NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / nikahkontrak / patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.15 (Alasan yang tidak sempat terjelaskan)

Arumi masih belum sadar dari pingsannya. Seorang dokter yang di telepon oleh Alfaro, kini sedang memeriksa kondisi Arumi. Alfaro di temani Bi Ranti dan dua orang pelayan lainnya, juga berada di ruangan itu.

"Nona Arumi hanya kelelahan, saya sudah menyuntikkan vitamin untuk mengembalikan stamina tubuh. setelah dia sadar, tolong berikan obat penurun panas ini dan juga beberapa vitamin yang saya berikan," tutur dokter wanita itu kepada Alfaro.

"Baik dokter, terimakasih," ucap Alfaro.

"Bi, tolong antar dokter sampai ke bawah," pinta Alfaro.

"Baik Tuan."

Bi Ranti dan dua orang pelayan lainnya, beranjak keluar dari kamar bersama dengan dokter wanita itu. Sementara Alfaro masih berdiri di sana, di sisi kiri ranjang ukuran king size itu.

Perlahan ia duduk di tepi ranjang, memandangi wajah pucat Arumi dan mata yang saat ini masih setia terpejam. Tangannya hendak bergerak menyentuh dahi Arumi, namun ia mengurungkan kembali niatnya.

Rasa bersalah itu mulai membayangi. Namun ego kadang mengalahkan kata hati, menipu dirinya sendiri, bersikap seolah tak perduli. Tapi nyatanya, kadang ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, jika dulu ia adalah seorang pria penuh rasa kasih sayang dan cinta sebelum akhirnya berubah karena sebuah pengkhianatan.

Hadirnya Arumi membuat ia bersikap seenaknya, dan menganggap Arumi adalah mainan yang bisa dia mainkan sepuas hati, sesuai dengan jumlah nominal yang ia keluarkan. Tapi ia lupa, wanita yang ia anggap mainan itu, mempunyai batas daya sanggupnya sendiri, bukan sebuah boneka yang tak bernyawa.

Malam semakin terasa pekat, hujan rintik membuat ruangan itu kini terasa amat dingin, meskipun tanpa AC sekalipun. Perlahan Alfaro menaikkan selimut yang di pakai Arumi, hingga ke batas leher. Ia hendak beranjak keluar dari kamar itu untuk kembali ke kamarnya sendiri. Namun tiba-tiba saja Arumi bersuara, sepertinya ia sedang mengigau.

"Ayah.. Ibu.. jangan tinggalkan aku, aku tidak mau sendiri, tolong jangan pergi." Igauan itu terdengar lirih, hingga Alfaro kembali berbalik dan memadangi Arumi yang masih memejamkan matanya.

"Ternyata dia hanya mengigau," gumam Alfaro.

Rasa kemanusiaannya tiba-tiba datang begitu saja, ia merasa begitu berat meninggalkan Arumi sendiri. Hingga akhirnya ia beranjak naik keatas tempat tidur, berbaring dengan posisi miring ke arah Arumi. Ia menatap kedua bola mata yang kini menutup. Mata yang siang tadi menatapnya dengan berani, mata yang selalu tertunduk saat mereka sedang bercinta. Dua sisi yang berbeda di waktu yang berbeda pula, seolah mempunyai dua kepribadian berbeda dalam satu raga yang sama.

Kenapa kamu menjadi Wanita yang begitu keras kepala. Kamu begitu berani menatap mata dan menantang ku. Wanita macam apa yang mempunyai dua sisi yang berbeda saat turun dari ranjang, apa kepasrahan, dan semua sikap penurut mu saat melayani ku hanya karena perjanjian kita, Ya, mungkin kamu memang hanya wanita yang menginginkan uangku bukan aku. batin Alfaro.

Alfaro mulai memejamkan matanya. Pelahan ia mulai terlelap di samping Arumi. Tidak seperti biasanya, ia akan langsung pergi saat Arumi mulai telelap. Kali ini bisa di pastikan ia akan berada di kamar itu hingga esok hari.

...***...

Alfaro baru saja bangkit dari ranjang. Saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Ia melangkah untuk membuka pintu, dengan wajah yang nampak sayu, karena kurang tidur. Ya, malam tadi Arumi beberapa kali mengigau hingga membuat Alfaro terbangun beberapa kali untuk mengecek suhu tubuh Arumi.

