Seorang model cantik menjadi incaran 2 pria tampan yang terobsesi ingin memilikinya namun cara mencintai kedua pria tersebut membuat Azzura gadis cantik itu tidak nyaman dalam kehidupannya. Siapakah yang akan di pilih oleh Azzura?
🌸🌸🌸
Nantikan kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Azzura menatapnya sendu dan mengingat semua kebahagiaan yang dia rasakan dengan Aidan.
Bahkan rasanya Azzura merasa aman dan di berikan perlindungan layaknya oleh pria sejati yang sangat mencintainya namun pria itu mempunyai pemikiran yang berbeda dari orang normal lainnya meskipun demi kebaikannya.
"Aku harus jawab apa?" benak Azzura.
Aidan kini membaringkan kepalanya di atas pangkuan Azzura dengan terus menggenggam tangannya seolah takut di tinggalkan.
"Kenapa kamu sekarang bertingkah seperti anak kecil yang manja Aidan?" gumam Azzura.
Perasaannya yang masih mempunyai cinta terhadap Aidan meskipun bercampur dengan kekecewaan membuat Azzura tidak sadar mengelus kepala Aidan.
"Makasih karena sudah membiarkan aku berada di pangkuan mu sayang bahkan kamu mengelus kepalaku" ucap Aidan dengan tersenyum senang.
"Ah, maaf! aku gak sadar melakukannya" Azzura langsung melepaskan tangannya.
"Gak apa-apa, lakukan saja sebanyak yang kamu mau sayang"
"Hmph!"
Saat ini Azzura mencoba untuk tenang dan sedikit memahami sikap Aidan yang berniat menjaga dirinya meski dengan cara yang salah.
"Aidan, apa aku boleh pulang?" pinta Azzura.
"Kenapa sayang? bukannya sama saja, nantinya rumah ini juga rumahmu. Anggap saja kita sedang berlatih menjadi sepasang suami istri" Aidan menolaknya dengan cara yang halus.
"Hah?! maksudnya gimana Aidan? aku butuh waktu untuk sendiri dulu, tolong ijinkan aku pulang" pintanya kembali.
"Untuk malam ini, nginap saja ya sayang. Besok, aku antar kamu pulang tapi tolong jangan tinggalkan aku apalagi minta putus dariku" ucap Aidan sambil mengelus tangan Azzura.
"Yasudah tapi janji besok antar aku pulang" Azzura bersikap tenang agar Aidan tidak curiga.
"Terimakasih sayang, tidurlah. Sebenarnya aku mau tidur di kamar yang sama tapi aku takut akan terjadi hal yang belum boleh kita lakukan" Aidan beranjak dari pangkuan Azzura.
Meskipun Aidan mempunyai sifat obsesif namun dia tidak ingin memperlakukan Azzura dengan lebih dalam apalagi menyentuh tubuhnya demi kesenangan sesaat.
Aidan menahannya dengan cukup bersabar meskipun tidak semudah yang di pikirkan.
"Aku keluar dulu ya sayangku, selamat malam dan mimpi indah. Cup" Aidan mencium kening Azzura.
Ucapan yang tulus itu membuat Azzura berdebar, rasa takut dan amarah yang muncul kini mencair dengan sikap Aidan yang memperlakukannya dengan baik.
"Sangat di sayangkan, kenapa orang seperti Aidan justru punya sisi lain yang gak bisa ku terima padahal dia orang baik dan terlihat tulus. Haah.. apa yang harus ku lakukan? apa aku harus memberinya kesempatan atau tetap dengan pendirian ku?" dalam benaknya Azzura sangat kebingungan.
Selepas Aidan keluar dari kamar rasanya menjadi hampa.
Ruangan yang besar dan luas itu terasa dingin dan menakutkan.
Azzura melihat ke sekitar kamar yang terlihat semakin gelap dari pandangannya.
Trauma yang di rasakan kini menjadi semakin menjeratnya.
"Aidan" panggilnya dengan suara yang kencang.
Meskipun sumber traumanya adalah Aidan namun anehnya Azzura sangat membutuhkan Aidan untuk berada di dekatnya.
"Aidan!!" panggilnya kembali.
Saat itu Aidan sedang berada di ruang keluarga yang tak jauh dari kamar yang di tempati oleh Azzura.
Glug.. glug.. glug..
Minuman dingin itu mengalir ke tenggorokannya setelah merasakan kehausan yang tak berujung.
"Lho? bukannya itu suara Azzura?" Aidan mendengar suara Azzura yang memanggilnya.
