Rania Salsabila, gadis berusia 15 tahun, yang memiliki paras cantik, pintar dan sopan. Rania memiliki seorang ayah dan 2 kakak laki-laki,mereka sangat membenci rania.
Rania pun harus rela terusir dari rumahnya, hanya karena sang ayah yang tidak bisa menerima dirinya atas kematian bu Indah istrinya. Tapi, dibalik terusir nya Rania, takdir membawa dirinya menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rika sukmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Sedangkan di sisi lain, kini Rania yang baru saja tersadar merasa bingung. Ia tidak tahu apa yang terjadi kepadanya.
"Awww.... Aku dimana ini, kenapa kepalaku pusing banget." guman Rania sembari mengerjakan matanya.
Rania celingukan melihat sekelilingnya, sungguh ia tidak tahu sekarang ada dimana.
"Astaghfirullah, apa yang sebenarnya terjadi. Ini dimana, Ayah dan Bunda pasti khawatir."
Rania mendengar suara langkah kaki dari luar, ia merasa sangat takut. Apalagi suara langkah kaki itu semakin mendekat.
"Ya Allah, hamba mohon, lindungilah hamba dari orang yang berniat jahat. Semoga ada orang yang bisa membantu ku keluar dari sini." batin Rania.
CEKLEK!
Pintu terbuka dengan lebar, memperlihatkan seorang lelaki berdiri di depan pintu. Rania memperhatikan lelaki tersebut, Ia merasa tidak asing dengan orang itu.
"Siapa dia? Kenapa aku seperti pernah melihatnya." batin Rania.
"Hi sayang, ternyata kamu sudah bangun." ucap lelaki tersebut dengan senyuman.
"I-ilham?" ucap Rania dengan nada terkejut.
"Iya sayang, Ini aku Ilham. Tunangan mu ehh ralat, Mantan tunangan."ucap Ilham dengan tertawa.
"Kenapa kamu ada disini? tolong lepaskan aku ham!" tanya rania sambil terisak.
"Aku mau dimana pun itu bukan urusanmu, dan jangan berharap aku akan melepaskan mu." bisik Ilham.
"Kenapa kamu menculikku? Apa salahku?" tanya Rania
Seketika Ilham tertawa terbahak-bahak, dengan cepat dia mencengkram dagu Rania dengan kuat.
"Karena aku tidak terima dengan apa yang sudah kamu lakukan terhadapku, kamu tidak mau kembali lagi denganku." ucap Ilham dengan tatapan tajamnya.
"Cuihh..... Aku tidak sudi kembali sama laki-laki pengkhianat sepertimu! Mokondo!" bentak Rania sembari meludah ke sembarang arah.
"Kamu.......!
PLAK! PLAK!
Dengan wajah merah padam penuh emosi, Ilham menampar Rania. Ia tidak terima dengan ucapan Rania.
Rania meringis, merasakan panas di pipinya juga perih di bagian bibirnya. Bagaimana tidak, Ilham menampar nya dengan keras.
"Jangan harap kamu bisa keluar dari sini, sebelum aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. sekarang nikmatilah waktumu disini." ucap ilham sembari melangkah keluar.
Seketika itu Rania menangis, ia merasa takut dengan Ilham. Dia takut Ilham akan macam-macam dengannya.
"Ya Allah, Lindungilah aku. Ayah, Bunda tolong Rania, Rania takut." batin Rania sambil menangis.
Disisi lain, Tepatnya di rumah pak Rizky. Mereka sedang bingun mencari keberadaan Rania. Sudah dua hari Rania hilang, tapi belum ada tanda-tanda keberadaan Rania.
"Mas, bagaimana ini. Kemana lagi kita mencari Rania?" tanya Bu Delina yang sangat khawatir.
"Mas juga bingung, kenapa tidak ada tanda-tanda dari penculiknya." ucap pak Rizky.
Ya, menurut polisi Rania di culik. Karena Mobil serta barang-barangnya masih tersimpan di dalam mobilnya.
Mereka bingung mencari kemana, karena belum ada tanda-tanda dari penculiknya. Mereka juga tidak bisa melacak keberadaan Rania, karena HP nya tidak terbawa Rania.
Derrttt! Derrttt! Derrttt!
Hp pak Rizky bergetar menandakan ada panggilan masuk, Ia langsung melihat siapa yang menelepon nya.
"Siap Mas?" tanya bu Delina.
"Gak tahu bun, nomor tidak dikenal." ucap pak Rizky sembari memperlihatkan layar Hp nya.
"Angkat Mas, siapa tahu itu penculiknya!" ucap bu Delina kemudian di angkatnya telepon oleh suaminya.
"Halo, ini dengan siapa?" tanya pak Rizky.
"............."
"Dimana kamu menyembunyikan anak saya?" tanya pak Rizky dengan keras.
"............"
"Saya mau bicara sama anak saya!" jelas pak Rizky.
"............."
"Berapa yang kamu inginkan?" tanya pak Rizky lagi.
"............."
"Baik, akan saya siapkan. Tapi kamu jangan sakiti anak saya. Kirim saja lokasinya nanti akan saya bawa uangnya." ucap pak Rizky.
TUT!
Panggilan terputus sebelah pihak.