NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Hidupku Seperti Dongeng

Dia ini...

"Gadis ini yang bernama Inara Nuha yang kemarin itu gak masuk, kan Agung?" tanya Dilan kepada salah satu sahabatnya setelah membaca nametag milik Nuha.

"Iya, Bos," jawab Agung patuh.

"Apa maksudnya?" tanya Nuha dalam hati. Wajah datarnya tampak seperti patung. Tak ada gerakan maupun ekspresi di sana.

"Pas banget kita ketemu. Dan pertemuan kita ternyata sangat menarik. Apalagi ada hubungannya dengan si cowok dingin itu!" Dilan berjalan memutar seraya memainkan hand warmer bentuk paw kucing itu di jari telunjuknya.

Nuha diam membisu namun matanya bisa berkedip dan menatap ke mana pun yang dia mau. Ia memperhatikan sekeliling ruangan.

Ruangan itu cukup luas, sebesar ruang kelasnya. Namun disetting menjadi ruangan pribadi. Hanya milik Dilan seorang.

"Elo diam aja sebab mau nurut atau malah nantangin, heh adik kelas?!" Dilan memberikan tatapannya tepat di wajah Nuha yang berjarak hanya satu jengkal.

Lanjutnya, "Teguh sekali pendirianmu itu. Wajahmu ini benar-benar seperti barbie. Inikah caramu ketika menghadapi orang?" Dilan hendak menyentuh wajah Nuha, tapi Agung langsung mencegahnya.

"Bos," ucapnya.

"Apa?" Dilan menjawab tanpa menoleh.

"Jangan terlalu gegabah, Bos. Nanti malah jadi masalah. Sebaiknya kita biarkan gadis itu di sini sampai jam pulang sekolah. Bos bisa memanfaatkannya atau menyuruhnya melakukan sesuatu di ruangan ini."

"Hm, bener juga ya. Gue dikenal sebagai cowok yang selalu baik kepada semua cewek. Tapi kalau ada cewek yang berani melawanku, gue juga tidak segan untuk memberinya pelajaran. Lagipula, gadis ini benar-benar tidak ingin memberikan perlawanan," balas Dilan lalu beralih menuju singgasananya. Ia duduk dan memejamkan mata sejenak.

Salah seorang sahabatnya lagi mulai bicara. "Bos, CCTV yang terpasang sesuai keinginan Bos sudah tampak di laptop gue nih. Tapi sepertinya yang ada di perpustakaan tidak bekerja," kata Dika.

"Apa?!" Dilan menjadi kaget. "Gara-gara cowok dingin itu gue jadi nganggep CCTV di tempat itu jadi bagian penting dalam pengawasan gue. Kenapa bisa gak berfungsi," pikirnya.

Dika bicara lagi, "Dan, sepertinya nanti setelah jam istirahat ruangan ini bakalan digeruduk banyak cewek, Bos. Mereka banyak membawa merchandise buat elo."

Dilan tertawa bangga. "Haha, gue suka cewek yang seperti itu. Agresif dan penuh semangat. Gue bisa sejenak bersenang-senang dengan mereka. Pindahkan gadis itu ke ruangan yang lain dan kunci pintunya. Gue akan menyambut mereka di ruangan ini dan memberi mereka perhatian." Ucap Dilan mengakhiri.

Sementara itu, Rui Naru yang masih berada di perpustakaan jadi diam berfikir beribu kali, memikirkan Nuha yang berniat menghindarinya. Dirinya yang dingin dan selalu acuh dengan keadaan itu, mampukah mengambil hati gadis yang dia sukai?

Dia mengalihkan pikirannya ke CCTV yang berada di ruangan itu. "Sorry, the Beast. Gue harus mensabotase CCTV elo supaya identitas gue di perpus ini tidak elo selidiki." Ucapnya.

Setelah memastikan CCTV tidak berfungsi, Rui Naru berjalan keluar dan meninggalkan sekolah. Dia punya jadwal bersama sepupunya, Nadim, untuk menjemput Sora Naomi di bandara.

Tidak lupa dia mengubah penampilannya menjadi Rui Naru yang sebenarnya. Berpenampilan mahasiswa dan sesuai prosedur berpakaian dari kakeknya, Pemimpin tunggal Perusahaan Naseba Naru Company. Supaya penyamarannya tidak diketahui oleh keluarganya sendiri.

Sesampainya di bandara, dia turun dari car online yang baru saja dia pesan lalu berjalan masuk menuju tempat penjemputan. Di sana, sudah ada Nadim yang berdiri menunggu.

