu bahwa mereka tidak akan mundur.

“Bersiaplah!” Soren teriak, dan mereka semua bersiap untuk pertempuran yang akan menentukan takdir mereka.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!