Pernikahan pertama yang hancur akibat orang ketiga membuat Adel terluka hingga memutuskan menutup hati. Ditambah ia yang belum bisa memberikan keturunan membuat semuanya semakin menyedihkan.
Namun, takdir hanya Tuhan yang tahu. Empat tahun berjibaku dengan bisnis yang ia mulai untuk melupakan kesedihan, Adel malah bertemu anak laki-laki tanpa kasih sayang seorang ibu.
Dari sana, di mulai lah kehidupan Adel, Selatan dan Elang. Bisakah mereka saling mengobati luka atau malah menambah luka pada masing-masing hati. Terungkap juga kisah masa lalu menyedihkan Adel yang hidup di panti asuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penangkapan
Hari ini, Wisnu dan rekannya memutuskan membawa Rahayu ke kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut sekaligus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, tidak pernah Wisnu bayangkan kalau ia harus bertemu dengan seseorang yang sudah lama kubur dalam ingatannya.
"Permisi, kami dari kepolisian ingin bertemu dengan nona Rahayu Anastasya Wibowo," ucap Wisnu setelah seorang pelayan membukakan pintu.
Sang pelayan terkejut dan bingung harus melakukan apa. Pertama, dia tidak mungkin menolak polisi dan kedua, tidak tahu apakah akan aman kalau dirinya mempersilahkan masuk sedangkan nyonya serta tuan rumah tidak tahu.
"Jika anda berusaha melindungi nona Rahayu maka saya akan membuat anda ikut ke kantor polisi akibat menolak bekerja sama."
Nah, kalau begitu. Secara terpaksa pelayan memberikan Wisnu dan rekannya masuk rumah. Sedangkan Rahayu serta keluarganya sedang menikmati hari libur di ujung Minggu sambil bersantai.
"Nyonya, maaf. Ada tiga orang polisi datang untuk bertemu nona Rahayu."
Seketika Rahayu dan Sandy terkejut, mereka tidak menduga kalau masalah Selatan akan secepatnya di urus bahkan Rahayu pucat sebab kebodohannya langsung di ketahui oleh pihak kepolisian.
Keheningan menimpa ruangan. Wibowo, sang kepala rumah tangga menatap ke arah Sandy dan Rahayu secara bergantian. Ia sering melakukan perjalanan bisnis sehingga tidak pernah tahu apa yang terjadi di rumah. Semuanya ia serahkan pada Sandy.
"Selamat siang, kami dari kepolisian ingin membawa Nona Rahayu ke kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan sekaligus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tolong kerja samanya." Wisnu segera menjelaskan alasan mereka datang tanpa melihat wanita yang sedang duduk membelakanginya.
"Tidak, saya tidak bersalah." Rahayu berusaha menolak mengakui kejahatannya.
"Anda bisa menjelaskannya di kantor, Nona. Tapi sebaiknya membawa bukti sebab kami sudah mendapatkan kesaksian dari korban."
Kalau sudah begitu, mana mungkin Rahayu bisa mengelak lagi. Ia pikir Selatan mungkin meninggal atau setidaknya koma dalam beberapa hari sehingga ia bisa melarikan diri namun takdir berkata lain.
"Jangan asal menuduh, putri ku tidak pernah melakukan apa yang kalian tuduhkan." Sandy sekuat tenaga membela putrinya begitu pula Wibowo yang merupakan suami sekaligus papa Rahayu.
"Kami bisa menuntut Anda atas pencemaran nama baik," ucap Wibowo dengan suara tegas. Ia tidak mengetahui tentang kejadian tabrakan beberapa hari yang lalu. Sehingga memilih membela anak serta istrinya tanpa mencari tahu lebih dulu.
Tanpa mereka sadari, Wisnu yang awalnya bersikap tegas malah mematung saat mendengar sekaligus melihat Sandy. Ibu yang telah meninggalkannya dan membuang adik perempuannya demi anak perempuan dari pria lain.
Sungguh, Wisnu ingin segera keluar dari rumah yang tiba-tiba terasa seperti neraka baginya. Kebenciannya semakin besar ketika mengetahui sang ibu tega membuang adiknya yang notabennya darah dagingnya sendiri. Kalau saja hanya dia yang menderita, maka Wisnu tidak akan sebenci sekarang, sayangnya Sandy sudah sangat keterlaluan. Dia bukan ibu yang baik di mata Wisnu.
"Agung, Arya, bawa nona Rahayu," ucap Wisnu tegas tanpa memperdulikan ucapan Sandy dan suaminya.
"Berani-beraninya! Siapa kau yang berhak membawa anak ku!!!" Teriak Sandy pada Wisnu. Ia tidak mengenali putranya, wajar. Sudah banyak tahun mereka lalui tanpa pertemuan.
"Kami melakukan tugas kami. Anak anda hampir menjadi seorang pembunuh! Apakah menurut anda pantas seorang penjahat tetap bebas setelah melakukan perbuatan mengerikan seperti itu?" Sekuat tenaga Wisnu menahan amarahnya. Ia tidak ingin berlama-lama melihat ibu yang sudah melupakan anak kandungnya. Hatinya sakit ketika melihat Sandy begitu membela anaknya dari pernikahan keduanya sedangkan untuk Adel, ia tega meninggalkannya di panti asuhan.
