Irie Bliss, seorang wanita ceria yang terlilit hutang karena kelakuan ibu dan mantan pacarnya. Dia terpaksa mengikuti sebuah audisi menyanyi dan berharap bisa memenangkan juara 1 yang biasanya berhadiah uang tunai 10 JT dan 1unit mobil yang akan dia jual jika menang. Namun, audisi yang Irie ikuti rupanya audisi mencari menantu yang diadakan oleh seorang wanita tua, dan malangnya lagi, Irie memenangkan hati wanita tua tersebut sehingga dia dipaksa menikahi anaknya yang seorang duda kaya raya bernama Arky Vernandez, sesuai janji.
~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°
✨ MOHON DUKUNGANNYA ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Married Via Audition : BAB 34
BUJUKAN UNTUK ALINA
Sebelum matahari terbit, Irie segera bangun dari tidurnya, kali ini dia tidak akan tinggal diam dan dia tidak ingin dihukum lagi membersihkan Mansion sebesar rumah Vernandez.
“Baik Irie, ini saatnya kamu bersikap tegas.” Wanita itu tersenyum penuh percaya diri. Dia menoleh sejenak ke arah Arky yang masih tidur nyenyak di atas kasur, oh— pria itu terlihat sangat tampan saat tenang.
Irie menggeleng cepat lalu segera keluar dari sana seraya membawa kunci kecil di sakunya.
“Selamat pagi Nyonya Irie!” sapa Puput penuh semangat.
“Selamat pagi juga!” balas Irie tak kalah semangatnya.
Melihat wajah Irie yang nampak sumringah, Puput jadi penasaran dan gatal sekali jika tidak bertanya langsung. “Sepertinya ini hari yang penuh semangat?!” tebak wanita gemuk itu seraya berjalan sejajar dengan Irie.
“Ya! Haaahhh... ” wanita cantik dengan rambut tergelung rapi itu menarik napas panjangnya.
Tanpa membuang waktu lagi, Irie dan Puput sama-sama menyelesaikan perkejaan mereka masing-masing hingga matahari mulai terbit indah di atas langit. Dan saatnya bagi Irie beraksi menjadi seorang ibu dan istri mungkin.
Wanita itu mengeluarkan kunci kecil dari saku celananya. Itu adalah kunci cadangan kamar Alina yang ibu Jolie berikan padanya.
“Kau pasti bisa.” Irie benar-benar canggung dan sedikit berdegup. Dia takut jika Alina semakin marah, tapi di sisi lain, jika dia selalu gagal dan terus mengalah oleh gadis itu, maka Alina akan selalu menjadi gadis yang liar.
Di dalam kamar, Arky baru saja memasang dasinya sendiri, meski kepalanya sedikit pusing, tak mungkin si Arky membolos bekerja. Samar-samar dia teringat dengan perilakunya semalam kepada Irie.
Pria itu hanya bisa pasrah dengan sikap liarnya yang terpendam. Gejolak seorang pria normal tentu saja mulai timbul dari dalam diri Arky. Sudah cukup lama dia tidak berhubungan seks dengan siapapun. Melihat Irie menjadi istrinya membuat Arky lepas kendali.
[“Halo Ibu! Bagaimana kabarmu di sana?”] Sambil menelepon Jolie, Arky juga memilah jas untuk dia kenakan.
[“Sepertinya aku kurang sehat Arky. ”]
Brakk!! Arky terlalu terkejut hingga refleks menutup lemari dengan kasar. Tentu saja terkejut, mendengar kabar soal ibunya yang kurang baik di sana, sendirian.
[“Aku akan ke sana.”]
[“Tidak usah. Lagi pula... Aku akan menerima kedatangan mu jika kau datang bersama Irie dan Alina. ”] Pemerintah Jolie sungguh membuat Arky sedikit tak suka, namun dia tidak akan pernah bisa menolak permintaan wanita tua itu.
Arky terdiam cukup lama, dan sekali lagi Jolie mengatakannya dengan sangat memohon agar mereka mau datang menjenguknya.
.
.
.
Irie mengetuk pintunya berulang kali namun masih tidak ada jawaban dari dalam kamar. Tak ada pilihan lain lagi selain dia membuka pintu itu dengan kunci cadangan. “Maafkan aku.” Gumam Irie pelan ketika dia berhasil membuka pintu Alina.
Kamar Alina terlihat sama seperti milik ayahnya, namun di sana sungguh berantakan, berbeda jauh dengan Arky yang seorang pria.
Irie melihat seorang gadis yang masih tidur pulas di atas ranjangnya dengan selimut biru yang sudah berantakan tak karuan. Buku ada di mana-mana, pakaian, alat make up hingga makanan ringan dan bungkusnya.
