NovelToon NovelToon
Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Teen School/College / Persahabatan / Anime / Preman
Popularitas:14.2k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Aren adalah seorang murid SMA di Bekasi, sebuah sekolah yang hampir seluruh siswanya adalah laki-laki dan gemar berkelahi. Dalam lingkungan yang keras dan penuh persaingan ini, Aren lebih memilih menikmati ketenangan dan menghindari konflik. Namun, SMA Bekasi memiliki sistem unik di mana siswa terkuat menjadi pemimpin, menguasai sekolah dengan kekuasaan absolut.

Meskipun tidak tertarik pada kekuasaan, kehidupan Aren mulai berubah ketika ia terus-menerus terseret ke dalam masalah yang tak bisa dihindarinya. Konflik demi konflik yang dihadapinya menguji batas kesabarannya. Keadaan yang awalnya terlihat membosankan mulai menjadi lebih menarik dan penuh tantangan.

Apakah Aren akan tetap bertahan dengan prinsipnya, atau akankah ia terpaksa naik ke puncak kekuasaan sekolah? Perjalanan Aren dalam mengarungi dunia keras SMA Bekasi akan menentukan jawabannya.

#Soundtrack Yang Cocok Saat Baca
- [Unbreakable] GenerationsXTheRampage
- [Jump Around] DobermanInfinity
- [Break Into The Dark]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikatan Dalam Sebuah Pukulan (Arc-Geng Motor Bagian 1)

Aren berdiri di samping tempat tidur di mana Sano dirawat, matanya memandang secara datar tanpa sepatah kata pun. Dia diam, mencerna situasi dengan hati yang teramat dalam. Setelah beberapa saat berlalu, Aren bergerak menuju pintu keluar ruangan dengan langkah mantap.

Alvin, yang berada di dekat pintu, merasakan kehadiran Aren.

Aren menyentuh pundak Alvin dengan lembut, tanpa berkata apa pun. Tatapan mereka bertemu sejenak, mengungkapkan banyak hal tanpa kata-kata. Kemudian, dengan gerakan yang tenang, Aren melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan, meninggalkan Alvin dengan pikirannya sendiri.

Alvin tetap berada di sana, menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Aren. Dia merenung sejenak, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya. Dalam keheningan yang mengisi ruangan, Alvin mengambil nafas dalam-dalam.

Kemudian beberapa saat berlalu, dengan langkah cepat dan tatapan serius, Ash masuk ke ruangan tempat Sano dirawat. Pakaiannya agak basah oleh hujan yang deras di luar, tetapi dia tidak memperhatikan itu saat melihat kondisi Sano.

"Bagaimana keadaannya?" tanyanya dengan suara yang khawatir kepada Alvin disana.

Alvin mengambil nafasnya dalam-dalam. Dia melihat datar. "Saat aku tiba. Sano tak sadarkan diri," Alvin menggertakan giginya. Menaikan nada bicaranya. "Aku akan bunuh mereka semua!"

Tangan Ash meraih selembar tisu untuk menghapus air hujan yang menetes dari rambutnya. Ash menghampiri tempat tidur Sano lagi, matanya terfokus pada wajah temannya yang terluka.

Dia mengambil tempat di samping Sano, menatapnya dengan ekspresi yang penuh perhatian. Rasanya sulit bagi Ash untuk melihat Sano dalam keadaan seperti ini, tetapi dia tetap tegar, siap memberikan dukungan apa pun yang diperlukan.

"Sano, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara lembut, mencoba mengetahui keadaan temannya. Meskipun Sano tidak akan menjawabnya.

Alvin disana masih mengoceh dengan dirinya sendiri. "Aku akan mencari mereka! Membunuh mereka semua! Semua orang yang berhubungan dengan mereka, akanku bunuh mereka semua!"

Ash mengambil langkah cepat ke arah Alvin, "Apa yang kau katakan barusan Alvin? Hah apa yang kau katakan barusan?"

Meskipun begitu dia memahami betul emosi yang meluap di dalam diri temannya. Dengan tangan yang menggenggam erat pundak Alvin, Ash mencoba menenangkan temannya yang penuh emosi.

"Alvin, tenanglah," ujarnya dengan suara yang tenang, tetapi penuh dengan otoritas.

Namun, Alvin tetap dalam keadaan marah yang tidak terkendali, dia berteriak ke arah Ash dengan penuh frustrasi. Ash merasa terharu melihat kesedihan dan kemarahan temannya, tetapi dia tidak bisa membiarkan emosi itu menguasai mereka berdua.