"Ingat ya Rui, jangan sampe elo menghalangi gue untuk mengambil perhatian Naomi saat ini." Kata Nadim memberi peringatan. Rui Naru lebih ingin acuh tak acuh.

Akhirnya, Naomi sudah terlihat dari jarak pandang dua pria yang akan menjemputnya. Gadis itu berlari dengan wajah ceria dan memberikan salam kedatangannya kepada Rui Naru. Seketika, Nadim merasa cemburu dan dengki dibuatnya.

Tapi, pria itu mencoba menguasai suasana. Lalu, dia menawarkan diri dengan berkata, "Naomi, kamu pasti lelah kan selama perjalanan? Sebaiknya kita segera saja ke tempat kakek, supaya kamu bisa segera beristirahat."

"Iya Kak Nadim, kamu benar. Ayo!" Balas Naomi dengan senyum ramah.

Selama di mobil, Naru duduk di samping Pak Sopir sedangkan Nadim bersedia duduk di belakang demi memberikan perhatian kepada Naomi. Nadim, mengajaknya berbincang-bincang.

Naru hanya diam sambil menyangga dagu mengarah ke samping jendela pintu. Ketika dia melewati jalan yang pernah dia lewati, sebuah kenangan terlintas di hadapannya. Bayangan Nuha muncul, mengisi pikirannya dengan berbagai perasaan yang rumit.

"Nuha," gumamnya.

Apa yang dia lihat menjadi bayangan kenangan masa lalu. Kenangan pertama yang begitu jelas mengingatkan pada pertemuannya dengan Nuha di tempat itu. Nuha, dengan seragam SMP-nya menaiki sepeda kayuh. Kuncir duanya memberikan kesan lugu, namun wajah diamnya menyimpan beribu kemisteriusan.

Sekarang, gadis SMP itu telah menjadi gadis SMA yang manis dan cantik. Rambutnya digerai sebahu dengan jepit rambut di sisi kanan poninya.

"Nuha, aku ingin memahamimu." Saat mengingat itu, hatinya terasa berat. Setiap kali Naru melihat Nuha di sekolah, dia merasa campuran antara nostalgia dan kerinduan.

Naomi yang begitu ceria berbincang dengan Nadim sesekali mencuri pandang ke arah Naru yang ada di depannya. Gadis itu, menaruh hati kepada Naru dan berencana bersekolah di tempat Naru sekolah.

Bayangan Naru tidak bisa Naomi hilangkan meski dia hanya memiliki kenangan di masa kecil. Bagi dia, cowok kecil yang membuatnya jatuh cinta kini tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat tampan dan mempesona.

Teman masa kecilnya, Naru, dikenalnya saat dia berkunjung ke Indonesia bersama kedua orang tuanya untuk menghadiri peresmian anak cabang dari Perusahaan Naseba Naru Company yang dipimpin oleh ayah Naru, Hartono Rudi.

Saat itu, Rui Naru kecil sangat ceria, murah senyum dan pandai berkomunikasi. Dia selalu mengajak Naomi bermain ketika kedua orang tua Naomi sibuk dengan kedua orang tua Naru dalam pekerjaan. Naomi selalu bermain bersama Naru meski hanya 1 bulan saja.

Satu tahun pun berlalu. Sewaktu Naomi di Jepang, dia mendengar kabar bahwa kedua orang tua Naru mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Naomi beserta keluarganya berkunjung ke Indonesia untuk menyampaikan duka cita. Setelah musibah itu, Naru berubah menjadi seseorang yang sangat pendiam dan tertutup, sampai sekarang.

Tanpa sepengetahuan Naru, Naomi akan meminta bantuan kakek untuk memasukkannya ke SMA tempat Naru bersekolah.

Nadim bertanya, "Sepertinya kamu masih sekolah kan Naomi? Kelas berapa?"

"Aku kelas 12 kak. Kita seumuran kan, Naru?" Jawab Naomi seraya bertanya kepada Naru.

Tanpa pikir panjang, Naru membalasnya, "Oh.. emm" sedikit mengiyakan.

Nadim baru tahu bahwa Naomi menganggap dirinya seumuran dengan Rui Naru padahal usia mereka selisih satu tahun dan Rui Naru sebenarnya sudah menjadi mahasiswa di sebuah Universitas di Negeri ini.

Nadim mencoba memberitahu kebenarannya tapi pikiran jahatnya tiba-tiba berbicara. "Tunggu dulu. Gue juga gak perlu kasih tau Naomi kalo Naru sudah kuliah. Biarlah dia sekolah di SMA yang dia mau."

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!