Dia pun berlari menuju ke kamar Azzura karena sangat khawatir.
Ceklek! pintu kamar itu di buka dengan cepat.
"Sayang.. kenapa?" tanya Aidan sangat panik.
Azzura tampak kacau dengan menutup wajahnya dengan air mata yang mengalir.
Aidan langsung menghampiri Azzura lalu memeluknya.
"Sayang, kamu kenapa?" sambungnya kembali.
"Hiks.. aku takut Aidan" jawab Azzura dengan suara yang lirih.
Dia bahkan menggigit bibirnya karena rasa takutnya.
"Sstt! jangan di gigit sayang nanti luka" Aidan mengatakannya sambil mengusap sedikit darah di bibir Azzura.
"Ada aku disini, jangan takut" Aidan mengusap kepalanya dengan perlahan.
Berada dalam pelukan Aidan menjadikannya merasa nyaman.
Tangisan yang terisak-isak perlahan menghilang digantikan dengan segukkan nafas yang tak biasa.
"Tenang ya sayang, aku gak akan kemana-mana. Tidurlah jika semua ini membuatmu lelah"
Tanpa menjawabnya Azzura bersandar ke dada Aidan yang kokoh itu.
Hingga tanpa sadar tertidur dalam pelukan hangat dari Aidan.
"Sebenarnya kamu kenapa Azzura?" gumam Aidan.
saat ini Aidan tidak bisa meninggalkan Azzura sendirian di dalam kamar itu.
Dia merebahkan Azzura di kasur setelah itu ia berbaring di sampingnya sambil menggenggam tangannya serta membelai wajahnya.
Jarinya menyibak rambut yang menutupi matanya lalu di elusnya kepalanya dengan perlahan.
Tatapan matanya lekat-lekat menatap Azzura yang mengerutkan keningnya meski dalam kondisi tertidur.
"Tidur yang nyenyak sayang, aku ada disini" Aidan menyentuh pipi Azzura dengan punggung tangannya hingga Azzura berhenti mengernyit.
Semalaman Aidan menjaga Azzura yang ketakutan itu.
Dia merasakan penyesalan yang hebat atas perilakunya yang telah menyisakan luka bagi Azzura.
Hingga tak sadar akhirnya dia pun tidur di sampingnya dengan tetap menggenggam tangannya.
Di sisi lain, Zian sedang merasa gelisah karena semenjak mengetahui bahwa Aidan selalu membuntuti Azzura, dia menjadi lebih waspada.
Dalam benaknya takut akan terjadi hal yang tidak di inginkan, bukan berarti dia ingin merebut paksa Azzura untuk bersamanya kembali.
Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..
Tiba-tiba handphonenya bergetar.
Zian masuk ke dalam saku celananya untuk mengambil handphonenya.
Setelah melihat siapa yang menghubunginya akhirnya dia mengangkat teleponnya.
"Halo"
"Pak Zian, saya mau melaporkan bahwa saat ini Azzura sedang di bawa dengan paksa ke rumah Aidan" kata penelpon tersebut.
"Apa?!" Zian sangat panik mendengarnya.
"Cari cara untuk mengeluarkan Azzura dari sana, aku kesana sekarang"
Zian meminta seseorang untuk mengawasi Azzura hingga akhirnya tahu posisi Azzura saat ini.
Dia bergegas ke rumah Aidan untuk mencari cara membawa kembali Azzura.
Dia sangat takut akan terjadi hal yang buruk pada Azzura yang sangat di cintainya.
"Sial*n, beraninya dia berbuat seperti itu" gumam Zian.
Zian mengambil kunci mobilnya lalu mengendarainya sendiri ke dekat tempat tinggal Aidan.
Orang suruhannya pun telah mengerahkan beberapa orang untuk menyelamatkan Azzura.
"Pak Zian, saya sudah membawa orang ke sekitar rumah Aidan" ucapnya di telepon.
"Ya, tunggu perintah selanjutnya. Sementara kalian pantau tempat itu" kata Zian.
"Baik Pak"
Tanpa pikir panjang, Zian mengebut dengan paniknya memikirkan Azzura.
Sementara Zian panik justru Azzura sedang dalam kondisi baik-baik saja dan tertidur pulas.
Meskipun Zian sudah berbuat sejauh itu namun dia tetap memikirkan banyak hal yang mungkin akan membuat Azzura masih kecewa dengannya jika dia salah langkah.
"Aku benar-benar bingung" benak Zian.
Dia berharap Azzura tidak dalam kondisi yang berbahaya dan tetap baik-baik saja.