"Hanya seorang polisi tapi kau begitulah arogan!"
"Jika yang menjadi korban adalah anak anda, Tuan Wibowo. Apakah anda masih bisa mengatakan hal seperti itu pada pelakunya?"
Dendamnya pada Wibowo tidak ada, kemarahannya juga tidak ada. Ia sadar kalau yang salah adalah ayahnya yang mendua sehingga ibunya pergi mencari rumah lain. Tapi, kekejaman Sandy membuatnya tidak lagi bisa menoleransi. Bahkan wanita tersebut lupa wajah putranya sendiri. Bukankah hal itu sangat keterlaluan.
"Tidak perlu menceramahi ku! Aku bisa saja membuat mu di pecat dari kepolisian."
"Oh, Tuan Wibowo ingin menggunakan kekuasaan ternyata. Tidak heran kenapa sekarang rakyat miskin menjadi korban sekaligus tersangka sedangkan orang kaya masih bisa bertindak arogan. Cukup memalukan, lupa kalau besok Tuhan bisa mengambil apa yang kau banggakan hari ini."
"Diam! Kau benar-benar sangat sombong. Siapa nama mu? Aku akan membuat mu di keluarkan dari kepolisian."
"Silahkan. Katakan saja pada atasan ku, Wisnu Hardana Syahputra, itu nama ku. Anda bisa memberitahu mereka apa yang sudah ku lakukan hari ini, tapi. Maaf, putri anda harus kami bawa."
Tanpa menunggu respon Wibowo dan melihat wajah terkejut Sandy. Wisnu serta rekannya membawa paksa Rahayu ke keluar dari rumah laku menuju kantor polisi.
Sedangkan Sandy, yang mendengar nama polisi yang datang ke rumahnya terduduk di sofa dengan tubuh lemah. Tidak menduga kalau putranya sudah sangat dewasa, bahkan menjadi seorang polisi. Jangan di tanya dari mana keyakinan Sandy berasal, meskipun nama seperti itu banyak namun Sandy bisa melihat ada tatapan benci, kecewa sekaligus marah saat Wisnu memberitahu namanya.
Hatinya tiba-tiba sakit. Lupa tentang kesalahan fatal yang sudah ia lakukan dan bertanya-tanya kenapa putranya begitu membencinya. Sandy berpikir kalau hidup Wisnu baik-baik saja setelah ia tinggal pergi, bahkan ia tidak pernah mau mengunjungi atau sekedar bertanya pada mantan suaminya tentang putra mereka meskipun ia tidak tahu kalau Wisnu juga di buang oleh sang ayah.
Sekeras itu hidup Wisnu, menyakitkan ketika anak yang tidak berdosa malah menjadi korban atas perbuatan egois orang tuanya. Kalau saja Sandy membawanya dan adiknya untuk di rawat sebagi ibu tunggal. Meskipun hidup miskin, Wisnu tidak akan mengeluh, ia bahkan berjanji menjadi pria sukses agar ibunya tidak menderita. Tapi, Sandy menolaknya, malah membuka rumah baru lain lalu meninggalkan tanggung jawab sebagi seorang ibu.
"Mas, dia Wisnu," ucap Sandy lemah. Wibowo yang tahu masa lalu istrinya dan pernah bertemu Wisnu di masa lalu pun ikut terkejut. Sepertinya, rumah mereka tidak akan damai seperti dulu lagi setelah kejadian hari ini.
"Bahkan jika dia putra mu. Dia tetap saja sudah membawa putri ku ke kantor polisi tanpa izin ku, jadi aku akan membuatnya membayar semua ini." Bukan hanya tentang rasa sayangnya pada Rahayu. Wibowo juga memikirkan nama keluarga serta reputasinya. Jika sampai media tahu putrinya masuk penjara maka semua yang selama ini ia kumpulkan akan hancur begitu saja. Nama baik dan reputasi akan rusak.
"Tapi, Mas."
"Kau lebih membelanya dari pada anak mu sendiri?!"
"Dia juga anak ku."
"Dengan pria brengsek itu."
"Dia tidak bersalah."
"Teruslah membelanya, maka aku akan membuat mu paham arti penyesalan." Wibowo memaksa Sandy sekali lagi. Di masa lalu, ia meminta wanita tersebut membuang putrinya maka sekarang ia memaksa Sandy melawan putranya.
Seharusnya bukan seperti itu. Kalau memang Wibowo mencintai Sandy, maka ia harus bisa menerima segala jenis kekurangan yang ada pada diri Sandy terutama masa lalunya. Tapi tidak, dia sangat egois. Hanya ingin anaknya yang mendapatkan kasih sayang seorang ibu tanpa mengingat bahwa Wisnu dan Adel juga butuh kasih sayang ibu mereka.
Tapi sayang sekali, Sandy malah menuruti segala macam tuntutan yang di layangkan Wibowo padanya. Ia terlalu mencintai pria tersebut sampai lupa bahwa bisa saja Tuhan mematahkan hatinya kembali seperti di masa lalu akibat terlalu mencintai.
Biar aja lukman merasakan sakit hatinya.. Tega membuang anak2 nya demi pelakor.. Yg di posisi anak sungguh miris.. Enak aja klau minta maaf semua selesai.. Makin byk org berbuat salah klau gt..