Ranum Nayra harus hidup menderita dengan sang ibu serta adiknya yang masih balita, setelah ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya yang baru dikenalnya.
Apakah Ranum akan tabah menerima setiap takdir yang sudah tertulis untuknya?
atau malah sebaliknya menyerah di tengah jalan?
Cus, di baca bastie supaya nggak penasaran😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
"Meskipun kita sudah sah menjadi suami istri, kamu tenang saja karena kita tidak akan pernah tidur sekamar," kata Al. Memecah keheningan di dalam mobil.
Ranum yang mendengar hal itu bernafas dengan lega, karena memang ini yang tadi Ranum mau tanyakan kepada Al akan tetapi laki-laki itu sudah terlebih dahulu berkata begitu.
"Apa kamu mengerti? Dan aku juga minta kepadamu bahwa kamu jangan berharap lebih padaku." Sambil terus menyetir Al beberapa kali menoleh ke samping hanya untuk memperhatikan wajah Ranum yang terlihat jauh berbeda setelah di dandani oleh Sonia tadi. "Aku juga sudah mengurus surat kepindahan sekolahmu ke sekolah yang dekat dengan apartemenku, supaya kamu bisa pulang dan pergi sendiri tanpa merepotkan aku, karena aku manusia yang terbilang sangat sibuk jadi aku tidak punya waktu untuk menjadi sopir pribadimu."
Ranum hanya bisa menjawab Al dengan cara mengangguk karena tidak bisa membantah apa yang telah dikatakan oleh Al.
"Satu lagi, di sekolah barumu nanti jangan sampai ada yang tahu kalau kita ini sudah menikah, karena aku tidak mau berita tentang pernikahan kita ini tersebar luas sebelum aku menyusun rencana selanjutnya." Al rupaya tidak main-main dengan rencana balas dendamnya kepada mantan istrinya dan juga ayahnya sendiri. "Jangan hanya mengangguk saja, apa kamu mendadak bisu karena hanya berduaan denganku seperti ini di dalam mobil?"
Ranum yang diam saja dari tadi akhirnya membuka suara ketika mendengar Al mengira dirinya mendadak bisu. "Bukan begitu Tuan, tapi saya cuma merasa agak sedikit canggung Tuan, karena kita belum lama saling mengenal tapi sekarang kita malah sudah sah saja menjadi pasangan suami istri," jawab Ranum menimpali Al.
"Tidaklah kamu memiliki niat sedikit saja bertanya tentang aku hanya untuk mengetahui siapa sebenarnya diriku ini?"
"Aku tahu, Anda itu pemilik perusahaan Ezza Fashion Tuan, karena aku dulu sering membaca koran tentang Anda. Jadi, tidak ada hal lain lagi yang perlu aku tanyakan kepada Anda." Terlihat jelas saat Ranum mengatakan itu tatapan matanya kosong. Sepertinya ada suatu hal yang mengganjal di hati Ranum saat ini.
"Baguslah, kalau kamu sudah tahu jadi aku tidak perlu repot-repot memberitahumu."
***
"Di sebelah kanan kamarku dan di sebelah kiri ini kamarmu, jadi kamu boleh melakukan apa saja di apartemen ini asal jangan merusak barang-barang yang ada di sini, apa kamu paham?"
"Aku paham Tuan, tapi … ."
"Tapi apa? Kalau ngomong itu yang jelas jangan setengah-setengah." Al tiba-tiba saja merasa kesal saat kalimat Ranum hanya sepotong.
Ranum langsung kesulitan menelan salivanya ketika melihat tatapan sinis Al. "Tapi … begini Tuan, aku tidak membawa baju ganti karena semuanya ketinggalan di rumah Ayah. Apa boleh aku pergi mengambilnya saja ke sana?" Dengan takut-takut Ranum bertanya kepada Al.
Al langsung membuka kamar yang akan menjadi kamar Ranum. "Di dalam kamar ini semua sudah lengkap, jadi tidak ada lagi yang perlu kamu cari. Semua kebutuhan dan keperluan kamu semua sudah lengkap." Al menunjuk dua lemari tempat pakaian Ranum berada. Ia juga menunjuk meja belajar lengkap dengan buku-buku dan juga alat tulis. "Semua sudah diatur oleh Bagas. Kamu cuma perlu menikmati kemewahan yang aku berikan ini." Al berjalan masuk ke dalam kamar yang akan ditempati Ranum. "Kalau kamu tidak suka warna kamar ini, kamu tinggal bilang saja nanti Bagas yang akan mengurusnya. Karena aku akan berusaha berlaku baik kepadamu karena aku tidak mau kamu menjadi semakin kurus karena tertekan olehku."
***
Keesokan paginya, Ranum gadis itu masih enggan untuk membuka mata, karena ia merasa sangat nyaman sekali tidur di atas kasur yang begitu empuk dan berukuran king size. Ditambah selimut tebal yang lembut seperti bulu kucing membuatnya masih betah berlama-lama di sana. Akan tetapi saat mengingat dirinya sekarang sudah bergelar menjadi seorang istri ia dengan gerakan cepat langsung bangun dari tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi.
"Meskipun pernikahan ini hanya karena janin ini saja, tapi aku harus melayani Tuan Al layaknya seorang istri melayani suaminya dengan cara menyiapkannya sarapan dan beres-beres di apartemen ini sebelum aku berangkat sekolah," kata Ranum sambil mencuci mukanya di wastafel. "Dulu Ibu juga pernah berkata, bahwa tidak ada pernikahan yang bisa dijadikan mainan." Ranum tiba-tiba saja tersenyum getir ketika mengingat semua perkataan ibunya dulu sewaktu ibunya masih hidup. "Ibu, apakah Ibu bisa melihatku dari atas sana? Kalau Ibu melihatku aku cuma mau mengatakan kalau putri Ibu yang nakal ini sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu juga." Ranum mendongak. "Ibu, aku juga mau mengatakan kalau Ayah telah tega memisahkan aku dengan Aish. Tapi Ibu tenang saja laki-laki yang menjadi ayah, anakku ini akan membantuku untuk mengambil Aish dari tangan Ayah." Kini terlihat bulir-bulir bening jatuh dan membasahi pipi Ranum. Sebenarnya gadis itu saat ini sangatlah rapuh akan tetapi ia terus berusaha untuk tetap menguatkan dirinya sendiri. "Berhenti menangis Ranum, lebih baik kamu hapus air mata ini dan setelah itu keluar dari kamar mandi karena dapur sedang menunggumu." Ranum berusaha menyemangati dirinya sendiri dan setelah mengatakan itu ia keluar dari dalam kamar mandi ingin segera menuju ke dapur untuk memasak sarapan buat Al.