Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proses Melahirkan
Galang melajukan motor dengan kecepatan tinggi, pemuda itu menyalip kendaraan yang ada di depannya bahkan nekat melanggar lampu lalu lintas.
"Gal!" panggil Satria yang tidak bisa mengejar pemuda itu.
Satria terus berusaha mengejar Galang dan menyadari kalau geng Zayad mengikuti mereka. Dia pun mengurangi kecepatan supaya bisa sejajar dengan Morgan.
"Kau melihatnya?" tanya Satria ketika sudah sejajar dengan temannya.
"Kita harus mengecoh mereka!" teriak Morgan. Dia juga berusaha mengejar Satria dan Galang sedari tadi untuk memberitahu kalau mereka dikejar oleh geng Zayad.
Mereka harus membuat Galang cepat sampai tujuan tanpa halangan.
"Pegangan, Fio!" Morgan meminta gadis yang dia bonceng untuk memeluknya karena dia takut jatuh.
"Aku masih sayang nyawaku, jangan macam-macam!" protes Fiona yang tidak pernah naik motor dengan kecepatan tinggi.
"Kalau masih sayang nyawa, pegangan!" Morgan langsung menambah kecepatan supaya gadis itu tidak banyak bicara lagi.
Fiona refleks melingkarkan kedua tangannya di perut Morgan. "Aaaaa...."
Mereka benar-benar mengalihkan perhatian geng motor Zayad supaya tidak bisa mengikuti Galang dan membuat keributan yang membuat pemuda itu terlambat menemui Dara.
Terjadi aksi kebut-kebutan di jalanan dan Galang tidak menyadari itu karena pikirannya fokus pada kekasihnya yang akan melahirkan.
Galang sampai di basecamp dan langsung berlari mencari Dara berada.
"Dara..." panggilnya seraya berlari dan ternyata yang dia cari tengah berbaring di kamar basecamp dengan kondisi memprihatinkan.
"Sayang, aku ada di sini," Galang buru-buru mendekat.
Dara terlihat kesakitan, bajunya basah karena keringat dan rok gadis itu basah dengan rembesan air ketuban serta beberapa bercak darah.
"Sakit..." Dara merintih dan memegang erat tangan Galang. Rasanya dia mau mati. "Aku takut!"
Galang merasa sangat panik, teman-temannya juga belum ada yang datang untuk membantunya.
Namun, beruntung dokter Lala sudah sampai di basecamp setelah dihubungi oleh Dara sebelumnya.
"Ini yang kau namakan bisa sendiri?" sindir dokter itu pada Galang. Dia sudah memberitahu kalau melahirkan di usia muda sangat beresiko tapi Galang tetap ngotot.
"Selamatkan Dara, aku mohon," pinta Galang. Dia tidak mau apa-apa selain itu.
Dokter Lala segera memeriksa keadaan Dara dan melihat kondisi gadis itu yang sudah kehilangan banyak tenaga.
"Dengarkan aku, apapun yang terjadi jangan pejamkan mata. Kau harus tetap sadar, Dara!" Dokter Lala memberi peringatan keras. Dia tidak akan bersikap lemah lembut untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dokter itu harus bersikap tegas.
Dara hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia berusaha sadar walaupun kepalanya sudah berkunang-kunang.
"Kau tetap di sini, supaya tahu proses melahirkan itu bagaimana!" Dokter Lala juga menahan Galang untuk tetap di ruangan kecil itu. Dia harus memberi pelajaran pada kedua remaja itu kalau melahirkan tidak semudah yang dibayangkan.
Setelah ini mereka pasti akan mendapat pelajaran berharga dan berpikir puluhan kali sebelum berbuat kesalahan.
Dokter Lala merasa pembukaan sudah sempurna apalagi air ketuban sudah merembes sedari tadi. Waktunya bayi untuk dikeluarkan.
Dara mengatur nafasnya untuk bisa mengejan, gadis itu mengeluarkan sisa tenaganya untuk mendorong Bibu keluar.
Sementara Galang benar-benar melihat proses melahirkan yang membuat perasaannya campur aduk. Ini pengalaman pertamanya dan rasanya tidak sebanding dengan yang Dara rasakan sekarang.
"Aku berjanji akan menjadi lebih baik untukmu dan Bibu," batin Galang seraya mengecup punggung tangan Dara.