Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Menerima Penolakan
Devan mengantar Leava sampai ke Kosannya. Keadaan gadis itu masih terlalu shock. Meski dia adalah gadis bar-bar, tapi selama hidupnya tidak pernah mengalami perundungan seperti ini. Jadi, cukup mengejutkan baginya jika dunia kerja bisa sekejam ini.
"Tuan, anda bisa kembali ke Kantor saja" ucap Leava saat sudah sampai di teras kamar kosnya.
"Tidak! Aku ingin mengantarmu sampai ke dalam. Lagian aku ingin berbicara sesuatu denganmu"
Leava langsung terdiam, memikirkan apa yang ingin dibicarakan oleh Devan dengannya. Bukannya tentang pengungkapan cinta itu sudah selesai dan Leava sudah memberikan jawaban yang jelas.
Akhirnya Leava tidak bisa mencegah lagi, membawa masuk Devan ke dalam kamar Kosnya. Sengaja dengan pintu terbuka, agar tidak menjadi gosip tetangga dan praduga tidak jelas dari orang-orang yang melihatnya.
"Tuan, mau bicara apa?"
Devan menatap Leava dengan lekat, tentu saja membuat Leava sedikit gugup. "Aku tidak menerima penolakanmu!"
Leava langsung terdiam, dia mendongak dan menatap Devan dengan bingung. Bukan tidak mengerti dengan ucapan Devan, hanya saja dia bingung kenapa dia tidak menerima penolakannya. Padahal sudah jelas Leava mengatakan jika dia tidak bisa bersama dengannya, karena memang dia tidak mempunyai perasaan yang sama. Seharusnya itu cukup membuat Devan menyerah atas semua ini. Tapi, ternyata tidak sesuai dengan dugaannya.
"Maksud Tuan? Saya tidak mengerti" Ayolah jangan menyusahkan gue lagi. Gue udah bingung dengan segala masalah yang datang. Belum lagi Kak Hendi yang tiba-tiba datang membuat semuanya kacau.
"Kau tetap harus menjadi pacarku!"
Leava semakin dibuat bingung dengan pembicaraan ini. Bahkan Devan langsung mengatakan seperti itu, tanpa ingin menjelaskan kenapa dia tidak menerima penolakan darinya.
"Tuan, anda tidak bisa seperti ini. Lagian saya tidak punya perasaan yang sam...."
"Hanya karena Kirana"
Deg,, Leava langsung terdiam dengan ucapan Devan yang bahkan memotong ucapannya. Sekarang bagaimana yang harus Leava jelaskan. Kenapa pria itu bisa mengetahui tentang ini.
"Aku bisa membatalkan perjodohan itu. Karena awalnya perjodohan itu terjadi, karena Papa ingin aku segera mempunyai pendamping hidup. Dan sekarang aku sudah menemukannya. Jadi, untuk apa perjodohan ini terus berlanjut"
Leava langsung menggeleng cepat, tidak boleh sampai perjodohan dibatalkan. Karena itu pasti akan menghancurkan perasaan Kirana yang sudah terlanjur menyimpan perasaan dan harapan lebih pada Devan.
"Jangan lakukan itu, Tuan. Kirana sudah menyukai anda. Jangan sampai dia terluka dengan pembatalan perjodohan ini"
Devan langsung menatap Leava dengan tajam. Sekarang dia bisa mengerti kenapa Leava bisa langsung menolaknya. Karena gadis itu terlalu peduli pada perasaan orang lain, tanpa memikirkan perasaannya sendiri juga terluka.
"Terus? Aku harus mengalah? Tidak Leava! Karena kamu adalah orang pertama yang membuat aku jatuh cinta dan percaya akan cinta lagi. Aku tidak akan membiarkan kau lepas!" tekan Devan.
Ucapan penuh penekanan itu, tentu saja membuat Leava terdiam dengan gugup. Tatapan mata yang begitu tajam, membuat Leava seolah tidak bisa mengatakan apapun lagi sekarang. Sungguh sangat menakutkan.
"Tapi, aku..."
