Suami Ku Hantu

Jia Li penasaran dengan sikap Van Costel suaminya.

"Kenapa kita tiba-tiba pergi dari pesta ?", tanya Jia Li.

Van Costel menggenggam tangan Jia Li saat keduanya berjalan melewati lorong kecil yang memanjang menuju sebuah ruangan khusus.

"Aku tadi melihat seseorang yang mencurigakan saat di acara pesta", sahut Van Costel.

"Siapa ?", tanya Jia Li.

"Musuh lamaku...", sahut Van Costel.

"Musuh lamamu, apakah dia yang telah menyebabkan kematianmu ?", tanya Jia Li.

"Iya...", jawab Van Costel IV.

"Apa tujuannya datang ke acara pernikahan kita ?", tanya Jia Li.

"Entahlah, apa tujuan sebenarnya Dalca kemari !? Tapi aku tidak mengerti, bagaimana dia bisa tahu akan ada pesta di rumahku ini !?", ucap Van Costel.

"Siapa Dalca ?", kata Jia Li.

"Dia adalah salah satu anggota dari ketiga belas klan bangsawan dan musuh bebuyutan keluarga kami", sahut Van Costel.

"Apa artinya dia kemari karena ingin mencari tahu kebenaran tentang dirimu bahwa kamu hidup kembali !?", kata Jia Li.

"Mungkin..., dia sengaja kemari hanya merasa penasaran denganku, atau juga dia ingin melihatku yang sebenarnya...", sahut Van Costel.

"Apapun yang sebenarnya dirimu, aku rasa kamu tidak perlu merasa takut, untuk apa menyembunyikannya", kata Jia Li.

Van Costel terdiam lalu menghentikan langkah kakinya yang setengah melayang.

Dia memalingkan wajahnya ke arah Jia Li.

"Aku tidak ingin dia tahu aku yang sebenarnya bukan karena aku takut padanya", sahut Van Costel.

"Lalu...", kata Jia Li sambil menengadahkan kepalanya ke arah Van Costel.

"Aku tahu bahwa Dalca tengah memburuku dan mengejarku karena sangat penasaran denganku yang ternyata masih hidup", kata Van Costel.

Hantu berwajah tampan itu lalu berjalan mendekati Jia Li yang memandanginya dengan tatapan teduhnya.

"Hanya saja, aku tidak ingin membahayakan hidup istri tercintaku", kata Van Costel IV.

"Uhm...", Jia Li mengerang lirih.

"Bagiku saat ini adalah keselamatanmu yang paling utama dari segalanya dan aku tidak ingin Dalca mengincarmu karena alasanku yang hidup kembali", kata Van Costel.

"Ahh !?", jerit lembut Jia Li.

"Kamu adalah hidupku dan separuh nyawaku, aku tidak ingin mereka semua mencarimu karena aku", kata Van Costel IV.

"Uhk...", Jia Li tersentak saat Van Costel mulai menyentuh dirinya.

"Tak ada alasan apapun buatku untuk tidak menyembunyikan diriku dari semua musuh-musuhku", kata Van Costel.

"Van... Costel...", sahut Jia Li menahan dirinya untuk tidak menjerit.

"Kamu adalah jiwaku dan satu-satunya tumpuan hidupku, aku tidak mungkin bisa melihat orang yang aku cintai dalam bahaya", sahut Van Costel.

"Aaaakh !!!", jerit Jia Li.

Jia Li membelalakkan kedua matanya saat jari jemari tangan Van Costel menyentuh diantara kedua kakinya.

"Jangan salahkan aku jika aku sangat mencintaimu, Jia Li !", kata Van Costel IV.

Van Costel mempercepat permainan jari jemarinya sambil menatap lekat-lekat Jia Li yang ada dihadapannya.

"Aku mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu... Jia Li...", ucap hantu tampan itu.

Keduanya lalu saling berciuman mesra sedangkan jari jemari tangan Van Costel semakin cepat mempermainkan Jia Li.

Mereka tenggelam dalam nafsu cinta yang menggebu-gebu dan makin lama keduanya hanyut dalam permainan cinta mereka.

"Van Costel... Aku mencintaimu...", ucap Jia Li mencium mesra hantu Van Costel.

"Hmmm...", gumam Van Costel.

Van Costel lalu mengangkat kaki Jia Li dan mulai menyatukan tubuh mereka dalam irama cinta.

"Aku tidak perduli akan hidupku sekarang karean yang aku inginkan adalah selalu mencintaimu...", kata Van Costel.

"Uhm !?", Jia Li mulai mendesis pelan dan menikmati permainan cinta Van Costel.

"Aku sangat menginginkanmu sampai aku tidak tahu batas antara hidup dan mati, aku benar-benar mencintaimu", ucap Van Costel.

Jia Li terpejam saat Van Costel membolak-balikkan tubuhnya hingga batas titik kenikmatan.

Mereka berdua melakukan permainan cinta mereka di lorong kecil yang menghubungkan jalan menuju ke arah ruangan khusus.

BRAK !

Van Costel IV mendobrak pintu ruangan khusus dengan kasarnya lalu mengangkat Jia Li diatas tubuhnya yang menyatu dengannya.

Hantu tampan itu membawa Jia Li ke sebuah sofa kecil yang tersedia di ruangan khusus dan kembali melanjutkan permainan cinta mereka.

Jia Li yang mulai kerasukan nafsu cinta, menanggapi irama permainan cinta Van Costel IV.

Melayaninya, menguatkan dirinya hingga suaminya merasa terpuaskan.

