NovelToon NovelToon
TEROR SEKOLAH

TEROR SEKOLAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / spiritual / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sefty A. E.

Dalang di balik teror sekolah akhirnya diketahui Jefri dan Mira. Untuk mendapatkan bukti, mereka mencurigai semua orang terdekat dan menganggap mereka terlibat dengan pelaku utama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sefty A. E., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 32

"Meski Alasan macam apa itu, batin Mira. "Serius?" Meski begitu hanya orang seperti mereka yang bisa memahami.

"Terus sekarang Rangga kerja di mana, Pak?" Setelah bertanya Mira kaget tulisan di bawahnya lagi ada tanggal Rangga wafat. Lho?

"Rangga udah gak ada. Kamu ketemu di mana?"

Mira bahkan mengedipkan mata berkali-kali demi memastikan tulisannya tidak keliru. "Meninggal?" Jadi, yang dilihatnya di pemakaman adalah arwah gentayangan.

"Ini lampirannya." Pak Adit menunjukkan satu kertas lagi.

Mira menarik kertasnya. Dibaca seksama tiap kata supaya lebih jelas. Keterangan kematian Rangga Wirsana akibat tabrak lari mobil di daerah Grogol. Nama pengemudi mobil lagi-lagi sebuah kejutan.

Pak Roni.

Artinya mereka sudah berhubungan sangat lama. Roni sangat biad*b! Selain membunuh Rangga dengan alasan Rangga lalai menyeberang jalan saat mobil melintas. Pria tua bangka yang kini terpendam tanah juga mengorbankan muridnya sendiri.

"Kamu ketemu kapan? Di mana?" tanya Pak Adit.

"Kemarin. Di TPU Menteng."

Pak Adit mengangguk pelan. "Informasinya akurat. Intinya Rangga udah meninggal lama sekali. Dia bilang sesuatu ke kamu?"

Mira jadi was-was sama perkataan Rangga. Katanya ia akan menabur lebih banyak bunga.

"Rangga cuma memperkenalkan diri sebagai alumni," jawab Mira masih tidak menyangka.

Siapakah selanjutnya?

Lega hati Mira mendengar solusi yang diberikan keluarganya tentang ucapan Rangga terakhir kali.

"Sebaiknya gak usah terlalu dimasukkan hati. Bagaimanapun itu jin qorin, masih jin. Bisa aja berniat menakuti kamu. Selagi gak terjadi apa-apa, kalian hati-hati, insya Allah aman." Om Pras menasihati kegelisahan yang dirasakan Mira dengan perhatian.

Jefri turut berada di antara mereka duduk diam termenung memikirkan besok masuk pagi sedangkan dia belum pulang ke Jakarta.

Juan dan Awan berada di kamar masing-masing setelah kelelahan keliling kota Bogor.

"Om kira kamu betul-betul bisa bedain manusia dan jin, Mira."

Jefri lantas melihat orang yang ditanya nyengir tak berdosa. "Pikiran dia lagi gak nentu, Om. Bedain yang baik sama jahat aja susah."

Apa-apaan si Jefri segala bongkar aibnya sekarang.

"Lebih tepatnya terlalu sempurna di mata Mira, Om. Rangga lumayan ganteng, jadi gak kepikiran bukan manusia."

Om Pras mau ketawa tapi kedahuluan Jefri.

"Ketauan liat fisik kan lo," celetuknya menunjuk Mira.

"Dulu pertama liat Sanjaya lo langsung tau dia jin."

Kaki kanan Mira menyilang ke kaki kiri. Dia ikut tertawa hambar mendengar Jefri tidak terima. "Gue bukan gak ngakuin lo ganteng, tapi Sanjaya muncul pakai muka lo dan pakaiannya beda jauh. Emang mungkin lo pakai seragam kerjaan bawa pedang segala di tengah hutan?" Matanya melotot kesal berusaha membela diri sendiri.

"Ngaca sendiri dulu lo pernah naksir setan cowok ber-hoodie."

"Lo juga belum move on dari Yuni makanya masih ngejomblo sekarang. Gausah nyuruh gue ngaca. Kaca di kamar gue lebih gede dari kaca lo."

