Paman, I Love You!

Bastian yang tak sabar untuk memastikan apakah benar Nabila sedang hamil, mengajak istrinya itu untuk periksa kandungan. Dia dengan semangat membangunkan istrinya.

"Sayang, bangunlah! Kita ada janji dengan dokter kandungan pagi ini," ucap Bastian dengan mengecup kedua pipi sang istri berulang kali hingga dia membuka mata.

"Kemana, Mas? Aku masih mengantuk. Nanti saja, baru aku tidur," jawab Nabila dengan suara pelan karena masih mengantuk.

Sehabis salat subuh tadi, Nabila tidur kembali. Dia merasa lelah dan malas. Biasanya dia langsung ke dapur, memasak sarapan.

"Jam delapan kita janji dengan dokter kandungan. Sekarang sudah jam tujuh. Mandi lagi, ya? Atau aku mandikan?" tanya Bastian.

Nabila membuka matanya dengan lebar mendengar ucapan sang suami. Dia tak mau lagi mandi bareng sang suami. Pasti bisa di tebak kegiatan yang mereka lakukan jika berdua di kamar mandi.

Nabila lalu duduk bersandar dengan kepala ranjang. Dia memandangi suaminya dengan mata yang masih enggan membuka lebar. Membuat Bastian menjadi gemas.

"Aku mandi sendiri aja, Mas! Nanti kita bisa telat jika mandi bareng," jawab Nabila dengan cemberut.

Bastian tertawa melihat ekspresi wajah sang istri. Dia ingat Nabila jadi lemas setelah mereka mandi bareng karena suaminya mengerjai istrinya dengan bermain kudaan di kamar mandi.

Nabila lalu bangun dan masuk ke kamar mandi segera dan menguncinya sebelum Bastian menyusul masuk ke kamar mandi. Dia sedang malas dan merasa sangat lelah.

Setelah mereka selesai mandi dan berpakaian rapi, Bastian langsung menuju rumah sakit. Dia tak sabar ingin mengetahui kebenaran tentang kehamilan istrinya.

Sebelum ke rumah sakit, mereka sarapan terlebih dahulu. Selesai sarapan, Bastian yang sudah membuat janji langsung masuk ke ruang kerja Dokter. Bastian dan Nabila menyalami Dokter untuk berkenalan, sebelum duduk di kursi yang berada di hadapan Dokter tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu Pak Bastian?" tanya Dokter.

"Sayang, jelaskan dong. Aku nggak ngerti," ucap Bastian. Dokter tersenyum mendengar ucapannya.

"Begini, Dokter. Saya udah telat datang bulan sekitar satu minggu. Kemarin saya udah menggunakan tespek. Dan hasilnya positif. Saya dan suami saat ini ingin memastikan, apakah saya benar hamil." Nabila mencoba menjelaskan.

"Penggunaan alat tes kehamilan ini mempunyai keakuratan sebesar 99%. Namun, hasil test pack yang tidak akurat mungkin saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh waktu penggunaan atau cara menggunakan test pack yang tidak tepat. Untuk memastikan kembali, kita lakukan USG saja. Ibu bisa baring di tempat tidur itu."

"Baik, Dok," jawab Nabila.

Bastian membantu Nabila berbaring di ranjang pasien. Perawat juga membantu wanita itu. Setelah melakukan USG dan pemeriksaan lainnya Dokter meminta Nabila kembali duduk.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Bastian. Sepertinya dia tak sabar ingin tahu hasilnya. Maklum saja, usia Bastian saat ini tidak bisa dibilang muda lagi. Sudah mendekati kepala empat.

"Selamat, Bapak dan Ibu akan menjadi orang tua. Istri anda positif hamil," ucap Dokter dengan tersenyum.

"Alhamdulillah," ujar Nabila dan Bastian serempak. Pria itu tanpa malu mengecup kedua pipi istrinya sebagai tanda ucapan terima kasihnya. Sang istri menjadi malu dan menolak secara halus, wajah pria itu agar menjauh.

Bastian tersenyum melihat tingkah Nabila yang malu-malu. Begitu juga dengan dokter itu.

"Berapa usia kehamilan istri saya, Dokter?" tanya Bastian.

"Saat ini usia kehamilan istri Pak Bastian telah memasuki minggu ke lima," jawab Dokter itu.