Jia Li duduk di atas pangkuan Van Costel dan mempercepat gerakan tubuhnya diatas tubuh Van Costel.

Lima jam telah berlalu...

Jia Li kini telah berada di kamar tidurnya dan tidur terlelap.

Suasana di ruangan kamar tidur terasa sangat sejuk dan tenang bahkan terlihat sangat damai.

Jia Li terlelap pulas di atas pembaringan tidurnya yang hangat dan nyaman.

Berselimut tebal serta berbantal empuk, masih tampak sisa-sisa keringat setelah selesai bercinta.

Jia Li tertidur sangat nyenyaknya dan terlihat begitu sangat tenang.

Di ruangan lainnya...

Tampak hantu Van Costel tengah duduk di sebuah sofa besar sedang menatap tajam ke arah Antolin Lucian.

"Siapa yang berani membawa lentera hitam di acara pesta pernikahanku ?", kata Van Costel IV seraya menyeringai marah.

"Aku rasa hanya Dalca II satu-satunya pria yang berani membawa lentera hitam", sahut Antolin Lucian.

"Pasti tujuannya adalah menginginkanku", kata Van Costel.

"Tidak ada yang memiliki keinginan besar selain Dalca II yang tentunya dia penasaran denganmu, tuan Van Costel", sahut Antolin Lucian.

"Keinginan teebesar dengan membawa lentera hitam adalah dia ingin memastikan bahwa aku bukanlah sesosok manusia", ucap Van Costel.

"Menurutku dia hanya ingin tahu kepastian akan cerita yang tersebar luas di sekitar penjuru lembah Moldova tentangmu", sahut Antolin Lucian.

"Cerita yang tentunya menarik mengenai kebenaranku dan aku yakin si brengsek Dalca II ingin melihatnya dari lentera hitam", kata Van Costel IV.

"Dalca II memang bodoh, dia tidak tahu tengah berada di daerah kekuasaan siapa saat ini, dan berani menantangmu", ucap Antolin Lucian tertawa kecil.

"Aku hanya merasakan hawa misterius yang ada dan muncul saat acara pesta tadi dan melihatnya tengah menyamar", kata Van Costel.

Van Costel terlihat tenang sambil memainkan jari-jemari tangannya serta tersenyum tipis.

"Dia menyamar sambil membawa sebuah lentera hitam, bukankah itu tindakan bodoh dan konyol yang tidak semestinya dia lakukan di rumahmu", sahut Antolin Lucian.

"Rasa penasaran telah membutakan Dalca II dan bernafsu memburuku hidup atau mati", ucap Van Costel dari tempat duduknya.

"Sebaiknya kita tidak melakukan hal yang menarik Dalca atau klan manapun karena mereka hanya penasaran dengan keberadaanmu saat ini, Van Costel", lanjut Antolin Lucian.

"Aku tidak sengaja menarik minat Dalca atau lainnya karena niatku saat ini hanya ingin merayakan kebahagiaanku saja bersama Jia Li", sahut Van Costel.

"Dan tanpa sengaja Dalca mengendusnya, dia telah menyebar mata-mata di sekitar kita tanpa kita tahu mereka", ucap Antolin Lucian.

"Kita tunggu saja perkembangan dari Dalca, apa rencana yang ingin dia susun saat ini dengan menyebar mata-mata disini", kata Antolin Lucian.

"Tidakkah sebaiknya, kita hentikan acara perayaan pernikahan ini karena hanya memancing masalah", ucap Antolin Lucian.

"Jangan ! Aku ingin tetap acara pernikahanku dengan Jia Li terus berlangsung hingga hari terakhir", sahut Van Costel IV.

"Baiklah, aku mengerti dan aku akan pergi untuk mencari mata-mata itu", ucap Antolin Lucian.

"Lalu bagaimana dengan siluman yang menyerangku saat berada disekitar lembah Moldova !?", kata Van Costel IV.

"Aku telah bertanya kepada mereka dan tidak ada hubungannya dengan Dalca II", sahut Antolin Lucian.

"Sepertinya para siluman mulai beraksi dan melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan ayah", kata Van Costel.

Van Costel memandang ke arah luar jendela ruangan rumahnya dan diam tertegun.

"Tampaknya begitu, tapi ini dipicu kabar yang berhembus di masyarakat mengenai kabar gadis yang ditumbalkan hidup-hidup untuk keluargamu", sahut Antolin Lucian.

"Tumbal ?", ucap Van Costel.

"Benar, tumbal hidup untukmu, dan itulah kabar yang santer berhembus di masyarakat lembah Moldova saat ini", sahut Antolin Lucian.

Van Costel IV tertawa keras saat mendengar ucapan Antolin Lucian mengenai kabar akan tumbal hidup untuknya.

Dia baru tahu bahwa Jia Li yang dikirim dan dinikahkan untuknya agar dirinya bangkit dan hidup kembali dari kematian. Dan hal itulah yang awalnya membuat Jia Li sangat membenci dirinya.

Van Costel berdecak pelan seraya menatap tajam ke arah luar jendela rumahnya lalu dia berkata pada Antolin Lucian dengan serius.

"Pergilah ! Dan segera bawa mata-mata Dalca kemari !", ucap Van Costel.

"Siap... Aku akan pergi sekarang...", sahut Antolin Lucian.

Antolin Lucian lalu pergi menghilang dari ruangan khusus rumah milik Van Costel IV, pergi mencari mata-mata khusus Dalca sesuai perintah hantu tampan itu.