NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 12

“Pak Dimas.. Benar kata Oma, pria itu makin mempesona ketika masak.” ujar Azzalea secara spontan.

Dimas menunjukkan senyum tipisnya, melihat Azzalea dari sudut mata. “Lalu sekarang kamu terpesona sama saya?”

“Iya "

Tidak ada beban dalam pengucapakan kata tersebut, membuatnya berbalik menoleh kepada gadis itu yang duduk tak jauh darinya. Wajah gadis itu berseri-seri, sama seperti dulu kala.

"Bukan hanya sekarang, tapi setiap melihat Pak Dimas.” tambah Azzalea tanpa malu dan tersenyum bangga akan pujian yang dia berikan tersebut.

Sedangkan Dimas hanya bisa menanggapi ucapan itu dengan gelengan kepala.

“Pasti wanita yang bersama Pak Dimas nanti sangat beruntung memiliki Pak Dimas.”

“Kenapa?”

“Yah, karena Pak Dimas, bisa masak, pintar, baik, pembersih, rajin olahraga, pekerja keras, bisa perbaiki barang-barang dan yang paling utama, Pak Dimas tampan.”

“Tapi, kenapa Pak Dimas masih tetap jomblo?” tambahnya.

“Karena gak ada yang mau sama saya.”

“Saya mau sama Pak Dimas.” balas Azzalea cepat.

“Aw..”

Azzalea mendapatkan satu sentilan ringan di kening dari sang guru. “Dasar anak kecil!” celetuk Pak Dimas.

Azza mengusap lesu jidat mulusnya.

“Siapkan alat makan, Azza.”

***

“Selamat makan.” ucap Azzalea sebelum menyantap makanan lezat dihadapannya.

Ia segera menyicipi makanan yang ada.

“Gimana?”

“Enak.” puji Azzalea senang.

“Makan yang banyak.” ucap Pak Dimas meletakkan sepotong ayam di piring Azzalea.

“Selamat, Pak Dimas, Bapak jadi orang ketiga yang masak untuk saya.”

“Maksud kamu?”

“Dari kecil, yang masakin saya selalu Rose dan salah satu sahabat ibu saya, walau beliau jarang saya kunjungi.”

“Orangtua kamu?”

Azzalea memperlambat ritme kunyahannya. “Dulu pernah ibu saya masakin, habis itu saya masuk rumah sakit, keracunan makanan yang udah basi, ditambah ada kacang didalamnya. Semenjak itu, nenek langsung minta Rose buat masak untuk saya. Semua bekal sekolah dia yang buatin.”

Azzalea sudah tidak sedih lagi jika menceritakan kejadian yang membuatnya trauma akan masakan orang selain Rose. Dia sudah berbaikan dengan keadaan.

“Jadi.. saya sulit percaya dengan masakan orang selain mereka berdua.”

“Lalu, kenapa kamu percaya sama saya?”

“Saya, kan ikut Pak Dimas belanja, pilih bahan, dan memperhatikan Pak Dimas masak. Dari sebelum itu, saya memang sudah percaya sama Pak Dimas.”

Pak Dimas menatap lembut Azzalea saat mendengar tutur kata sang murid.

“Pak Dimas kenapa bisa masak?”

“Mungkin, karena bosan.”

“Hm? Bosan?”

“Dulu waktu masih kuliah, banyak waktu kosong yang saya miliki, karena bosan dengan kegiatan itu-itu saja, saya coba memasak dan berakhir bisa.”

Azzalea menatap kagum. “Pak Dimas memang punya bakat, kalo ada keinginan pasti bisa.”

Ia menelan kunyahannya.

“Saya udah coba buat belajar masak, Pak. Wanti-wanti kalau Rose sakit atau menikah. Eh, bukannya jadi masakan, malah saya merusak seisi dapur. Habis itu kena marah deh. Jadi, Rose larang saya buat ke dapur. Katanya dia takut dapur bakalan meledak kalo saya pegang.” ungkap Azzalea disertai tawa pada akhir ceritanya begitu juga dengan Pak Dimas yang tersenyum kecil dengan ucapannya.