"Lima minggu?" tanya Nabila dan Bastian dengan serempak lagi.

"Iya, lima minggu."

"Tapi saya baru satu minggu telat datang bulannya, Dok!" ucap Nabila.

Nabila merasa kehamilannya begitu cepat. Mereka baru menikah dua bulan, dan dia baru satu minggu telat datang bulan.

"Kapan hari terakhir Ibu Nabila haid?" tanya Dokter.

"Bulan lalu, awal bulannya, Dok," jawab Nabila. Bastian hanya menyimak apa yang ditanyakan dokter dan mendengar apa jawaban sang istri dengan seksama.

"Bapak, Ibu, Usia kehamilan ibu sudah dimulai sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) ibu. Nah nantinya, hari perkiraan lahir (HPL) akan dihitung dari usia kehamilan ibu tersebut. Jadi, meskipun saat HPHT, janin belum terbentuk karena pembuahan belum terjadi, minggu tersebut tetap dihitung sebagai usia kehamilan minggu pertama," jelas dokter.

"Apa yang akan dialami dan dirasakan jika ibu hamil, Dok?" tanya Bastian. "Apa ada pantangan makanan?"

"Biasanya sang ibu akan mengalami mual. Selain mual, ibu hamil biasanya juga menjadi lebih cepat lelah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan hormon progesteron yang dapat memicu rasa kantuk dan kelelahan meski tidak melakukan aktivitas berlebihan. Semua makanan sehat boleh di santap. Pantangan ibu hamil yang perlu dihindari hanyalah konsumsi makanan mentah atau belum matang sempurna, terutama telur, daging, ikan, dan sayuran mentah," jawab Dokter.

"Baiklah, Dok.Tapi kenapa saya yang merasakan semua ciri-ciri itu. Istri saya tak mengalaminya. Betul'kan, Sayang?" tanya Bastian. Nabila menganggukan kepala sebagai jawaban. Pria itu lalu mengatakan semua yang dia rasakan.

"Berarti Pak Bastian sedang mengalami hamil simpatik," jawab Dokter.

"Apa itu hamil simpatik, Dok?" tanya Bastian dengan dahi berkedut.

"Kehamilan simpatik adalah kondisi dimana sang suami mengalami ngidam saat istrinya hamil, biasa ini disebut sebagai Kehamilan Simpatik atau Couvade Syndrome. Menurut sebuah penelitian, kondisi ini dialami oleh 20-80% pria di dunia dan mengalaminya pada masa trimester pertama dan ketiga kehamilan," jawab Dokter itu.

"Selain itu, kehamilan simpatik juga bisa dipicu oleh ikatan hubungan yang sangat kuat antara suami dan istri. Ikatan yang kuat ini dapat membuat suami ikut merasakan gejala kehamilan yang dirasakan oleh istrinya," ucap Dokter selanjutnya.

"Apa itu tak berbahaya, Dok?" tanya Nabila. Dia kuatir melihat Bastian kemarin yang sangat lemah.

"Tak berbahaya. Gejalanya akan berkurang seiring waktu kehamilan sang istri." Bastian dan Nabila mendengarkan semua penjelasan dari dokter dengan seksama. Maklum, ini hal pertama bagi keduanya.

Setelah cukup lama berkonsultasi, keduanya pamit. Lalu dokter memberikan resep berupa vitamin. Senyum merekah terus terukir dari bibir Bastian.

Saat mereka keluar dari ruangan dokter, mereka terkejut saat melihat Mega ada di antara pasien yang sedang menunggu panggilan dokter. Keduanya berjalan mendekati Mega.

Mega belum menyadari kehadiran Bastian dan Nabila, dia masih sibuk dengan ponselnya. Sepertinya sedang bicara dengan seseorang.

"Kamu harus bertanggung jawab. Aku tak mau hamil di luar nikah lagi. Aku malu. Jika kamu tak menikahiku, aku akan bunuh diri. Aku tak sanggup jika harus di pandang hina lagi!" ucap Mega.

Mega lalu menutup sambungan teleponnya. Sepertinya dia memang sedang banyak pikiran. Terlihat dari wajahnya yang sangat tegang.

"Apa kabar, Mega?" tanya Bastian. Sapaan Bastian membuat Mega terkejut. Dia tampak syok melihat kedua orang itu.

...----------------...