Terjebak Obsesi Dua Cogan
Malam itu seorang gadis cantik dengan mata yang indah serta bulu mata yang lentik dan hidung yang mancung dan juga memiliki bibir yang tebal dengan rambut yang panjang sekitar sebahu serta tubuh yang tinggi dan langsing khas model pada umumnya, sedang berdiri keluar dari tempat pemotretan yang jauh dari keramaian.
Suasana disana tampak sepi karena semua orang sudah pulang kerumah masing-masing sedangkan gadis bernama Azzura Shaqueena masih menunggu supir pribadinya yang sedang menuju ke tempat itu untuk menjemputnya.
"Kenapa lama banget sih? huh! merinding" ucap Azzura melihat ke sekitar gang di depan tempat ia berdiri.
Dia terus memandangi handphonenya dan masih menunggu kedatangan supirnya dengan cemas.
Pandangannya tak pernah lepas dari arah depan dan juga sekitarnya karena rasa takut yang menerpanya.
"Astaga! rasanya seperti ada yang sedang lihatin aku.. hmph! kemana sih Pak Tio? suruh nunggu malah pergi" gumam Azzura semakin takut.
Di samping rasa takutnya yang semakin besar, Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya lalu membuka kaca mobilnya.
"Azzura" panggil pria itu dengan senyum manis di wajahnya yang tampan.
Melihat pria itu, Azzura hanya mengabaikannya dengan diam karena ketakutan.
"Aku antar pulang ya?" pinta pria itu dengan sopan.
"Gak! kenapa datang lagi sekarang? apa gak capek?" jawab Azzura dengan ketus.
Pria tampan itu hanya tersenyum mendengar jawaban dari Azzura lalu keluar dari mobilnya dan berdiri tepat di depan Azzura.
Grep!
"Kyaa!!" teriak Azzura terkejut di angkat tubuhnya oleh pria itu.
"Lepasin!!" pekik Azzura sangat takut berada di atas pundak pria yang membopongnya.
Tanpa menghiraukan ucapan Azzura, pria itu membawanya hingga masuk ke dalam mobilnya.
"Zian.. lepasin!!" teriaknya lagi tak di hiraukan.
Zian Narendra nama pria berwajah tampan itu dengan tinggi sekitar 187cm dan tubuh yang ideal serta memiliki mata yang sipit, hidung yang tidak terlalu besar dan mancung dengan proporsi wajah yang pas nyaris sempurna di padukan dengan rambut hitam yang tertata sedemikian rupa.
"Sstt! diam Azzura" ucap Zian sambil menyentuh bibir Azzura dengan jari telunjuknya.
Azzura langsung terdiam melihat sorot mata tajam yang Zian perlihatkan.
Dia merasakan ketakutan yang begitu besar hingga badannya gemetar dan mata yang berkaca-kaca.
Tubuh kecilnya yang ramping itu seolah mendapatkan tekanan hanya dengan sepatah kata dan gestur tubuh dari Zian yang menatapnya.
Zian menurunkan Azzura dengan perlahan lalu memasangkan seatbelt dengan cepat agar Azzura tidak bisa lari darinya.
"Zian.. apa lagi yang mau kamu lakukan?" Benak Azzura.
Azzura menutup matanya karena mengira Zian akan menciumnya atau mungkin melukainya namun ternyata tidak terjadi seperti yang dia pikirkan.
"Duduk yang tenang ya,sayang?" ucap Zian kembali membuat Azzura merinding.
"Zian! tolong biarin gue turun" pinta Azzura sambil mencoba membuka pintu mobil namun terkunci.
"Hmph! Azzura sayangku! aku mau antar pulang aja kok" jawab Zian dengan santainya dan tersenyum sambil meliriknya.
Setiap kali mata mereka bertemu, Azzura merasa merinding karena dibalik tatapan dan senyuman dari Zian selalu penuh maksud.
Kali ini Azzura bersikap tenang seolah dia tidak merasa terancam meskipun tubuhnya masih gemetar duduk di samping Zian di dalam mobil.
Azzura berniat mengirimkan pesan dengan mengambil handphonenya namun dengan sigap Zian merebutnya.
"Siapa yang mau kamu hubungi Zura?!" ucapnya merasa kesal.
"Bu.. bukan urusanmu! cepat berikan!" pintanya dengan kesal.
