NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Vida: [ Tiara, kata Bu Susi, orang yang kemarin cariin kamu minta bertemu. Apa bisa? ]

Vida yang sedang berada di panti asuhan mengirim pesan itu pada Tiara. Perlu menyampaikan pada sahabatnya.

“Bu Susi, memangnya siapa yang kemarin datang ke sini?” tanya Vida penasaran.

“Dua orang pria, ibu lihat sepertinya mereka orang kantoran. Memakai kemeja dan jas, juga berdasi. Wajah mereka mirip seperti kakak-adik.” Bu Susi mengingat kembali tamunya tiga hari yang lalu. “Mereka mencari Tiara dan ingin bertemu dengannya. Lalu ibu kasih tahu kalau Tiara sudah menikah,” imbuhnya.

“Terus?” Tampak jelas Vida tidak sabar menunggu cerita selanjutnya.

“Semalam mereka datang lagi karena cukup sulit menemui Tiara lewat suaminya. Sepertinya keluarga Abraham tidak sembarangan bertemu dengan orang yang tidak kenal,” pendapatnya. “Jadi, mereka meminta bantuan ibu, untuk bisa mempertemukan dengan Tiara,” terang Bu Susi.

“Lantas apa yang harus kita lakukan?” tanya Vida. Tidak mungkin ia meminta Tiara keluar rumah. Selama ini juga ia harus datang ke kediaman keluarga Abraham untuk bertemu dengannya.

“Tanya Tiara dulu! Dia mau bertemu atau tidak, kalau mau pasti ada acara membuatnya keluar rumah.” Bu Susi seperti tidak yakin, tetapi ia juga tidak mau memaksa Tiara untuk menemuinya.

“Baiklah, Bu, kita tunggu Tiara membalas pesan. Setelah itu kita baru atur rencana selanjutnya,” ujar Vida. Kalau memang kedua orang pria itu adalah anggota keluarga Tiara, Vida akan melakukan apapun agar bisa mempertemukan Tiara dengannya.

“Saya pulang sekarang,” pamitnya. Kemudian, sebelum pulang, Vida membawa kartu nama salah satu dari dua pria yang mencari Tiara.

Bu Susi duduk terdiam. Bayangan masa lalu ketika pertama kali bertemu dengan Tiara anak sambungnya kembali melintas dalam benak.

* *

Baru saja Tiara ingin membuka pesan dari Vida, ada sebuah panggilan telefon dari sang suami. Lantas, ia menerima panggilan telefon dari Dirga.

”Halo,” sapa Tiara seraya mendekatkan telepon pintarnya ke telinga.

“Halo sayang, sepertinya aku akan terlambat menjemputmu untuk periksa ke dokter,” ujar Dirga. “Tapi aku akan tetap menjemputmu,” imbuhnya.

“Baik, apa perlu aku meminta Ronald untuk mengantarku?” tanya Tiara. Ia sungguh tidak ingin merepotkan Dirga yang sudah beberapa hari libur kerja karena merawatnya di rumah sakit.

“Tidak, kamu tunggu aku saja,” jelas Dirga. Aku akan usahakan datang tepat waktu dan kita akan makan siang bersama,” imbuhnya.

“Baik, aku akan bersiap dan menunggu.” Tiara mematut di depan cermin seraya memperhatikan pantulan tubuhnya di sana. Gaun, yang dipilihkan sang suami sangat serasi. Sepertinya, Dirga sangat mengetahui ukuran yang pas untuknya.

Tiara duduk di depan meja rias. Melihat sekilas wajah sang suami yang terpapar di layar ponsel. Dia tersenyum karena jantungnya berdebar lebih kencang hanya karena menatap fotonya saja.

“Kamu suamiku kan? Iya suamiku?” gumam Tiara seraya mengaplikasikan lipstik di bibirnya. “Perfect.” Tiara beranjak dari duduknya dan memilih duduk di tepi ranjang seraya membuka pesan dari Vida.

Tak menunggu waktu lama Tiara segera menghubungi Vida, untuk memastikannya.

Panggilan telefon terhubung.

“Halo,” sapa Vida di seberang telefon.

“Halo, kapan aku bisa menemuinya. Aku sungguh ingin bertemu dengan orang itu,” ujar Tiara sungguh ingin bertemu dengan orang yang mencarinya di panti asuhan.

“Baik aku akan menghubungi orangnya dan mengatur pertemuan denganmu, nanti aku akan menghubungimu lagi,” sahut Vida. Ikut bersemangat jika benar dua orang yang mencari Tiara adalah anggota keluarganya.

“Ya,” seru Tiara bersemangat.

“Tunggu, memangnya kamu bisa keluar rumah?” tanya Vida.

“Emm— aku belum tahu, tetapi aku akan meminta izin suamiku!” jawab Tiara yang memang selalu patuh terhadap Dirga.

“Baik, semoga Tuan Dirga mengizinkan!”

“Ya sudah, nanti aku hubungi lagi!”

“Iya.”

Panggilan telefon berakhir bersamaan dengan suara ketukan pintu.

“Siapa?” Tiara bergerak ke arah pintu.