“Aku harus mulai dari mana?” Irie melihat sekelilingnya hingga ia melihat jendela yang masih tertutup. Wanita itu tersenyum kecil lalu segera membuka jendela tersebut selebar-lebarnya, membiarkan cahaya matahari masuk begitu terang.
Wajah Alina sudah mulai tak nyaman dengan cahaya yang mengenai wajah cantiknya. Irie tersenyum lebar, merasa bahwa rencana berhasil.
Tak berhenti di situ saja, Irie mulai menyalakan sebuah musik dari salon kecil yang terpajang di atas meja. Klik! Seketika suara musik dan nyanyian dari seseorang terdengar keras hingga memenuhi ruangan kamar. Kerutan di kening Alina mulai terlihat jelas, gadis itu mulai menggerakkan kepalanya.
Irie menambahkan volume suaranya hingga kini Arky dapat mendengar musik tersebut meski masih di dalam kamar. “Siapa yang memutar musik sekeras ini?” kesal Arky mematikan ponselnya dan segera menyiapkan semua berkas yang akan dia bawa.
Sementara di kamar, Alina langsung terbangun dengan wajah marah dan kesal akibat suara musik yang sangat keras mengganggu tidurnya. “MATIKANNNN...” Teriaknya seraya menutupi kedua telinganya dengan mata yang masih meredup dan tak sadar bahwa Irie sudah berdiri di depannya.
“Selamat pagi! Waktunya sarapan bersama.” Sapa Irie yang kini tersenyum lebar. Menyadari akan keberadaan Irie, Alina langsung membuka lebar matanya, menyorot tajam dan tak suka.
Dia melihat ke arah pintu yang sama sekali tidak ada kerusakan.
“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Alina penuh penekanan di setiap kalimatnya.
“Itu tidak penting, sekarang bangun dan ikut sarapan. Aku terpaksa melakukannya karena ini demi kebaikanmu.”
Gadis yang masih duduk di atas kasur itu tersenyum remang, lalu kembali menatap ke arah Irie.
“Keluar.” Ucap Alina yang awalnya terdengar santai dan pelan.
“Aku akan keluar setelah kau keluar.”
“KELUAR!!!” sentak Alina dengan amarah meluap hingga ingin meletus.
Irie tersentak kaget, namun dia masih terlihat santai dan tetap tenang. Sementara Alina yang kini berdiri, berjalan ke arahnya. Tanpa basa-basi Alina langsung menarik paksa tangan Irie dan membawanya keluar dari kamarnya, mendorongnya ke depan hingga Irie hampir saja tersungkur namun beruntungnya Arky datang tepat waktu dan Irie pun jatuh ke dalam pelukannya.
Arky sangat terkejut melihat dua orang tadi terlihat ricuh sendiri.
“Jangan pernah kembali dan jangan pernah berani lancang ke kamarku. AKU SANGAT MEMBENCIMU...”
“ALINA!” sentak Arky yang sudah terlanjur emosi dengan sikap kasar putrinya. Irie terkejut mendengar sentakan suara Arky yang lebih keras dari Alina. Dengan cepat wanita itu meremas lengan suaminya seolah memberikan kode bahwa jangan memarahi Alina.
Arky terdiam sejenak meski kini tatapan tajamnya mengarah ke Alina.
“Kenapa? Kau akan membelanya juga, kalian memang cocok.” Tangan Arky sudah terkepal kuat, Irie segera berbalik dan menatap ke Alina dengan senyuman terpaksa.
“Alina, jika kau marah padaku silahkan tapi jangan pernah kau berani dengan ayahmu.” Kini Irie nampak berani karena sudah lelah dengan sikap anak tirinya itu.
”Jangan sok mengaturku— ” gadis itu langsung berhenti bicara setelah dia melihat Irie menunjukkan sebuah kunci secara diam-diam. Alina mengerutkan keningnya heran ketika dia mencoba mengamati kunci tersebut.
Itu adalah kunci mobil yang Irie ambil diam-diam hanya demi Alina. Dia tahu gadis itu sangat menginginkan membawa mobil sendiri lagi, dengan tekadnya Irie akan menerima semua hukuman yang akan Arky berikan untuknya.
-‘Jika seperti itu, aku bisa memanfaatkan nya!’ Batin Alina tersenyum licik. Sementara Irie yang masih memandangi nya pun berpikiran sama, namun dia akan memanfaatkan kebaikan tersebut.
“Baiklah, aku akan ikut makan.” Tiba-tiba berubah pikiran, Arky curiga dengan Alina maupun Irie namun dia tak ingin berbelit-belit dan langsung bergegas pergi setelah memberikan tatapan tajam dan penuh peringatan kepada Alina.
klo boleh kasih masukan thor...utk alina dgn umur 19th ga sesuai dgn sikapnya...itu lbh ke umur 16-17th...
sukses utk kedepannya thor....