Om Pras bersandar di sofa sembari mendengarkan mereka berdua adu mulut sesuatu yang tidak bermanfaat. Dari membahas jin melesat jauh ke mantan.

"Ngapain Yuni lo bawa-bawa?"

"Bukan Yuni? Ohh, apa lo demen sama Indri pas lagi ngusut kasusnya? Walaupun yang lain gak tau, gue tau lo ada perasaan sama Indri. Ya, kan?"

Jefri mendesah berat. Lama-lama dibiarkan makin melunjak ini anak. "Kata siapa?" sahutnya membusungkan dada. "Gak demen gue sama Indri. Kita cuma temen biasa."

Badan Mira ikut maju seperti menantang Jefri. "Alahh. Terus kenapa lo masih ngejomblo? Gak napsu lagi sama cewek?"

"Lo bener-bener ya!"

"Apa!" sahut Mira hingga berdiri.

Jefri tidak mungkin sebut nama Mirza meski mau ngulek Mira. Hati nuraninya sangat dalam. Apa jadinya andai Jefri kelepasan bicara? Dia yang diulek Mira.

Di atas sana Awan tidak bisa tidur akibat kebisingan yang dibuat kucing dan tikus.

"Udah malem. Lo berdua udah gede masih berantem mulu. Tidur gak!" Awan mengomel.

Om Pras bangga anaknya tidak ikut rumpi di bawah. Beliau bisa segera tidur nyenyak.

"Kerjaan lo tiap pulang cuma makan tidur main enak banget nyuruh-nyuruh!" balas Mira.

"Gue gak nyuruh lo ngelap debu serumah, cuma nyuruh tidur. Sewot banget."

"Om tau gak Awan lagi deketin ketua kelasnya. Malah udah dibawa ke rumah tapi gak berani ajak masuk."

Awan menunjuk Mira dengan mata membelalak tajam. "Lo! Jangan ke mana-mana! Pegangin dia, Jef!" Dia berlari turun tangga.

"Eh kok beneran?"

Mira pindah duduk dekat Om Pras supaya tidak dicubiti Awan. Cubitannya beda sama perempuan. Tangannya lebih kuat dan gak main-main.

"Om! Om Pras!" Kaki Mira terangkat menepis tangan Awan yang mengarah padanya. Dug! Belakang kepalanya kepentok sofa. "Main sana! Aduh kejedot!"

Jefri mendorong tubuh Awan dari samping pakai badannya. "Sakit banget gak?" la sedikit khawatir sekaligus niat awalnya menyingkirkan Awan.

Awan mengumpat tersungkur ke lantai. "******." Dia lantas berdiri sembari tersenyum sinis lalu menepuk bokongnya menghalau debu. "JEPRIIII!!"

Mira menganga lebar tatkala Awan menjambak rambut Jefri sampai kesakitan.

"Woi! Anj! Lepasin!"

Juan dari kamar bergegas melihat keributan apa yang terjadi langsung turun melerai mereka.

"Woi udah! Ada bapak lo ngeliatin gak malu!" Suara besar khas milik Juan sama sekali tidak menggentarkan Awan yang masih menjambak Jefri.

"Belain Mira terus dari kecil gak ada kerjaan lain hah!" ucap Awan tepat di telinga Jefri.

"Lo dari kecil sering berantem gue gak pernah komen!" ucap Jefri balas teriak di telinga Awan.

"Goblok kuping gue pengang!" Juan jadi korban di tengah mereka berdua.

"Biarin aja. Biarin berantem ketimbang rumah sepi," ucap Om Pras mendukung situasi ini.

"Iya sih. Kasian Jefri dijambak, rambutnya gampang rontok."

Begitulah keluarga mereka akhirnya. Masing-masing memahami karakter anggota lain yang terpenting tidak sampai terpecah belah. Masa lalu yang telah terjadi tidak bisa mengendalikan masa depan mereka.

Meski Mira masih bersedih di waktu tertentu, mereka ikut menghibur dengan cara berbeda.

Teruntuk Johan, Hadi, dan Indri yang telah pergi, mereka hanya bisa mendoakan tempat terbaik dan diampuni segala dosanya.

