NovelToon NovelToon
Jodoh Sang Pewaris

Jodoh Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Kantor / Office Romance
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Diana Putri Aritonang

Reta Cahya Pariwara. Terlahir sebagai pewaris tunggal kerjaan bisnis sang Kakek, membuat Reta sudah harus memahami dunia usaha sejak dari usia muda.

Karena memiliki tanggung jawab yang begitu besar terhadap perusahaan, membuat kehidupannya selalu disetir oleh sang Kakek yang berwatak tiran, termasuk dalam urusan Jodoh. Reta bahkan dipaksa untuk menerima sebuah perjodohan yang Kakeknya lakukan.

Dan saat perjodohan sudah terjalin. Reta malah kembali dipertemukan dengan Rio-Pria yang merupakan cinta pertamanya. Pertemuan yang sebenarnya sudah didambakan ke-duanya hingga mereka tanpa sengaja melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, sampai mengakibatkan janin tumbuh dirahim Reta.

Akankah Reta memilih bersama Rio setelah mengetahui dirinya yang tengah mengandung? Atau lebih memilih tetap bersama dengan Pria yang telah dijodohkan padanya karena begitu banyak halangan yang datang menghalangi mereka agar tidak bisa bersama. Penasaran? Langsung baca yuk!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10. Akhirnya Bertatap Muka.

Setelah puas menumpahkan tangis, Reta kembali membasuh wajahnya yang sembab sebelum akhirnya ke luar dari dalam toilet dan mengikuti langkah Rio.

Ya. Rio meminta waktu secara pribadi untuk bisa bicara dengan Reta. Dan karena masih adanya jam istirahat sebelum melanjutkan pembahasan bisnis, Reta bersedia menuruti keinginan Rio.

"Aku senang bisa bertemu kembali denganmu," kata Rio dengan menatap pada Reta yang tengah melepaskan pandangan ke depan. Mereka kini berada di area luar hotel, tepatnya sebuah taman kecil yang terdapat di sisi kiri bangunan berlantai 87 itu.

Reta melirik sekilas pada Rio yang berdiri di sisinya. Wanita cantik itu tersenyum kecil dengan tangan menyugar rambut pendek yang di terpa angin.

"Kau masih sama seperti dulu." Mendengar Rio yang kembali membuka suara membuat Reta segera menoleh hingga Rio semakin bisa menikmati wajah yang selama ini ingin sekali ia temui. "Tetap manis," kata Rio dengan tangan yang bergerak menyingkirkan helaian rambut Reta yang menutupi wajahnya.

Rio jadi kembali mengingat saat di mana Reta menampilkan ekspresi apa pun akan tetap selalu berakhir manis di matanya. Sekalipun Wanita Peledaknya itu melotot berteriak seraya mengejarnya dengan ranting kayu.

"Kau banyak berubah, Yi. Kau semakin gendut," ucap Reta dengan tertawa kecil dan hal itu juga menular pada Rio.

Tubuh kekar itu memang jauh mengalami perubahan dibandingkan saat terakhir mereka bertemu. Rio sepertinya rutin berolahraga, dan menjaga tubuhnya dengan sangat baik, pikir Reta saat kali ini ia memperhatikan Rio secara intens.

"Kenapa? Kau mulai terpesona?"

Mendengar itu membuat Reta segera mencibir. Lihatlah Rio masih sama tingkahnya seperti dulu.

"Sama sekali tidak." Reta tersenyum mengejek pada Rio hingga membuat Pria itu mencubit hidung Reta gemas. "Jangan ditarik." Dengan masih tertawa Reta menyingkirkan tangan Rio.

Sesaat mereka menikmati candaan kecil yang tercipta setelah sekian lama tidak berjumpa. Sebelum hening kembali mengambil alih.

"Kau terjun ke dunia bisnis, Yi?"

Rio tersenyum mendengar pertanyaan Reta. Bukan karena pertanyaannya, tapi karena panggilan yang Reta sematkan. Panggilan yang hanya Reta seorang yang menggunakannya.

"Ya. Dunia yang sama dengan dunia mu. Dan akhirnya kini aku bisa berdiri di hadapanmu," kata Rio pelan.

Pria itu kembali mengingat perjalanannya hingga sampai bisa berada di titik ini. Dipercaya memegang tampuk pimpinan sebuah perusahaan retail besar di tanah air. Menyingkirkan rencana masa depan serta cita yang sudah ia miliki sebelumnya. Rio akhirnya mampu melangkah sejauh ini hanya karena Reta.

Reta terdiam, entah mengapa ia merasa bahagia mendengar perkataan Rio. Pria yang selama ini selalu ia rindukan itu ternyata berusaha untuk bisa menemui dirinya.

"Apa kau bahagia karena bisa bertemu dengan ku lagi, Manis?"

Reta tersenyum. "Aku sang..." Perkataan Reta terhenti karena melihat Rio yang meraih ponselnya yang bergetar. "Jawablah," pinta Reta saat Rio menatap ke arahnya.

"Papih!!!"

Pekikan suara itu langsung terdengar saat panggilan diterima. Rio bahkan menjauhkan ponsel sebelum kembali menempelkan pada daun telinga.

Reta yang berdiri tepat di hadapan Rio jelas mampu mendengarnya. Suara seorang bocah perempuan yang berhasil membuat Reta menaruh rasa penasaran.

"Kebiasaanmu berteriak semakin menjadi." Rio tertawa kecil saat mengatakannya dan hal itu dengan jelas diperhatikan oleh Wanita yang masih dengan setia berdiri di hadapan Rio. Reta bahkan membalas senyuman Rio setiap kali Pria itu menatapnya seraya berbicara pada Hani yang masih terhubung dalam panggilan telepon.