"Aku mengerti, Alvin. Tapi kita harus tetap tenang," tegaskan Ash dengan mantap, mencoba meredakan amarah Alvin.

Meskipun terjadi sedikit ada pertengkaran antara mereka, Ash tetap tegar dalam upayanya untuk menenangkan Alvin dan memastikan bahwa mereka berdua tetap kuat di tengah cobaan ini.

Setelah sedikit mereda, Alvin melihat ke arah Ash dengan tatapan yang masih penuh dengan emosi. Dia menghela nafas berat sebelum berbicara.

"Sebelum kau datang kemari, Aren datang dan melihat kondisi Sano," ucapnya dengan suara yang agak gemetar. "Dia hanya melihat sebentar, lalu pergi begitu saja."

Ash terkejut dengan informasi Alvin. "Aren?"

Dengan demikian, Ash keluar dari ruangan dan segera menyusul Aren dijalan meskipun suasana disana masih hujan deras.

Di luar ruangan, hujan deras turun dengan lebatnya, membasahi tanah dan bangunan di sekitarnya. Suara air yang mengalir menambah suasana tenang namun juga sepi.

Pepohonan dan tanaman terlihat gemetar karena hembusan angin yang kadang-kadang datang bersamaan dengan hujan. Langit gelap tertutup awan mendung, menyelimuti segalanya dengan kesan muram.

Suasana yang diwarnai oleh hujan menjadi semakin terasa damai namun juga melankolis, menciptakan pemandangan yang dramatis dan penuh dengan keindahan alam yang tak terduga.

Sementara itu, Ash mencari sosok Aren melewati jalan yang berbeda saat dia mengunjungi rumah sakit.

Setelah lama dia mengikuti jalan yang ditempuh oleh Aren, akhirnya Ash menemukannya. Aren sedang menepi disebuah toko.

Ash mendekati Aren dengan langkah cepat, payungnya melindungi Ash dari guyuran hujan yang tak kunjung reda. Disana Ash melihat Aren yang basah kuyup, Ash menyentuh bahunya dengan lembut.

"Aren?" tanya Ash dengan suara lembut, mencoba memecah keheningan di antara mereka.

Aren menatap Ash dengan tatapan kosong, seolah-olah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hujan terus mengguyur, menciptakan suasana yang terasa agak suram di sekitar mereka.

"Aku...," ucap Aren pelan, suaranya hampir terdengar tertutup oleh deru hujan. "Aku hanya merasa..." Aren terdiam sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

"Aku hanya merasa sedikit kacau," lanjutnya akhirnya, suaranya terdengar terputus-putus. Tangannya memegang kaleng minuman seperti kopi.

Ash bertanya kepada Aren. "Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Aren menggengkan kepalanya. Merasa tak tahu. Tatapannya kosong. kemudian Aren melemparkan minumannya ke jalanan. Ekspresinya seolah menahan kemarahan.

"Aku sudah muak dengan semua ini! Sekumpulan manusia bodoh tak berguna selalu menambah masalah! Ahh.. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan semua orang!"

kemudian Ash berbicara dengan serius. "Aku juga."

"Hah?"

kemudian Aren menatap Ash dengan tatapan kosong. "Apa maksudmu, Rambut imut?"

Ash menyeringai. "Aku ingin bertarung denganmu. Sekarang! aku ingin menyelesaikan semuanya!"

"Hah?" Aren mengernyit.

Aren terkejut mendengar permintaan Ash yang tiba-tiba itu. Matanya menatap Ash dengan campuran kebingungan dan keheranan.

"Apa maksudmu?" tanya Aren dengan nada ragu.

Ash melangkah mendekati Aren, tatapannya penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan. "Aku ingin kita menyelesaikan semuanya. Pertarungan kita yang tertunda. Sekarang."

Aren memandang Ash dengan serius, mencoba memahami maksud di balik kata-katanya. Dia merasakan adrenalin mulai memanas dalam dirinya, keinginan untuk menyelesaikan segala sesuatu terasa menguat di dalam hatinya.

"Baiklah," jawab Aren akhirnya, walaupun masih terdapat keraguan dalam suaranya. "Aku setuju."

Kemudian mereka berdiri sebuah lapangan dekat dengan rumah sakit.

