(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Erisa masuk ke dalam kamar setelah sang anak membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk, namun saat Nara naik ke tempat tidur mata Erisa melihat bekas luka sulutan rokok di kaki sang anak.
Bergegas Erisa mendekati sang anak lalu menyingkap rok panjang milik sang anak, betapa terkejutnya Erisa melihat bekas luka itu bahkan tubuhnya terasa merinding membayangkan sang anak di aniaya.
"Nduk, siapa yang melakukan ini pada kamu?" tanya Erisa yang kini sudah duduk di tepi ranjang
"Para jambret, Umi" jawab Nara
Nara menatap uminya sebentar kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke sembarangan arah, Nara masih berbohong namun Nara tak sanggup bertatapan dengan uminya jika sedang berbohong.
"Umi ini yang melahirkan kamu, Nduk. Umi paham setiap perilaku kamu, jadi masih mau berbohong pada Umi?" kata Erisa mengelus kepala sang anak
Nara menundukkan kepala, dalam hidupnya tak pernah sedikitpun untuk membohongi kedua orang tuanya. Namun Nara juga tak mau kedua orang tuanya tau apa yang terjadi sebenarnya, ini akan jadi urusannya sendiri.
"Nduk, Umi tau kamu berbohong. Abimu juga tau, kamu menyembunyikan sesuatu dari kami. Tapi kalau kamu belum mau cerita, gak apa-apa. Tapi nanti kalau kamu sudah siap cerita, Umi akan jadi orang pertama yang mendengarkan setiap cerita kamu" ucap Erisa sembari memeluk sang anak dengan penuh kasih sayang
"Baik, Umi"
.
.
Hari Sabtu tempatnya pukul 04.00 sore, semuanya telah berkumpul di sekolah kecuali Nara yang tidak ikut kegiatan jalan-jalan yang sudah di bahas pekan lalu, mereka semua naik ke bus sekolah untuk pergi jalan-jalan.
Perjalanan memakan waktu satu jam, untuk sampai ke tempat tujuan mereka, namun sebelum melanjutkan perjalanan berapa teman kelas Beni mampir sebentar di rumah pamannya Beni.
Mereka juga sempat di tawari makan dan setelah makan mereka kembali melanjutkan perjalanan yang tinggal 100 meter lagi, mereka berjalan kaki melalui hutan yang ada di belakang rumah pamannya Beni.
"Sayang ya, Ben. Nara gak ikut" kata Erika
"Iya, nanti kita video call aja dia setelah tiba di tempat wisata" ujar Beni
"Baguslah, Nara gak ikut. Kalau Nara ikut bisa nyangkut kemana-mana tuh jilbab kayak kelambu lebar banget" sahut Putri sinis
"Dari pada loe? Lemes banget tu mulut" kata Erika tak mau kalah
"Apa loe nantangin gue?" tanya Putri sembari menatap tajam Erika
"Udah, woii. Mau jatuh ke jurang kali, kalian berdua ribut disini" sahut Raden dari depan
"Aduh, banyak nyamuk gaess" kata Adi dengan gaya kemayunya
Brakk....
Putri terjatuh masuk ke dalam lobang, bajunya setengah basah. Erika pun langsung tertawa terbahak-bahak melihat Putri masuk lobang, bahkan Erika terus mensyukurin Putri karena kena batunya.
Beni pun membantu Putri untuk naik kembali ke permukaan, namun kakinya Putri justru ke injak duri sehingga kakinya juga terluka. Di belakang Dinda mengeluh sendal mahalnya putus, membuat Beni geleng-geleng kepala.
"Lagian loe sih, udah tau kita mau lewat hutan. Ngapain pakai sendal jepit, ini pake sepatu gue" kata Beni sembari melepas sepatunya
Erika yang sempat memperhatikan Beni, begitu kagum dengan laki-laki yang bertanggung jawab pada semua temannya. Meski Erika juga kasih melihat Beni jadi nyeker, takut kaki Beni ke injak duri.
