Kesucian Untuk Tuan Adnan

Adnan sudah lebih dulu sampai di cafe itu, Eko sangat tepat waktu ketika sampai di cafe itu . Melihat komandannya sedang duduk dengan terus memutar benda kecil di atas meja itu.

"Saya tidak telat kan Dan ? " Tanya Eko membuka topi hitam yang ia kenakan itu.

Adnan bersidekap dan menyenderkan badannya. " Tidak. "

Laksda Adnan memanggil Eko karna ia tidak tahu mau bercerita pada siapa lagi selain Eko, karna Eko lah yang sangat tahu keadaan keluarganya.

"Kamu ingat dengan wanita yang waktu itu menyelamatkan kita dari kerumunan orang-orang di club malam itu ? " tanya Adnan menatap Eko tajam.

Eko memutar memori otaknya, " Ya ... Wanita itu anak dari Mami Yesi. "

"Yesi ... ? " Timpal Adnan.

Eko menganggukkan kepalanya yakin, " Iya Mami Yesi. Dia adalah salah satu wanita yang memegang club malam yang waktu itu saya tunjukan pada Anda. "

Adnan tak salah memilih Eko untuk ia jadikan rekan saat mencari Izza.

"Emang ada apa Dan ? " tanya Eko serius.

Adnan masih belum mau membicarakan semuanya pada Eko.

"Saya perlu bertemu dengan-nya. " jawab Adnan.

"Wanita itu memang sempat di gandrungi oleh kalangan laki-laki yang mengenal nya atau pun laki-laki yang sudah melihatnya. " tutur Eko memuji kecantikan Izza walau tidak secara langsung.

"Betul, karna memang dia bukan wanita biasa pada umumnya. " ucap kecil Adnan terdengar samar.

Eko mengeratkan pendengarannya, " Anda berbicara Dan ? "

"Tidak. " kilah Adnan.

Adnan da Eko pun kini bergegas mendatangi setiap club malam di setiap sudut kota. Namun saat mereka mendapatkan kabar jika Mamih Yesi sudah tak terlihat beberapa bulan ke belakang.

Harapan di malam itu pupus sudah, bukan saja keadaan Izza yang tidak di temukan keadaan Ibunya pun tidak bisa di temukan.

"Kita cari besok lagi Dan, hari sudah hampir larut malam. " tutur Eko baru melihat wajah komandannya itu sangat putus asa.

Adnan pun menuruti perkataan Eko, karna sungguh ia tidak bisa berpikir lebih banyak lagi saat itu.

Ke esokan harinya di tempat lain Izza terus merakan hal aneh pada dirinya, Izza berusaha melawan dan tidak mau manja namun tetap saja masa-masa ngidamnya itu sangat membuatnya bingung harus apa dan mau apa.

Hari itu Izza sudah boleh pulang dari rumah sakit, dengan wajah masih pucat Izza di bantu Yesi menuju mobilnya dengan kursi roda yang di dorong oleh petugas rumah sakit.

Sesampainya di dalam mobil, Yesi menatap wajah Izza yang sedang meringkukkan tubuhnya di kursi mobil itu dengan jaket tebal yang menghangatkan tubuhnya.

Hari pun berlalu Izza menikmati masa itu dengan senang hati, Izza sudah terbiasa dengan rasa yang ada dalam dirinya.

Saat usia kandungannya sudah menginjak tiga bulan, Izza pun sangat bersemangat saat dirinya harus segera memeriksakan kandungannya.

"Cucu Ibu sudah makin terlihat ya Nak. " gumam Yesi bahagia mengelus perut Izza.

Izza tersenyum, " Iya Bu. Sebentar lagi bakalan ada yang nendang-nendang perut Izza Bu. "

Yesi pun tersenyum. Yesi merasa kehidupannya jauh lebih baik sekarang.

Saat sampai di rumah sakit di pusat kota, Izza berjalan dengan langkah santai di temani oleh ibunya.

Izza duduk di antara deretan pasien yang hendak memeriksa kandungan sama halnya dengan Izza. Karna Yesi merasa antriannya masih cukup lama Yesi hendak membeli sesuatu dulu di kantin rumah sakit itu.

Tampilan Yesi saat itu jauh dari kesan wanita panggilan atau wanita penghibur, pakaian yang di kenakan Ibu dari Izza itu sangat tertutup.

"Loh itu kan ? " gumam Eko yang saat itu ijin dari tugasnya untuk mengantar Ibunya berobat di rumah sakit yang sama.

Eko segera mengambil ponsel yang ada di saku celananya, memberikan info yang baru saja dia lihat pada Adnan. Namun sayang Adnan saat itu tidak bisa meninggalkan tugasnya.

Adnan memerintahkan Eko untuk terus mengikuti Mami Yesi, terkejut lah Eko saat melihat Mamih Yesi duduk di antara wanita yang sedang mengantri di sebuah lorong menuju ruang pemeriksaan kehamilan.

"Siapa yang hamil ? " batin Eko.

Eko hanya memberitahukan apa yang dia lihat pada Adnan, selebihnya Eko meminta maaf pada Adnan karna ia pun mempunyai tanggung jawab ada Ibunya.

Adnan tidak bisa memaksakan kemauannya pada Eko, sehingga Adnan hanya mendapatkan informasi sampai di ruangan kehamilan itu saja.

"Apa mungkin Ibu Izza hamil ? " ucap kecil Adnan.

Mungkin setelah selesai dari tugasnya Adnan akan mencari informasi di rumah sakit itu.

Ke esokan harinya Adnan menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit itu, dengan penuh keyakinan dia akan mendapatkan informasi di hari itu juga.

"Maaf Pak kemarin tidak ada pasien atas nama Yesi. " Jawab wanita yang bertugas di bagian pendaftaran itu.

Dengan ragu Adnan menyebutkan nama Izza.

"Pasien atas nama Nyonya Izza dan Suami Tuan Adnan ada Pak. " tutur wanita itu.

Terkejut Adnan, seluruh tubuhnya terasa lemas seketika. Kala namanya di sandingkan dengan nama Izza sebagai suaminya.

"Izza hamil ? " pekik Adnan merasa haru dan tak percaya.

Namun sayang Izza menuliskan alamat rumah yang Adnan sudah tahu alamat itu dimana, sementara rumah itu sudah lama kosong.

Adnan yang notabennya seorang prajurit yang tangguh, kini ketangguhan dia seketika rubuh karna rasa lemas dan tak percaya dalam tubuhnya.

Rasanya ia tak sanggup untuk berdiri, Adnan semakin gencar mencari Izza terlebih saat dia tahu Izza sedang mengandung anaknya.