Tanpa kata-kata lebih lanjut, keduanya berdiri di tengah hujan yang semakin deras. Ekspresi mereka penuh dengan tekad dan determinasi. Mereka siap untuk menyelesaikan apa yang telah tertunda selama begitu lama.

Dengan langkah mantap, Ash dan Aren menghadap satu sama lain. Tatapan mereka saling beradu, mencerminkan kegigihan dan keinginan untuk menyelesaikan pertarungan mereka. Hujan yang semakin deras menjadi latar belakang pertarungan mereka yang akan segera dimulai.

"Ayo!" seru Ash, suaranya hampir terdengar di tengah gemuruh hujan.

"Kau yang minta!" jawab Aren.

Kemudian mereka berdua berteriak. Teriakan mereka terdengar keras dan kasar. Mereka dapat mengandung emosi seperti kemarahan, kebencian, atau kekerasan. Suara mereka mungkin memecah suasana tenang dan menciptakan ketegangan di sekitar mereka.

...OURYAAAA! ...

Dengan gesit, Aren melancarkan serangan pertamanya. Pukulan keras terarah ke arah Ash, tetapi Ash dengan lincah menghindarinya dengan gerakan yang cepat. Mereka saling berhadapan dalam sebuah tarian yang mempesona, penuh dengan serangan dan penghindaran yang terampil.

Setiap pukulan dan tendangan yang dilancarkan oleh keduanya memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka saling bertarung dengan penuh semangat dan keberanian, tanpa kenal lelah.

Hujan yang deras turun seperti memberi energi tambahan pada pertarungan mereka, membuatnya semakin intens dan menggairahkan.

Tidak ada kata-kata yang diucapkan, hanya suara hujan dan benturan tubuh yang terdengar di antara mereka. Mereka itu sepertinya telah memasuki dunia mereka sendiri, di mana hanya ada mereka dan pertarungan yang mereka lakukan.

Aren memukul wajah Ash dan Ash memukul wajah Aren. Mereka berdua terhuyung mempertahankan keseimbangannya ditengah tengah kelicinan tanah.

Aren berteriak. "Ayo Ash! Tunjukan semua kemampuanmu! Hah!"

Di tengah hujan deras yang mengguyur kota kecil itu, di lapangan kosong di pinggir jalan dekat rumah sakit, suasana seolah-olah melambat ketika Ash dan Aren berdiri di hadapan satu sama lain. Wajah mereka terkena guyuran hujan, menciptakan gambaran dramatis dalam kegelapan.

Ash, dengan tatapan serius, melangkah maju mendekati Aren. Pukulan tiba-tiba terbang dari tangannya, mengarah lurus ke wajah Aren. Namun, Aren tidak menghindar. Dia menerima pukulan itu dengan gagah, tubuhnya terhempas ke belakang oleh kekuatan pukulan Ash.

Namun, ketika Aren bangkit, dia tersenyum menyeringai, sepertinya dia menikmati momen tersebut. "Ahaha, kau boleh juga!" serunya dengan penuh kegembiraan, sambil mengelap sisa-sisa air hujan dari wajahnya.

Ash sedikit terkejut melihat reaksi Aren, namun dia juga tersenyum. "Kau akan merasakan pukulanku selanjutnya, Aren. Tapi jangan pikir itu akan membuatku menahan serangan berikutnya!"

Mereka berdua kembali berdiri di tengah hujan, siap untuk melanjutkan pertarungan mereka yang penuh semangat dan kegembiraan di tengah guyuran air hujan yang deras.

Dengan gerakan lincah, Ash melancarkan tendangan menyamping ke arah Aren. Namun, Aren dengan cepat bereaksi, menggunakan kelincahan dan kecepatannya untuk menekel Ash. Namun, tanah yang licin karena hujan membuat Aren juga terjatuh, mengikuti langkah Ash ke tanah.

Keduanya terdampar di tanah, terhanyut oleh guyuran hujan yang semakin deras. Meskipun basah kuyup dan terluka, mereka sama-sama tersenyum, menikmati momen ketegangan ini.

Tanpa basa basi, mereka berdua kembali berdiri dan keduanya saling menghampiri.

Kemudian. Saat Aren bersiap melakukan tendangan menyamping, tiba-tiba Ash bereaksi dengan kecepatan luar biasa. Rambut oranye kecoklatannya, yang sudah basah karena hujan, menutupi sebagian wajahnya, tapi matanya tetap fokus.