Leava terdiam saat melihat Devan langsung menghampirinya dan berlutut di depannya. Tentu saja membuat dia kaget. "Tuan, jangan seperti ini. Anda tidak pantas berlutut di depan saya"
"Pantas! Karena kau adalah wanita yang aku cintai. Dan seorang pria akan melakukan apa saja untuk mendapatkan wanita yang dicintainya"
Leava langsung terdiam dengan mata berkaca-kaca. Matanya mulai tidak bisa diajak kompromi, sudah mulai mengeluarkan cairan bening.
Devan memegang tangan Leava, mengecup punggung tangannya dengan lembut. Menatap Leava dengan lekat. "Sekali lagi aku katakan, jika kau tidak bisa menolakku. Leava Andriani, jadilah pacarku"
Leava tidak bisa menjawab, dia hanya terisak untuk itu. Bingung harus melakukan apa sekarang. Sementara dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak merebut pria yang diinginkan oleh sahabatnya. Tapi sekarang, Devan malah terus memaksanya untuk menerimanya.
Gue harus gimana sekarang?
"Tuan, Kirana adalah sahabat terbaik saya. Bahkan keluarganya begitu baik dan sayang pada saya. Hal yang tidak boleh saya lakukan, adalah menyakiti orang yang sudah begitu baik pada saya. Dan saya tahu jika Kirana menginginkan anda. Sekali lagi maaf, saya tidak bisa"
Ketika Leava sudah berdiri dan ingin pergi ke kamar tidur. Namun, Devan langsung memeluknya dari belakang. Seolah tidak akan melepaskan Leava apapun alasannya.
"Biarkan aku yang menjelaskan semuanya pada Kirana. Dan kau hanya perlu tetap bersamaku. Sudah ku bilang, aku tidak menerima penolakan!"
Air mata Leava semakin mengalir deras di pipinya. Rasanya begitu menyakitkan ketika dia mendengar jelas ketulusan dari pria ini, namun dia harus menolaknya.
Devan mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Lalu memberikan pada Leava. Kalung dengan liontin bertuliskan Leavan itu, masih dia simpan. Dan sekarang kalung itu berada tepat di depan Leava.
"Aku tahu kau mempunyai perasaan yang sama denganku. Jadi, aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja"
Tanpa inginkan penolakan apapun lagi, Devan langsung memasangkan kalung itu di leher Leava. Lalu dia mencium pipi gadis itu dan memeluknya semakin erat dari belakang. Benar-benar tidak membiarkan Leava menolaknya dengan alasan apapun.
Leava hanya terisak saja, pertama kalinya dia diperjuangkan seperti ini oleh seorang pria. Bahkan ketika dia sudah menolaknya, tapi tetap saja dia melakukan banyak hal untuk bisa mendapatkan hatinya.
Devan memutar tubuh Leava, menatap gadis itu dengan tersenyum. Mengusap air mata di pipinya. "Sekarang kita jalani saja dulu semua ini. Masalah tentang Kirana, biar aku yang menyelesaikannya"
Leava mengangguk saja, dia memberanikan diri untuk memeluk Devan dan menangis dalam pelukannya. Rasanya tidak menyangka akan bisa bersama dengan pria ini. Meski Devan harus memaksanya seperti ini untuk bisa menjadi kekasihnya.
"Sebenarnya aku sudah jatuh cinta, tapi aku takut akan menyakiti Kirana" lirihnya dengan isak tangis yang terdengar.
Devan tersenyum lebar mendengar itu, dia mengecup puncak kepala kekasihnya ini. "Akhirnya kau mengatakan juga. Sekarang kau sudah menjadi milikku, dan tidak akan pernah lepas dariku apapun yang terjadi"
Leava hanya mengangguk saja dengan memeluk Devan semakin erat. Semua beban di hatinya seolah hilang seketika. Sekarang dia bisa merasakan lebih tenang setelah mengatakan perasaannya secara langsung.
"Aku mencintaimu"
Kalimat yang akhirnya terucap juga, setelah Leava terus memendamnya selama ini. Namun, pada akhirnya Devan juga yang mampu meluluhkan hatinya hingga dia berani mengungkapkan perasaannya sendiri.
Bersambung