“Saya Parti,” sahut seorang pelayan wanita di luar kamar.

Cklek.

Tangan Tiara terulur membuka pintu kamar.

“Tuan Dirga sudah di depan menunggu Nona,” ucap Parti dengan sopan.

“Iya, aku akan segera ke sana.” Tiara mengambil sling bag-nya yang berwarna biru muda senada dengan baju yang ia kenakan. Kemudian, ia keluar dari kamar dan menemui Dirga yang sudah menunggunya.

“Kamu sudah siap?” tanya Dirga memperhatikan sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tak dapat dipungkiri istrinya itu tampak sangat cantik. Sejak awal Tiara memang cantik, tetapi mungkin akhir-akhir ini Dirga baru mau mengakui bahwa istrinya itu memang sangat cantik.

“Iya.” Tiara bergerak ke arah Dirga dan berdiri di sebelahnya.

Hening.

Dirga masih mengamati sang istri. Akhir-akhir ini semua tindakan Tiara membuat tubuhnya beraksi lebih. Tidak! Lebih tepatnya, Tiara yang menjadi candu tersendiri untuknya.

“Apa?” Tiara melihat tatapan yang berbeda. Lama dan dalam.

“Bajunya sangat cantik!” puji Dirga masih belum mau mengakui di depan Tiara.

“Bajuku atau aku?” desak Tiara.

“Emm—,” Dirga membuang muka.

“Akui saja, kalau aku mulai cantik di matamu suamiku,” seloroh Tiara berjalan lebih dulu menuju pintu mobil yang terbuka.

Dirga hanya tersenyum, ia duduk di belang kemudi. Sekali lagi, melihat paras ayu sang istri yang duduk di sampingnya. “Pakai sabuk pengamannya,” pinta Dirga dan ia sendiri yang memasangnya. Menggoda sang istri dengan menyentuh bagian sensitif di area dadanya. Maklum, reaksi tubuhnya masih sama saat bersentuhan dengan Tiara.

“Sayang!” pekik Tiara.

“Maaf sengaja!” canda Dirga tertawa tanpa rasa bersalah. “Kamu marah?” tuduhnya.

“Aku tidak marah, aku hanya tidak suka!” jawab Tiara.

“Aku suka, gimana dong?” balasnya. “Huh, rasanya aku tidak sabar menunggu malam datang.” Dirga mencium pipi Tiara sejenak, lalu ia baru menyalakan mobil menjauh dari kediaman rumahnya.

Kendaraan mulai berjalan dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota. Dirga sering kali melihat ke arah sang istri. Kalian pernah jatuh cinta dan rasanya pengen liatin terus tu wajahnya. Itu yang dirasakan Dirga saat ini. Kedua manik matanya ingin selalu tertuju pada Tiara.

“Tiara,” panggil Dirga dengan hangat.

“Ya,” sahut Tiara yang sedari tadi melihat keluar jendela mobil.

“Apa kamu sudah siap memiliki anak? Maaf karena aku merusak impianmu tapi aku berjanji akan selalu ada di dekatmu dan mencintaimu sepanjang waktu,” tutur Dirga dengan lembut.

“Apa aku punya pilihan lain? Sebelum menikah Ibuku berpesan padaku agar aku selalu taat dengan suamiku. Awalnya itu berat untukku, tetapi sekarang itu hal yang akan aku lakukan. Karena— melihat kamu bahagia, aku juga ikut bahagia suamiku!” sahut Tiara.

“Kalau begitu aku akan bekerja lebih keras lagi!” Dirga sangat antusias.

Tiara tertawa sebagai responsnya.

Mobil berhenti di area parkir rumah sakit yang berada di basemen. Kemudian, mereka berjalan menuju ke ruangan dr.Edo yang sudah menunggu kedatangan mereka.

“Selamat sore dr,” sapa Dirga. Tangan kanannya terulur untuk membuka pintu.

“Selamat sore,” sahutnya.

Lantas dr.Edo segera mempersilahkan Tiara berbaring untuk memeriksa bekas luka jahitnya.

“Bagaimana bekas lukanya dr?” Dirga tak melepaskan sedikit pun pandangannya dari Tiara. Yang ia rasakan saat ini, ia tidak ingin kehilangan Tiara dan tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk dengan istrinya itu.

“Bekas lukanya sudah kering, hanya perlu obat oles untuk menyamarkan bekasnya. Bagaimana Nona, apa Anda masih merasakan sakit?” tanya pria berjubah putih itu.

“Sudah tidak sakit lagi,” sahut Tiara.

“Bagus, kalau begitu.” Sang dokter menulis resep untuk obat selanjutnya. “Ini kontrol terakhir, untuk selanjutnya Nona Tiara hanya perlu berhati-hati agar tidak terjadi lagi sesuatu yang buruk lagi,” pesannya.

“Terima kasih dr.” Dirga mengulurkan tangan untuk berjabat.

“Sama-sama, Tuan.” Dr.Edo tersenyum dan ikut bahagia melihat Dirga yang sangat perhatian dengan istrinya.

* *

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!