***

Azzalea meletakkan sendok. Ia telah selesai menyantap makan siang mereka, sedangkan Pak Dimas berjalan menuju kulkas, mengambil beberapa buah yang sudah di potong dan meletakkannya di atas meja.

“Memperbaiki pencernaan.” ucap Pak Dimas.

Dering panggilan yang berbunyi dari ponsel Pak Dimas terdengar. Pria itu menjauh dari Azzalea ketika menjawab panggilan tersebut. Walau samar-samar Azzalea dapat mendengar suara dari si pemanggil. Terdengar suara wanita.

Ia melihat Pak Dimas yang kelihatan mondar-mandir mencari berkas di ruang kerja. Melihat hal tersebut, ia pun memutuskan untuk membereskan alat makan mereka. Hingga dirinya menyelesaikan peralatan tersebut, Pak Dimas belum selesai dari panggilan itu. Ia hanya bisa menunggu di ruang televisi, ia hendak berpamitan namun Pak Dimas terlalu fokus.

***

“Baik, akan ku bereskan sisanya.” ucapnya mengakhiri panggilan yang telah terjadi selama satu jam setengah.

Ia menutup laptop dan meletakkan ponsel di atas meja kerjanya, memijat pelipis yang terasa sakit, melirik sekilas luar rumah dari balik jendela, hujan turun diluar. Ia menerawang beberapa pekerjaan yang ia miliki, namun sesuatu terlintas.

“Azzalea?” batinnya mengingat gadis yang ia tinggal demi panggilan dari rekan kerjaanya.

Ia segera beranjak dari ruang kerja. Mencari sang gadis di dapur, meja makan telah bersih, dan peralatan makan juga sudah tersusun rapi.

“Azzalea?” panggilnya.

Ia mendapati gadis tersebut tertidur nyenyak di atas sofa ruang tv. Ia segera mengambil selimut untuk menghangatkan tubuh sang gadis. Ia menatap sejenak wajah teduh muridnya ini.

“Saya mau sama Pak Dimas.”

Seutas senyum terlintas di wajahnya kala mengingat kalimat tersebut. Pernyataan cinta memang sering ia dapatkan, namun tidak ada kalimat yang sama seperti yang gadis ini katakan padanya. Dalam hatinya, ia hanya akan menganggap lelucon hal tersebut. Jarak usia yang jauh yang mereka miliki, selalu menjadi batasan untuk dirinya atas sikap yang ia berikan pada gadis ini.

Ia tentu tidak bisa mengelak kecantikan dan daya tarik yang dimiliki Azzalea. Baginya, sangat disayangkan jika gadis cantik seperti ini bersama pria tua sepertinya.

Lamunannya terbuyarkan saat gadis itu terusik akibat dering ponsel. Gadis itu mendapatkan panggilan dari Rose. Dua menit panggilan itu terjadi.

“Rose sudah kembali?”

Gadis itu mengangguk. “Maaf, Pak. Saya tadi ketiduran.”

“Tidak apa-apa. Saya yang seharusnya minta maaf karena ninggalin kamu gitu aja.”

Walau masih terlihat mengantuk, gadis itu berusaha menatap dirinya.

“Jam berapa Pak Dimas pergi?”

Benar. Sore ini ia harus kembali melakukan perjalanan ke luar kota demi pekerjaan, dan hanya bisa bertemu 3 hari kemudian dengan muridnya ini.

“Satu jam lagi.”

“Ah, kalau begitu saya pamit pulang dulu, Pak. Terimakasih atas makanannya.” ucap sang gadis seraya bangkit.

Ia mengantar keluar sang gadis.

“Sampai bertemu hari Kamis, Pak Dimas.” pamit sang gadis yang berjalan pergi seraya melambaikan tangan padanya.

“Sampai bertemu, Azza.” ucapnya dengan suara kecil yang takkan terdengar oleh gadis itu.

***

1
aca
pdkt nya kelamaan pak guru lambat
aca
pak guru gercep donk
aca
suka bgt alurnya
aca
lanjut donk
Kai Kia: besok Mimin update lagi ya.. kita usahakan setiap hari 2 chapter nih update nya
total 1 replies
setya21
kapan up nya
Kai Kia: segera yaa... Mimin lagi sibuk kuliah 🫂🫂
total 1 replies
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!