Kabar Jefri setelah lama tidak bertemu Yuni berangsur baik. Mungkin Jefri mencoba melupakan gadis itu, sama halnya dengan Juan.

Mira harap mereka berdua menemukan perempuan yang tepat jika sudah waktunya berumah tangga. Kemarin Mira diberitahu oleh Hana, persiapan rumah baru mereka hampir selesai dan kamar khusus untuknya tengah ditata seperti kamar di sini. Usaha Rudi tidak terlalu buruk, ia menghargai ayahnya.

Apa kalian tidak rindu dengan pasangan lucu Surya dan Dewi? Hampir lupa memberi kabar penting untuk kalian. Mereka berdua berencana menikah dalam waktu dekat. Mungkin ... dua sampai tiga bulan lagi. Sejak sekolah mereka sudah berandai-andai menikah muda dan punya anak kembar. Doakan saja yang terbaik.

Mira ingin hidup seperti sekarang terus sampai tua nanti. Waktu yang ia lalui tidaklah mudah tanpa bantuan keluarga.

Pria baik yang sulit mengekspresikan perasaan, Jefri. Pria teraneh yang suka mencoba cobaan hidup, Awan. Kemudian Juan, pria dingin yang hatinya selembut kapas. Mereka adalah yang terbaik dan sampai kapan pun Mira takkan lupa jasa mereka.

Jefri memerhatikan cara Mira memandangnya berbeda, tersurat bahagia dari senyumnya. Alangkah baiknya begitu, Mira pasti terus mendapatkan kebahagiaan. Sifat ceria yang dulu sempat sirna mulai hadir lagi.

Harapan mereka kini fokus menjalani kehidupan di depan mata, sesekali lihat ke belakang tetapi jangan terlalu sering.

Memaafkan kesalahan orang mungkin sulit dilakukan jika masih ada rasa tidak rela dan dendam. Mira berhasil memaafkan dirinya setelah waktu yang ia lalui. Begitu pula Jefri, Juan, dan Awan yang memaafkan perbuatan Roni terhadap korban tak bersalah.

Apa yang kau tanam itulah yang kau tuai. Pribahasa inilah yang mencerminkan waktu tergelap mereka.

Perilaku rendah hati yang mereka semua tunjukkan bukan semata-mata demi kepuasan pribadi. Di balik lelucon mereka belajar bahwa luka harus segera disembuhkan, dan kita sendiri lah yang bisa melakukan itu. Bukan orang lain.

Hampir seluruhnya dilewati dengan baik. Mereka ingin kita segera mendapat kebahagiaan sejati. Jika memiliki luka jangan segan bercerita pada sahabat dekat asal bukan adu nasib. Sebaik-baiknya teman, pendengar yang baik ialah keluarga. Mereka paham bagaimana dirimu yang sesungguhnya.

Pada akhirnya kalian sendiri yang bisa menutup luka dan berjalan di atas paku. Itu semua demi bertahan hidup. Bahkan orang mati ingin dihidupkan kembali. Tidak malu ingin mati hanya karena masalah yang masih bisa diatasi?

Jefri pernah mengatakan ini pada korbab bunuh diri di jembatan dekat rumah. "Bukan perkara masalah yang sangat berat atau orang bilang imanmu lemah, memang dirimu yang bermasalah."

Seberat apa pun masalahnya, perbanyak berdoa. Tuhan

tidak memberi ujian melebihi batas kemampuanmu. Nantinya saat berhasil kamu pasti berpikir, ternyata yang kuanggap berat sudah lewat. Allah Maha Benar dan Mengetahui segala sesuatu bahkan lubuk hati hambanya yang bertakwa.

***

TAMAT

1
Darmawati
ceritanya absurd banget 🤣
anggita
👌☝👍👏., top
anggita
introvert.. ?🤔
anggita
👌thor, semoga novelnya sukses.
anggita
like👍+hadiah tonton iklan☝
Hasnah Siti
iyah bener...ada waktunya rasa sakit itu hilang🥺
Hasnah Siti
hai kakak author...aku hadir 🙋🏻‍♀️moga seru yah story nya 😘❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!