Wanita Janda Istri Sang Dokter

Amira sudah menjelaskan motif kejahatan nya terhadap Saras. Kini ia terduduk dipojok ruangan bertembok besi itu. Sambil memeluk lututnya, ia menangis tersedu - sedu.

"Fahmi, keluarkan mama dari sini!" pekiknya panjang di sela tangisnya.

Ambar dan Fenny segera datang ke kantor polisi untuk melihat sendiri apakah berita penangkapan ibunya itu benar atau tidak ?

Fenny yang perutnya semakin membesar itu sampai tidak percaya melihat mamanya berada dalam bui.

"Mama tahu, tindakan yang telah mama lakukan itu sangat tidak manusiawi. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Saras. Pasti Fahmi tidak akan pernah membiarkan itu terjadi." ujar Ambar. Wanita itu tadinya sudah curiga di awal, karena masih berupa dugaan saja jadi ia menghapus rasa penasaran itu.

"Apa motif mama melakukan itu pada Saras ?" tanya Fenny.

Amira menelan kasar ludahnya dan sebuah jawab membuat yang mendengarnya tercengang. "Karena dia tidak jelas asal usulnya. Aku benci padanya sampai kapan pun."

Ambar hanya menggeleng. "Ma, kalau begitu jangan salahkan aku jika setelah ini aku tidak akan berkunjung lagi untuk melihat Mama.

Amira mendelik. "Kau ! Bela terus wanita liar itu ! Kenapa semua orang begitu membelanya ?"

"Karena di awal sudah salah sikap mama terhadap Saras, jadi kebencian menutupi hati nurani. Aku sangat takut jika hal itu terjadi padaku? Memiliki ibu yang seorang pembunuh." Fenny mengusap lembut perutnya.

Amira menggeleng cepat, "Jangan kamu katakan seperti itu ! Ku mohon, mama akui mama salah."

"Ma, jika sudah mengakui kesalahan sebaiknya mama meminta maaf secara langsung pada Saras. Dia sangat shock dengan peristiwa pahit yang ia alami."

Amira mengangguk cepat.

"Sangat mudah untuk meminta maaf tapi luka akibat ulah mama akan terus membekas di hati ." ujar Ambar.

Sementara itu.

Bagas sudah diantar oleh Pak Farid ke salah satu rumah warga desa sekitar. "Pak RT, saya menemukan anak ini tidur di gerobak sampah. Dia bilang bahwa tahu tempat ini sebagai tempat kelahirannya ."

Pak RT mengamati Bagas yang sedikit tirus wajahnya. "Bagas , ini benar kamu kan ?"

Bagas langsung memeluk pak RT, rasa ketakutan nya hilang seketika. "Aku mau pulang, pak RT !" serunya berharap segera bertemu dengan ibunya.

Pak RT membelai kepala Bagas. Sangat miris melihatnya kemudian ia meminta Bagas untuk menceritakan kronologi kejadian bagaimana ia bisa menghilang. Bagas pun mulai bercerita.

Pak RT sampai bergidik ngeri membayangkannya. "Di zaman sekarang memang marak kejahatan. Kalau kita tidak pandai membentengi diri sudah pasti akan terjerumus juga ke dalam pergaulan yang salah."

Mumpung hari belum malam, pak RT mencari berkas pernikahan antara Fahmi dengan Saras.

Ditemukan foto copi pada berkas itu. Sebuah alamat yang tertera dengan jelas alamat Fahmi.

Sore itu, pak RT segera membawa Bagas degan mengendarai sebuah mobil untuk mendatangi alamat rumah Fahmi. Dengan diantar oleh pak Farid.

Bagas tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, di dalam hati ia sangat bersyukur karena bisa kabur dan selamat.

Butuh berjam - jam agar tiba di Jakarta. Bagas menggunakan waktu yang panjang itu untuk tidur.

Dan dengan bantuan google map, perjalanan pak RT aman terkendali.

Pukul 21.00 tepat, mobil yang dikendarai pak RT sudah memasuki pekarangan rumah yang begitu megah.

Kedatangan mobil yang asing itu menyita perhatian Hendra dan bik Yem.

Begitu mesin mobil dimatikan, turunlah dua orang pria berusia 45 tahunan berjalan ke arah muka rumah.

"Assalamualaikum," sapa kedua tamu itu.

"Waalaikumsalam," sahut Hendra begitu ramah lalu mempersilahkan masuk.

"Apa benar ini kediaman dokter Fahmi yang beberapa bulan lalu menikahi seorang janda bernama Saras ?" ucap pak RT.

Bik Yem datang menyuguhkan beberapa cangkir kopi.

"Benar. Maaf, Anda berdua siapa ya?" tanya Hendra begitu sopan.

Pak RT menunjuk dirinya dan pak Farid sambil memperkenalkan diri.

"Tujuan kami kemari bahwa menyampaikan jika kami telah menemukan Bagas dan terlantar sampai di desa tempat ia dilahirkan." terang Pak RT yang membuat suasana menjadi haru.

"Benarkah? Lalu dimana dia sekarang? Bik, Bik Yem ! Cepat kasih tahu Fahmi, Bagas sudah ditemukan!" serunya girang.

"Ada di dalam mobil. Dia tengah tidur." sahut pak Farid.

Mendengar seruan majikannya, Bik Yem segera menghubungi Fahmi tapi tetap saja tidak diangkat. Bik Yem berinisiatif untuk ke rumah Fahmi di antar sopir rumah.

Bik Yem sudah tiba di rumah Saras. Terlihat lampu rumah masih menyala yang artinya penghuninya belum tidur.

Bik Yem setengah berlari memasuki rumah lalu mengetuk pintu. "Den, Den Fahmi!" panggil bik Yem beruntun.

Seketika itu juga pintu rumah terbuka lebar.

"Bik Yem?" heran Fahmi melihat kedatangan pembantu itu dengan tiba - tiba.

Bik Yem tidak dapat menyimpan terlalu lama kebahagiaannya, "Den Fahmi, Bagas sudah ditemukan."

Mendengar nama anaknya disebut, Saras tak ingin ketinggalan lalu menghampiri Bik Yem untuk mendengar kejelasan. "Apa yang kamu katakan Bik ?"

"Non Saras, Bagas sudah ditemukan." ulang Bik Yem yang membuat Saras berkaca - kaca.

"Sungguh ! Alhamdulillah, dimana ia sekarang?"

"Dua orang telah mengantar Bagas sampai ke rumah. Mereka adalah tetangga Non Saras." terang Bik Yem.

"Benarkah?" Fahmi ikut senang mendengarnya.

"Ayo, kita ke sana!" ajak Fahmi.