Kreeek.

Saat pintu terbuka, Bi Ranti sudah berada di sana dengan sebuah nampan besar berisi sarapan untuk Arumi.

"Nona belum bangun Tuan," ucap Bi Ranti berbisik, karena tidak mau mengganggu tidur Arumi.

"Ya, begitulah, letakan saja sarapan itu di atas meja," pinta Alfaro.

"Baik Tuan."

Bi Ranti melangkah masuk dan langsung meletakkan nampan itu di atas meja sofa. Setelah itu Bi Ranti kembali keluar dan berpamitan kepada Alfaro.

Pintu kamar kembali Alfaro tutup, saat Bi Ranti melangkah pergi. Ia meraih ponsel dan juga jam tangannya yang ada di atas meja lampu tidur. Sebelum keluar dari kamar, ia menuliskan sebuah pesan di secarik kertas dan di letakkan di samping nampan yang berisi sarapan itu.

~

Satu jam setelah Alfaro keluar dari kamar itu, barulah Arumi mulai membuka matanya. Ia berusaha untuk mengubah posisinya menjadi duduk, meskipun kepalanya masih sedikit berat.

Arumi mencoba melangkah dan tubuhnya sudah terasa lebih ringan. Ia menjadi bingung sendiri, seingatnya kemarin tubuhnya terasa begitu lemas dan akhirnya terjatuh di lantai kamar mandi. Tak ingin ambil pusing dengan berbagai pertanyaan yang memenuhi kepalanya, ia kembali melangkah ke toilet untuk mencuci muka agar lebih segar, sepertinya ia masih berpikiran untuk pergi bekerja pagi ini.

Arumi memadangi wajahnya dari pantulan kaca wastafel, begitu pucat dan sayu. Ia adalah tipe wanita yang jarang sakit, tapi ada suatu waktu ia akan sakit sampai pingsan. Arumi meraih handuk kecil yang tersedia di sana dan langsung mengeringkan wajahnya sambil terus melangkah keluar dari toilet.

Saat keluar, dari jarak beberapa meter ia melihat sebuah nampan berisi makanan dan segelas susu. Tiba-tiba saja cacing-cacing di perutnya meronta-ronta untuk di beri makan. Ia tertidur begitu lama hingga tak ada satu makanan pun yang masuk kedalam tubuh lemah itu.

Dengan gerakan cepat, Arumi melangkah medekat dan langsung duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan nampan itu. Tanpa basa-basi, Arumi melahap sepotong sandwich kedalam mulutnya. Sampai akhirnya ia sadar, di nampan itu bukan hanya berisi makanan namun juga secarik kertas yang berisi pesan singkat dan juga beberapa tablet obat.

Jika kamu pergi kekantor hari ini, kamu pasti sudah tahu hukuman apa yang akan aku berikan setiap satu kesalahan yang kamu buat saat membangkang ku. Makan, minum obat dan beristirahatlah. Isi pesan Alfaro di kertas itu.

"Ck, kenapa dia menulis pesan seperti ini, tidak ada manis-manisnya. Tapi apa dia yang menyiapkan sarapan ini dan juga malam tadi apa dia tidur di sini ... ahk tidak mungkin. Baiklah sesuai perintah aku akan di rumah saja hari ini."

Arumi kembali mengunyah makanannya dengan sangat lahap. Sepertinya kondisi Arumi sudah lebih baik hari ini. Dan tanpa ia ketahui, seseorang yang ia anggap tidak mungkin, adalah orang yang terjaga sepanjang malam untuk merawatnya.

~

Gedung WB grup.

Alfaro terlihat sedang sibuk di belakang meja kerjanya dengan sepasang mata yang terlihat fokus ke layar laptop dan tangan yang terlihat lincah mengetikkan setiap kata hingga menjadi kalimat.

Di tengah keseriusannya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia melirik ke layar ponsel yang saat ini sedang menyala dan tertera sebuah pesan dari nomor baru. Karena merasa penasaran, ia menghentikan sejenak aktivitasnya dan beralih membuka pesan itu.