"Baiklah Papih akan menunggumu, Hani. Papih akan ada rapat sebentar lagi, see you my little sweet."

Rio menutup telepon dan meletakkan kembali ponselnya dalam saku celana bahan yang ia kenakan.

"Maaf pembicaraan kita jadi terhenti," kata Rio dan dibalas gelengan oleh Reta. Wanita itu juga tersenyum kecil menatap Rio sebelum akhirnya ia melirik pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Jam makan siang sudah habis. Sesi selanjutnya akan segera dimulai. Sebaiknya kita kembali," kata Reta dan berhasil membuat Rio terpaku. Terlebih saat Reta yang segera beranjak untuk masuk ke dalam hotel meninggalkan dirinya.

Reta melangkah cepat masuk dan segera menuju ballroom pertemuan. Dengan tanpa menghentikan langkahnya, Wanita itu terlihat menutup mata dan menarik napas. Berusaha mengendalikan sesuatu yang berhasil mengganggu pikirannya. Reta juga mampu merasakan langkah yang tak jauh berada di belakangnya.

Kembali melakukan pembahasan bisnis membuat Reta harusnya mampu untuk fokus. Terlebih dirinya yang merupakan pimpinan perusahaan pemegang saham terbesar dalam kerja sama ini. Namun Wanita cantik itu sepertinya mengalami kesulitan karena beberapa hal yang mengambil alih isi pikirannya.

Suara anak kecil itu, panggilan honey dan papih yang Rio sematkan serta little sweet. Tangan Reta bergetar membuat ia meletakkan kembali pulpen di atas meja. Berpindah ke atas pangkuan tangannya malah saling meremas satu dengan yang lainnya.

"Suara anak kecil itu...apakah suara putrinya," batin Reta dengan netra yang menatap pada Rio yang kini telah memperhatikan pengusaha lain saat menyampaikan ide gagasan mereka. "Dia telah menikah." lagi batin Reta getir.

Tanpa sadar Reta mengusap wajah secara kasar dan menyugar rambut pendek sebahunya. Entah kenapa rasanya ia sulit memenuhi pasokan udara untuk paru-parunya. Dan apa yang dilakukan oleh Reta diperhatikan jelas oleh Susan.

"Anda baik-baik saja, Nona?"

Reta sedikit tersentak saat mendengar suara Susan. Ia berusaha dengan kuat mengendalikan diri. "Aku baik-baik saja, Sus." Setelahnya Reta meraih botol air minum yang memang tersedia di atas meja lalu menegaknya. Berharap bisa menyingkirkan perasaan yang mulai mengganggu.

"Tuan itu dari tadi terus memperhatikan Anda, Nona," bisik Susan begitu pelan namun masih mampu untuk Reta dengar.

Reta mengikuti arah pandang yang Susan berikan hingga netranya mendapati jika Rio lah orang yang asistennya itu maksud. Sedari pembahasan kerja sama ini kembali dimulai, Rio terus memperhatikan Reta. Pria itu merasa jika ada yang Reta sembunyikan. Terlebih saat Reta terkesan ingin meninggalkan dirinya dengan begitu cepat.

Lama pandangan Reta terkunci pada Rio yang juga menatap ke arahnya, hingga pukulan kecil pada lengan Reta rasakan. Ternyata Susan pelakunya.

"Anda melamun, Nona." Susan semakin heran dengan sikap atasnya yang terlihat begitu kacau. Tidak biasanya Reta seperti ini. "Anda sampai tidak menyadari kehadiran Tuan Maximilian."

Reta kembali tercengang mendengar perkataan Susan. Ia memperhatikan asistennya itu yang tengah mengarahkan pandangan pada pintu masuk ballroom.

Ya. Kini Pria yang telah berstatus sebagai tunangan Reta itu tengah melangkah masuk menyusuri ballroom untuk mendekat pada Reta yang sedang terpaku menatap ke arahnya.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak 😉

1
Zerro..BL
hhe...manja kali sebutan ortunya😍
ora
/Rose//Rose//Rose/untuk Kakak.....
ora
Tapi apa iya, akan semudah itu untuk menikah jika sudah di Indonesia?🧐😔
ora
Arghhh/Angry/
Di getok aja dari belakang, Reta. Bisa kan?
Si Kakek nyebelin banget. Kalau merintah seenaknya. Kasar lagi😔🤧🤧🤧
Upi Raswan
semoga rencana Reta berjalan lancar,selamat dari nikah paksa
𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪
🌹🌹 buat Rio Reta...smg ekspektasi sesuai realita
𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪
tida?
𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪
gak penting ya Re?
𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪
mengandung gula x
𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪
mudah²an ketemu babang Agam sm Hena, biar dikasih tahu caranya menjinakkan singa 🤭
𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪
iiih, dasar aki², kasar bener jd orang tua, minta dihormati tp gak bisa ngehargai yg muda...
Zerro..BL
sukses bpakny...😍😍
Zerro..BL
semoga makin semangat nulisnya...good
F.T Zira
boleh jadi kembalinya mereka ke tanah air untuk menemukan jln keluarnya...semoga aja sih... gak lucu kan kalo mereka berdua kawin lari.. kan capek🤧🤧

🌹 buat kaka Queen...
F.T Zira
misal si kakek dikasih tau bakal punya cicit, luluh gak ya🤔🤔
F.T Zira
Hani dapet dedek baruuu😆😆
F.T Zira
papih??? waooww...🤭🤭🤭😆😆😆
F.T Zira
duhhh... dapet perintah sana sini dong dirimu sus🤭🤭🤭
ora
/Rose//Rose/4iklan untuk Kakak......
ora
Si Kakek kalau ngomong enak banget, ya. Reta nggak mau sama Maxim, Kek😑😑😑
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!