Namaku Mentari Intania Putri. Seorang anak yang tumbuh di sebuah kampung kecil yang bernama Kampung Karet. Kehidupanku tidak seindah anak-anak lain. Hidup yang sederhana dengan didikan keras oleh kedua orang tuaku. Hidup dengan banyak orang di rumah.
Dengan backround pendidikanku yang hanya tamatan SMA aku mulai bekerja di usiaku yang baru menginjak 17 tahun. Mulai hidup mandiri di usia yang sangat muda.
Seperti wanita lain di luar sana aku juga memiliki kisah cinta yang menarik. Yang menyedihkan dan menegangkan. Aku juga merasakan yang namanya cinta pertama, aku juga merasakan yang namanya patah hati. Aku juga merasakan dicintai dan mencintai.
Hingga akhirnya takdir membawaku pada pernikahan di usia muda, aku menikah di usiaku yang belum genap 20 tahun. Aku yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Aku yang berusaha menjadi wanita yang sempurna untuk suamiku. Aku juga menjadi seorang ibu, ibu muda yang harus berjuang dengan untuk membuat hidupnya sempurna dimata semua orang.
Takdir yang terus mempermainkanku dari masa kecil hingga dewasa. Aku tidak tahu dimana letak kesalahanku, aku bahkan tidak menyadari hal buruk apa yang telah aku lakukan sampai aku merasa takdirku adalah hukuman, akankah aku mendapatkan kebahagiaan yang aku dambakan. Inilah ceritaku ......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Ingin masuk universitas
Setidaknya kamu memiliki dukungan dari orang terdekat untuk mewujudkan impianmu.
-Takdir Mentari-
...****************...
Sudah hampir sebulan Mentari tidak mendengar kabar dari Bumi. Mentari juga memutuskan untuk tidak mengirim SMS duluan ke Bumi. Dia takut mengganggu Bumi, dan malah menjadi menimbulkan masalah. Mentari fokus dengan sekolahnya, berangkat pagi dan pulang sore hari. Ada kelas tambahan untuk anak-anak kelas XII menjelang ujian.
Teman-temannya sudah pulang jam 1 siang dan balik lagi ke sekolah jam 3 sore. Pelajaran tambahan dimulai jam 3 sore sampai jam 5 sore. Untuk menghemat biaya angkot Mentari memutuskan untuk tetap di sekolah, dan dia membawa bekal makan siang. Jadi dia bisa beristirahat di kelas selama 2 jam. Mentari tidak sendiri ada juga beberapa temannya yang rumahnya agak jauh memutuskan untuk tetap di sekolah. Tetapi mereka biasanya makan siang di kantin, tentunya ada uang saku tambahan dari orang tua mereka.
Mentari tidak masalah akan hal itu, dia bisa saja mengisi waktunya dengan menulis di buku diarynya. Atau membaca-baca lagi materi soal-soal ujian. Jika ada teman mengobrol Mentari juga memanfaatkan waktu mengobrol dengan teman-temannya. Walaupun dikenal pendiam tapi kalau dengan teman yang cocok Mentari cukup banyak bicara.
Apalagi setelah dia terpilih menjadi OSIS dan aktif di mading sekolah, Mentari menjadi lebih berani mengobrol dengan teman-temannya. Walaupun dia hanya bisa bergaul dalam kegiatan sekolah saja. Jika ada pelajaran kelompok Mentari selalu memilih untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat kerja kelompok. Mentari agak susah keluar rumah, selain tidak punya motor, terlalu banyak yang harus dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Kadang kalau ada kegiatan sekolah, Mentari selalu mencari teman yang bisa menjemputnya dulu, barulah dia setuju untuk ikut acara-acara di luar sekolah.
Karena itulah julukan kuper (kurang pergaulan) dan cupu sangat melekat di diri Mentari. Dia bahkan tidak bisa mendandani dirinya, rambutnya tidak boleh dipotong, Pak Dana akan sangat marah kalau Mentari memiliki niat potong rambut. Hanya boleh dipotong ujung-ujungnya saja. Gadis Bali tidak ada yang boleh berambut pendek.
Pelajaran tambahan di sekolah sudah selesai. Hari ini juga pulangnya agak sore karena ada presentasi dari salah satu universitas di Denpasar. Untuk mencari calon calon siswa yang mau melanjutkan ke tingkat universitas.
Mentari hanya terpukau mendengar presentasi dari universitas terkenal itu. Ingin rasanya dia menjadi bagian dari sekolah ternama itu. Menjadi seorang mahasiswa dan mendapat gelar sarjana.
"Stop bermimpi Tari" Mentari memukul pipinya yang sepertinya terbuai dengan cerita alumni dari universitas itu. Mereka bisa bekerja di tempat yang bagus, mendapat gaji yang besar. "Betapa senangnya bisa kuliah" ucap batin Mentari.
...****************...
Mentari berjalan kaki menuju rumahnya. Masih dengan brosur yang dia bawa dari sekolah. Brosur dari kampus ternama itu, dia ingin menunjukkan ke orang tuanya. Walaupun Mentari sudah tau jawabannya, setidaknya dia ingin mencoba. Ada program beasiswa juga Mentari sudah ikut mendaftar. Siapa tau nanti lolos menerima beasiswa. Bukankah itu tidak akan memberatkan mereka?" Pikir Mentari.
Gadis kurus itu berlenggak lenggok berjalan di tepi. Sambil trus membolak balikkan brosur. Tidak terasa dia sudah sampai di rumah.
Ada motor yang tidak asing terparkir di halaman rumah Mentari. Motor matic biru yang pemiliknya menghilang sebulan ini.
"Ada kak Bumi" hati Mentari berbisik bahagia.
Akhirnya kamu datang
Aku merindukanmu kak
Mentari 2006