Ekspresi wajahnya tiba-tiba saja berubah, tangannya mencengkram erat ponsel itu seraya terus membaca pesan yang ternyata di kirimkan langsung oleh Sarah menggunakan nomor baru karena nomor lama Sarah yang sudah ia blokir.

Mata Alfaro terlihat memerah, karena menahan gejolak di dada. Baru saja tepian hati itu mulai tenang, kini harus kembali di terjang ombak yang memporak-porandakan semuanya. Apa, apa maunya sang mantan yang tidak henti-hentinya menguji perasaan seorang Alfaro.

Isi pesan Sarah.

"Apa kabar, aku tau kamu pasti sudah bisa menebak siapa yang mengirimkan pesan ini untuk mu. Semua akses komunikasi kita telah kamu blokir, dan aku tidak punya cara lain selain cara ini. Tenang saja, ini adalah pesan terakhir yang akan aku kirimkan untuk kamu sebagai seorang yang pernah tinggal satu atap bersama.

Aku tahu kamu membenciku karena pengkhianatan ku, tapi aku berbuat itu bukan tanpa alasan. Kamu yang selalu sibuk dan tak punya waktu untuk ku, mama kamu yang selalu mendesak dan mengumpat kepada ku mengenai keturunan, setiap hari batin ku tersiksa tapi kamu tidak ada, hal itu menjadi faktor utama aku mulai berpaling. Aku tau aku tetap salah tapi aku juga berhak bahagia.

Esok hari, aku akan segera menikah dengannya. Pria yang walau sederhana tapi dia yang paling mengerti aku. Aku mungkin tak akan pernah kembali ke Indonesia, tapi aku harap suatu saat kamu akan menemukan wanita yang mengerti dan bisa berahan lebih baik dari pada aku. Cukup sampai di sini. Setidaknya aku tidak ingin menghilang sebelum menjelaskan apa yang tidak pernah ingin kamu dengarkan waktu itu. Terimakasih untuk semua kisah yang tidak bisa aku lanjutkan lagi, tertanda Sarah."

Alfaro membaca semua isi pesan itu tanpa terlewatkan satu kalimat pun. Apa yang di sampaikan Sarah menjadi tamparan keras baginya. Ya, semua kesalahan pasti ada sebabnya. Namun, emosi yang meluap-luap kala itu membuat ia tidak mau mendengarkan satu kalimat pun dari mulut Sarah.

Tangan Alfaro mencengkeram erat ponsel seharga pula juta itu, hingga pada akhirnya di lemparkan ke dinding, hancur tak beraturan. Ia bangkit dari posisinya, meraih jas dan juga kunci mobil lalu pergi meninggalkan ruangannya.

Saat keluar, Aril yang sedang sibuk dengan sejumlah pekerjaan, menoleh kearah sang bos yang terlihat begitu tergesa-gesa.

"Tuan anda mau kemana, sebentar lagi kita akan rapat," tanya Aril.

Alfaro tak bergeming, ia terus melangkah melewati meja kerja Aril, hingga akhirnya menghilang dari balik pintu. Aril mengusap wajahnya dengan kasar, saat matanya bisa menangkap ekspresi wajah yang sama saat Alfaro terluka karena kembali disakiti oleh Sarah. Entah sejak kapan ia bisa membaca mimik wajah sang bos tapi sejak perceraian itu, dugaannya tak pernah meleset.

Bersambung 💓

Karena terkendala mati lampu yang berkepanjangan, hp mati hingga akhirnya tidak bisa nulis 😢 akhirnya author baru bisa nulis cerita subuh tadi, maaf ya readers 🙏 next, aku lanjutttt up satu bab lagi siang ini ya, Terimakasih atas pengertiannya 🙏🙂

Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏🙏

1
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
Ririn Nursisminingsih
hadech kok malah saling berbohong mending arumi bilang aja udah nikah
Ririn Nursisminingsih
ayoo arumi srmangat tunjukan kmu wanita cerdas,kuat,ndak mudah ditindas
Ririn Nursisminingsih
ambil aja arumi buat alvaro bucin sama kmu...biar tau rasa dia
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
Luar biasa
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
mampir di arumi
Novie Yanti
iy senyum senyum sendiri.. sweet banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!