"Kan jalannya becek, Ben. Habis hujan" sahut Dinda
"Aduh gendong gue donk, Ben" keluh Adi kembali bercanda
"Gue lempar loe ke jurang, mau?" tanya Beni
"Jauh juga ya, Ben" kata Erika yang sesekali menepuk nyamuk yang terus mengigit lengannya
"Lumayan, Er"
Tak terasa mereka semua telah sampai di tepi pantai, menunggu rombongan murid lain. Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, suasana sore begini pantai sudah sepi dan angin sepoi-sepoi terasa begitu sejuk.
Selang berapa menit rombongan murid lain tiba, semuanya istirahat sebentar di bibir pantai. Setelah itu mereka akan melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi, mereka sama-sama menuju lokasi.
"Ben, kita sholat magrib dulu ya, Barin yang lain duluan" ajak Erika pada Beni
"Iya, aku perhatikan kamu sekarang berubah, Er" kata Beni
"Alhamdulillah, Ben. Semenjak kenal Nara dan berteman dengan Nara, banyak hal positif yang aku dapat. Nilai mata pelajaran aku juga bagus, aku jadi rajin belajar" jelas Erika
"Nara lagi, Nara lagi. Sakit telinga gue denger nama dia terus di sebut" protes Putri
"Kenapa Put? Loe iri dengan Nara karena dia selalu bisa ngalahin loe, bahkan semua guru selalu muji dia dan dia lebih terkenal dari pada loe yang anggota OSIS" sahut Erika
"Gak usah bawa-bawa anggota OSIS segala, memang si Nara nya aja yang suka cari perhatian dengan semua orang. Makanya dia terkenal, gak kaya gue" kata Putri sembari mengibaskan rambutnya
Perjalanan kembali mereka lanjutkan, namun Putri memelankan langkah kakinya. Ketika Putri sudah tertinggal jauh, Putri pergi dari situ dan sepertinya semua orang belum sadar kalau Putri tak ada di belakang mereka.
Apalagi keadaan saat ini tengah gelap gulita, hanya ada penerang obor yang di buat. Putri meninggalkan tempat wisata mereka karena sudah membuat janji untuk bertemu dengan sang kekasih, yang telah menyusulnya disini.
Sebelum pergi wisata Putri telah menyusun rencananya, bahkan Putri telah memesan vila yang ada di dekat pantai melalui aplikasi online. Awalnya Putri hanya ingin pergi sebentar dengan sang kekasih.
Namun karena hanyut dalam suasana yang dunia terasa milik berdua, Putri menikmati momen kebersamaan dengan sang kekasih. Dari nonton film, bermain kartu dan bernyanyi karaoke membuat Putri bahagia.
Apalagi kehidupan Putri selama ini terlalu di kekang oleh ayahnya, Putri dari dulu di paksa ayahnya harus selalu mendapat nilai sempurna, agar bisa membanggakan keluarga mereka.
Dulu sewaktu SMP mungkin Putri bisa selalu mendapat juara umum karena tak ada saingan, tapi sekarang di SMA Putri tak menyangka Nara yang penampilannya tak menarik justru memiliki otak yang cerdas.
Bahkan guru-guru selalu memujinya, Nara juga pernah ikut lomba olimpiade perwakilan dari sekolah mereka. Karena lelah dengan aturan ayahnya Putri akhirnya bertemu sang kekasih, yang selalu ada untuknya.
Namun Putri lupa bahwa aturan ayahnya lah yang terbaik, bukan aturan diri sendiri yang kini akan menghancurkan masa depannya, karena ini Putri pun telah menyerahkan segala miliknya pada sang kekasih.
"Kalau ada apa-apa, aku janji akan tanggung jawab" ucap Kekasihnya Putri memegang tangan Putri dengan lembut
"Benaran ya, Kak" kata Putri memastikan
Sang kekasih mengangguk, hingga akhirnya Putri dan kekasihnya melakukan hubungan terlarang itu berkali-kali.