Aren mengusap wajahnya yang penuh luka dan air hujan. Rambut hitamnya yang basah menutupi sebagian besar matanya, memberikan tampilan yang semakin garang.

Dengan refleks yang cepat, Ash menghindari tendangan Aren dan langsung melancarkan serangan balik. Dia menendang ke arah perut Aren, membuat Aren terhuyung ke belakang. Namun, Aren segera bangkit, wajahnya menunjukkan semangat yang tak kenal menyerah.

"Aku harus mengakui, kau punya gerakan yang hebat, Ash," kata Aren sambil berusaha untuk bangkit.

"Tentu saja, tapi jangan anggap kau bisa mengalahkanku begitu saja," balas Ash sambil bangkit berdiri.

Mereka berdua kembali siap untuk melanjutkan pertarungan, memacu adrenalin mereka di tengah hujan yang semakin lebat.

Dengan kecepatan luar biasa, Aren berlari ke arah Ash. Menggunakan momentum dan kekuatannya, Aren menerjang dengan kakinya, membuat Ash terjatuh ke tanah yang basah dan licin. Aren terjatuh di samping Ash, namun segera bangkit, duduk di atas tubuh Ash yang tergeletak.

"Aku akan membuatmu mengerti, Ash!" teriak Aren dengan suara penuh semangat.

Dia mulai melancarkan pukulan bertubi-tubi ke wajah Ash, menghajarnya berkali-kali. Hujan semakin deras, air mengalir di wajah mereka, mencampur dengan darah dari luka-luka yang mulai muncul.

Namun, di tengah pukulan-pukulan tersebut, Ash tiba-tiba tertawa dan mengangkat lengannya, menahan salah satu pukulan Aren. Dengan kekuatan yang tersisa, Ash mendorong Aren, membuatnya terhuyung ke belakang.

Saat Aren terdorong dan terjatuh, Ash tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cepat, dia duduk di atas tubuh Aren dan mulai menghajar wajahnya. Pukulan demi pukulan mendarat di wajah Aren, membuatnya merasakan sakit yang luar biasa.

Namun, Aren tidak tinggal diam. Dengan kekuatan yang tersisa, dia mendorong Ash sekuat tenaga, membuatnya terjatuh ke samping. Kemudian mereka berdua bangkit lagi, tubuh mereka penuh luka dan napas terengah-engah. Hujan deras terus mengguyur, membuat tanah semakin licin.

Tanpa kata-kata, mereka langsung beradu tinju, saling melayangkan pukulan dengan sisa tenaga yang mereka miliki. Setiap pukulan diiringi dengan dentingan air hujan yang jatuh ke tanah, menambah dramatis suasana.

Mereka terus berkelahi, hingga akhirnya kelelahan menguasai mereka. Tubuh mereka babak belur, wajah mereka penuh dengan luka dan darah yang tercampur dengan air hujan. Namun, di tengah-tengah pertarungan sengit itu, mereka saling menatap dan tersenyum, seolah-olah menyadari betapa miripnya mereka sebenarnya.

Dengan senyum di wajah mereka, kekuatan mereka akhirnya habis. Keduanya terjatuh ke tanah yang basah, tergeletak di sana dengan mata setengah tertutup. Hujan terus mengguyur, seakan-akan menenangkan kemarahan dan kelelahan yang mereka rasakan.

"Ash, besok aku akan mengunjungi gedung klub malam. Tolong temani aku."

"Tentu saja, kita akan memberi pelajaran kepada geng motor bodoh itu."

1
Zhongwen Ji Xiang Tou Shen
seru dan semakin menantang..
Zhongwen Ji Xiang Tou Shen
cerita yg menarik..
good job..👍
Zhongwen Ji Xiang Tou Shen
menarik, jgn hiatus dlu, selesaikan cerita ini sampai tamat../Determined//Determined//Determined/
Dzkii Flame
MANTAPPP GASS TRS THOR DITUNGGU UPDATENYA! 💗
Katsumi
bang jangan Hiatus ya bang😮‍💨 lagi seru-serunya
S.E Kagami: Okie dokie
total 1 replies
mochamad ribut
lanjutkan
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
Jimmy Avolution
ayo thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjutkan
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
ceritanya kok gk ada keluarga Thor...

Suasana dirumah bersama ortu...
S.E Kagami: Fokus ke genre kak hehe.
total 1 replies
Jimmy Avolution
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!