"Lebih baik kamu diam sebelum aku yang membuatmu diam!" pekik Zian sambil meraih tangan Azzura lalu menariknya.
"Akh! sakit Zian" ucapnya merasa kesakitan.
Zian menggenggam pergelangan tangan Azzura cukup kuat hingga Azzura merasakan kesakitan lalu akhirnya Azzura pun terdiam karena merasa takut jika Zian berbuat nekat kepadanya.
"Akhirnya kamu diam juga Zura" kata Zian tersenyum sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Eum.. sakit" ucap Azzura menyentuh pergelangan tangannya yang merah.
Meski dalam kondisi terdesak Azzura masih berfikir tentang caranya untuk bisa kabur dari Zian namun dia masih belum berani melakukannya karena bisa saja Zian menjadi geram karenanya.
Mobil yang mereka naiki berjalan dengan cepat. Zian mengebut hingga Azzura semakin takut karena arah mobil itu berjalan berlawanan dari arah rumahnya.
"Zi.. Zian kita mau kemana?" tanya Azzura merasa takut.
"Kerumah kita sayang" jawabnya dengan santainya.
"Apa maksudnya rumah kita? jangan-jangan..? dia mau bawa aku ke tempat itu" benak Azzura.
Jantung Azzura berdegup kencang karena panik jika dia harus dibawa ke tempat Zian yang di maksudnya.
"Zian.. aku mau ke toilet" ucap Azzura mencari celah.
"Tahan ya sayang.. sebentar lagi kita sampai kok" jawabnya menyeringai.
"Tapi aku udah gak tahan. Bisa turun sebentar di depan sana!" kata Azzura dengan gemetarnya.
"Haha.. baiklah!" jawab Zian dengan tertawa.
Zian meminggirkan mobilnya di jalan yang sepi namun terdapat toilet umum di sana.
Kemudian Zian membantu membuka pintu mobilnya agar Azzura turun dengan nyaman.
Azzura pun turun dengan ragu namun dia bersikap tenang lalu berjalan dengan cepat ke toilet dengan sesekali menoleh kebelakang memperhatikan Zian yang sedang bersandar di mobilnya sambil merokok dan memperhatikan Azzura dengan tersenyum saat Azzura melihat ke arahnya.
"Caramu kuno banget, Azzura! ha.. haha" ucap Zian sambil tertawa memperhatikan Azzura yang ketakutan.
Dengan cepat Azzura masuk ke toilet itu dengan memikirkan cara untuk kabur dari Zian.
"Huh! berfikir lah dengan tenang Zura" gumamnya sambil mondar-mandir dalam toilet yang sepi.
Sesekali Azzura mengintip dari balik lubang pintu untuk melihat Zian yang lengah mengawasinya namun anehnya Zian seperti tahu Azzura sedang memperhatikannya seolah sedang menatapnya.
"Hmm.." Zian tersenyum menatap ke arah pintu yang terdapat Azzura sedang memperhatikannya.
"Hah?! apa itu? kenapa Zian seperti lihat kesini?" ucapnya merasa semakin takut.
Azzura cukup lama berada di toilet itu hingga membuat Zian menjadi tidak sabar menemuinya.
Tok..Tok..
"Zura.. apa masih lama?" ucap Zian di depan pintu toilet itu.
"Aku tahu kamu sedang bermain petak umpet kan? haha.. keluarlah sayang" sambungnya dengan tertawa.
Mendengar tawa Zian dengan paniknya Azzura langsung mengambil alat pel yang ada di sudut toilet itu.
"Zura! jawab! kalau diam, aku dobrak pintunya.. Aku hitung dari...1..2.." pekiknya bersiap mendobrak pintu.
"3..." Lalu di hitungan ketiga Zian benar-benar mendobraknya.
Brak!
"Kyaa!" Teriak Azzura dengan pintarnya bersembunyi di samping pintu memukul Zian dengan alat pel itu lalu berlari terbirit-birit.
"Akh!" Zian merasa sedikit sakit akibat pukulan keras dari Azzura.
Drap.. Drap.. Drap..
Azzura berlari namun anehnya Zian tertawa dan membiarkannya saja.
"Haha.. kamu gak bakal bisa lari Azzura" ucapnya berjalan dengan cepat lalu berlari mengejarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments