NovelToon NovelToon
Tomodachi To Ai : Vampir Dan Serigala

Tomodachi To Ai : Vampir Dan Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

Masih belajar, jangan dibuli 🤌

Kisah ini bermula saat aku mengetahui bahwa kekasihku bukan manusia. Makhluk penghisap darah itu menyeretku ke dalam masalah antara kaumnya dan manusia serigala.

Aku yang tidak tahu apa-apa, terpaksa untuk mempelajari ilmu sihir agar bisa menakhlukkan semua masalah yang ada.

Tapi itu semua tidak segampang yang kutulia saat ini. Karena sekarang para Vampir dan Manusia Serigala mengincarku. Sedangkan aku tidak tahu apa tujuan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Kami nggak pergi ke ruangan terpencil di rumah yang cuma penuh keheningan.

Tempat tidur itu semuanya putih, dikelilingi lilin yang menyala, dan aku berbaring di sana, tanpa alas kaki, cuma pakai jubah putih.

Gerda sama pemimpinnya berdiri di kedua sisi tempat tidur. Karena pemimpinnya udah lama punya pengalaman, dia yang akan pimpin proses regresi ini, dan Gerda bakal jadi asistennya.

Mereka minta aku buat memejamkan mata dan rileksin seluruh tubuhku. Lalu semuanya dimulai dengan kata-kata yang menenangkan, buat bawa aku masuk ke dalam keadaan trance, makin lama makin dalam ke ingatan-ingatanku.

Bahkan sampai melampaui ingatan yang ada di otakku, aku masuk ke kenangan, gambar, dan suara yang muncul waktu kamu nggak lagi punya tubuh fisik, kenangan spiritual.

Dari kejauhan, aku masih denger suara pemimpin yang ngebimbingku, mundur terus ke masa lalu. Tahun demi tahun, dekade demi dekade, sampai abad demi abad.

Sampai akhirnya aku sadar di saat kapan rohku pertama kali menempati tubuh fisik dan menginjak bumi ini. Rasanya sulit dijelaskan, aku ngelihat diriku sendiri, tapi aku orang lain. Aku mengenali rohkuku, tapi di tubuh yang berbeda.

“Sekarang kamu udah sampai di momen waktu kamu ada di tubuh di bumi ini. Coba ceritain apa yang kamu lihat, Zara?” tanya pemimpinnya.

“Aku ngelihat rumah tua,” jawabku.

“Itu abad berapa, Zara?” tanya pemimpinnya lagi.

“Ini abad ke-17,” jawabku singkat.

“Kamu laki-laki apa perempuan?” pemimpinnya nanya lagi.

“Aku perempuan, aku masih gadis. Aku ngelihat diriku di cermin, dan aku pakai gaun yang cantik.”

“Dan apa yang kamu lihat sekarang, Zara?” pemimpin itu terus nanya.

“Temen-temenku datang jemput buat main. Aku senang banget,” kataku.

“Gimana tampang temen-temenmu?” tanya pemimpinnya lagi.

“Ada dua anak, mereka rambutnya hitam, matanya indah.”

“Gimana sikap mereka ke kamu, Zara?” tanya pemimpinnya.

“Kita rukun banget. Aku selalu nunggu hari di mana aku bisa main sama mereka. Aku nggak punya saudara di rumah, dan sering bosan,” jawabku sambil mengingat masa-masa itu.

“Sekarang coba lihat lebih jauh ke depan, ceritain momen penting yang kamu alami,” pemimpin itu menyuruhku.

“Aku menangis, ayahku nggak ngizinin aku main sama temen-temenku. Aku ngerasa ini nggak adil,” kataku dengan nada sedih.

“Kenapa ayahmu ngelarang?” tanya pemimpin itu lagi.

“Dia bilang kalau aku udah besar nanti, aku harus menikah sama orang yang nggak aku kenal, dan temen-temenku itu penyihir jahat. Tapi aku nggak percaya. Mereka baik.”

“Apa yang kamu rasain waktu itu?” tanya pemimpinnya.

“Aku ngerasa kasihan banget sama mereka. Mereka butuh aku. Orang tua mereka udah meninggal, pasti mereka kangen sama aku. Aku harus ketemu mereka biar mereka tahu aku masih temen mereka, karena semua orang di desa menolak mereka,” jawabku.

“Kamu masih bisa ketemu mereka?” pemimpinnya nanya lagi.

“Iya, kita ketemu diam-diam. Aku seneng banget bisa ngelihat yang paling kecil,” jawabku sambil tersenyum kecil.

“Kenapa kamu senang?” tanya pemimpin itu penasaran.

“Dia selalu bawain aku bunga dan permen. Dia anak yang ceria banget. Dia bikin aku ketawa. Pemberiannya bikin aku merasa penting dan cantik.”

“Dan apa yang terjadi sama kakaknya?” tanya pemimpin itu lagi.

“Kakaknya kadang datang sendirian, kadang bareng adiknya,” kataku.

“Gimana hubunganmu dengan kakaknya?” tanya pemimpinnya.

“Waktu kecil, dia selalu punya ide buat main. Tapi waktu dia udah mulai besar, dia ngeliat aku dengan cara yang berbeda. Entah kenapa, aku juga nggak bisa berhenti ngeliat dia,” jawabku, mataku terasa berkaca-kaca.

“Berbeda gimana?” tanya pemimpin itu lagi.

“Aku ketemu pria yang harus aku nikahi. Dia jelek, sikapnya buruk, dan dia nggak memperlakukan aku dengan baik. Aku udah ketemu dia beberapa kali, tapi aku berharap banget nggak perlu menikah sama dia. Sementara, temen tertuaku kebalikannya. Dia baik banget, walaupun umurnya sama.”

“Jadi kamu jatuh cinta sama salah satu dari mereka?” tanya pemimpinnya, suaranya semakin lembut.

“Iya, aku sadar terlambat. Aku sangat mencintai mereka berdua, aku udah kenal mereka hampir sepanjang hidupku. Tapi yang tertua, dia punya sesuatu yang bikin hatiku berdebar tiap kali dia ngelihatku seperti itu.”

“Apa yang terjadi selanjutnya?” tanya pemimpin itu lagi.

“Kadang kita bertiga ketemu, kadang cuma salah satu dari mereka yang datang. Aku suka cara si kecil bikin aku merasa dihargai. Aku senang tahu kalau dia punya perasaan ke aku. Tapi aku tertarik banget sama yang lebih tua. Sama dia, aku sering membayangkan gimana rasanya ciuman.”

“Hal penting apa lagi yang terjadi?” tanya pemimpinnya.

“Suatu hari, aku sendirian sama kakak laki-laki temanku, dan kami saling berpandangan. Meski aku tahu itu salah, kami berciuman. Dan jujur, itu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan dalam hidup,” jawabku, suaraku bergetar mengingatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!