Rania Salsabila, gadis berusia 15 tahun, yang memiliki paras cantik, pintar dan sopan. Rania memiliki seorang ayah dan 2 kakak laki-laki,mereka sangat membenci rania.
Rania pun harus rela terusir dari rumahnya, hanya karena sang ayah yang tidak bisa menerima dirinya atas kematian bu Indah istrinya. Tapi, dibalik terusir nya Rania, takdir membawa dirinya menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rika sukmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Sebentar lagi, kita akan sampai dirumah pah!" ucap Rania sambil mengusap tangan pak Wijaya.
Pak Wijaya hanya bisa mengerjapkan matanya, seperti ingin berbicara sesuatu. Namun suara itu tertahan, tidak bisa ia keluarkan.
"Ternyata, aku telah salah menyia-nyiakan mu nak, Kamu memang anak yang baik dan sholehah." batin pak Wijaya.
"Papah janji, papah akan berusaha untuk sembuh secepatnya. Papah ingin menebus semua kesalahan papah sama kamu, nak." batin nya lagi.
Tidak butuh waktu lama, Mereka tiba di rumah pak Rizky. Dengan di bantu ayahnya, Rania membawa pak Wijaya ke kamar tamu.
"Ayah, Bunda. Kalian istirahat saja, pasti lelah setelah perjalanan jauh. Rania akan disini menemani papah." ucap Rania.
"Ya sudah sayang, kamu juga jangan lupa istirahat. Jangan sampai kamu sakit, nanti siapa yang akan menjaga Papah kamu. Kalau kamu butuh bantuan, panggil saja bibi di belakang ya." ucap bu Delina.
Dirumah itu memang ada satu pembantu, tapi untuk sekedar memasak, Bu Delina lebih suka memasak makanan sendiri kecuali jika memang sedang sakit atau lelah.
"Iya bunda, nanti Rania istirahat setelah selesai memberi ayah obat." jawab Rania.
Pak Rizky membawa istrinya pergi untuk beristirahat. Memang setelah perjalanan jauh badan nya terasa sangat letih.
"Mas, lebih baik kamu bersih-bersih dulu, aku akan menyiapkan makanan buat Mas." ucap bu Delina yang baru saja keluar dari kamar tamu.
"Tidak usah bun, Mas tidak lapar kok. Kamu temani Mas tidur saja ya." dengan senyum jahilnya sembari merangkul pinggang sang istri.
Bu Delina tersenyum dengan pipinya yang memerah, meski sudah lama menikah, namun suaminya tetap romantis.
"Ihh, Mas. Jangan disini, malu kalau sampai dilihat Rania." bu Delina melepaskan rangkulan suaminya.
"Gak papa bun, gak usah malu, Rania juga masih dikamar menemani papah nya. Yu, kita ke kamar sekarang." dengan menggandeng sang istri menuju kamar, pak Rizky terus menggoda istrinya yang selalu malu-malu.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi Rania memperhatikan mereka. Tadinya, Rania berniat untuk mengambil air minum, karena dikamar itu memang belum tersedia. Saat baru sampai depan pintu, Rania tersenyum melihat keromantisan Ayah dan Bunda angkatnya.
"Semoga, Ayah dan Bunda selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Aku merasa beruntung, bisa menjadi bagian dari kalian. Aku janji, akan membalas semua kebaikan dan kasih sayang kalian.Terimakasih,ayah, bunda." batin Rania.
"Duhh, Gara-gara liat keromantisan ayah dan bunda, aku sampai lupa mau ngambil air minum. Rania tertawa saja mengingat kejadian tadi.
Setelah selesai mengambil air, Rania kembali ke kamar tamu. Melihat papahnya sedari tadi masuk terus memandangi dirinya, Rania pun merasa malu.
"Pah, papah kenapa. Ada yang sakit atau ada yang mau papah sampaikan?" tanya Rania.
Tentu saja tidak ada jawaban sama sekali, karena kondisi pak Wijaya belum pulih.
"Ahsuejejsshjj.....' dengan bahasa yang tidak dimengerti, pak Wijaya berusaha untuk berbicara.
"Papah tidak suka ya, Rania ajak kesini. Atau papah tidak mau, kalau Rania yang merawat papah?" tanya Rania lagi.
"Tidak nak, justru papah sangat bahagia, kamu mau merawat papah yang telah menyakiti mu. Maafkan papah nak." batin pak Wijaya dengan mata berkaca-kaca.
"Papah jangan nangis lagi ya, Lebih baik sekarang papah makan terus minum obat. Habis itu, papah istirahat biar cepat sembuh." ucap Rania sambil tersenyum.
Rania dengan senang hati dan ikhlas merawat papah nya, meskipun dulu papahnya tidak suka dengan dirinya. Tapi ia berusaha sebaik mungkin, agar papahnya bisa segera sembuh.