TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP TIGA PULUH DUA
Vanessa pulang ke rumah utama sang ayah tercinta. Pertimbangan yang cukup membuat gadis itu memilih pulang tanpa bercerai.
Vanessa masih perlu Rega untuk perusahaan ayahnya. Dan lagi, dirinya masih tidak rela untuk berpisah dari Rega yang entah sejak kapan membuatnya terpaut.
Namun, untuk memaafkan perbuatan Rega juga tidak semudah itu. Hasrat tersenyum, menyengir, berteriak, semuanya jadi hilang.
Satu minggu tinggal bersama Arjuna, satu minggu pula Rega berbolak-balik berkunjung ke kediaman mertuanya.
Meski setiap hari bertemu, Vanessa masih tetap mendiamkan Rega. Rasanya malas untuk bercengkrama dengan pria dewasa yang kekanakan.
Tak mau berdebat, Vanessa hanya sedang tak berhasrat untuk cekcok atau pun teriak-teriak di depan suaminya.
Memikirkan PR dari sekolah saja tak ada habisnya, semakin banyak, ulangan di akhir masa sekolahnya cukup membuatnya muak. Fisika, matematika, kimia, tiga mata pelajaran yang paling tidak Vanessa suka.
Sedari lima jam yang lalu, buku PR nya hanya dibolak-balik di atas meja belajarnya. Sudah menemui rumus yang pas, tapi tak tahu cara pengerjaannya.
Vanessa stress! Dahinya dia pijat-pijat demi mengurangi pusing yang bersarang di kepala bebalnya.
Sejulur tangan besar mengambil buku bersampul merah muda miliknya. Manik gadis itu mengikuti arah Rega yang duduk di sofa putar dan bersisian dengan meja belajarnya.
Rega tampak mencorat-coret bukunya. Tak ada lima menit semua esai sudah terisi dengan mudahnya. "Fokus sama pelajaran. Jangan fokus pacaran!"
Vanessa diam saja, tak berucap terima kasih atau pun sekedar bertanya basa basi meski dirinya begitu ingin menyengir setelah buku tugasnya selesai tanpa membuatnya pusing semalaman.
•••••••••••••
...-Time flies......
^^^•••••••••••••^^^
Hari-hari sulit di sekolah terlewati. Sebelum ujian akhir, Vanessa mendapat hak libur untuk hari tenang. Adis, Luke dan Jane sudah kembali berbaikan dengannya.
Vanessa tak peduli meski Adis begitu licik dan tega berkhianat padanya. Mereka sedari dulu sering bertengkar lalu baik seperti biasa.
Kendati demikian, tetap saja liburan kali ini Vanessa tak bisa memenuhi ajakan Adis, Luke dan Jane untuk pergi nonton film baru.
Vanessa sudah ada janji bersama Daddy Raka untuk berkuda, memancing, dan kegiatan seru lainnya seperti tahun tahu sebelum menjadi menantu keluarga Rain.
Mereka janjian bertemu di Hipodrom; stadion pacuan kuda di bilangan Jakarta Selatan yang cukup tersohor. Kabarnya Hipodrom ini masih kepunyaan X-meria group.
Dulu, Vanessa sering ke sini. Bahkan memiliki kuda pribadi yang disimpan di stable tempat umum tersebut.
"Nona Anes!" Vanessa berlari menyatroni gate master andalannya. Pria bernama Ferry itu yang selama ini mengurus kuda miliknya.
"Hey Tampan!" Vanessa menyapa kudanya yang pintar. Terlihat sangat rindu kudanya itu hingga terus meringkik juga berkedap-kedap.
Vanessa mengusap poni kudanya. Kemudian menciumnya. "Aku merindukan mu, Sayang."
"Tuan tampan mana? Apa sudah datang?" Sebelum menjadi menantu keluarga Rain, Vanessa terbiasa memanggil Raka dengan sebutan Tuan tampan.
"Mmmh..." Ferry tampak menyengir sambil menatap ke arah lain. Hal yang membuat Vanessa kemudian mengikuti arah matanya.
Ada Rega yang sudah rapi dengan baju berkuda, bahkan terlihat menggandeng kuda andalan kakeknya. "Grandpa sakit. Jadi aku yang gantikan dia di sini," ucapnya lalu menoleh.
"Apaan sih..." Vanessa masih belum mau bicara dengan suaminya. Gadis itu kembali menitip kuda coklatnya pada Ferry. "Anes pulang saja."
Rega terkekeh saat Vanessa bertolak. "Kamu takut Nyonya muda Rain?" cibirnya.
"Kamu pasti takut kalah..." Rega mengusap kuda putih cantik miliknya. "Kuda mu sudah terlalu loyo."
Rega yakin istrinya tak bisa dihina, pria itu sengaja memanasinya. "Lihat Barbie... Lawan kita mundur sebelum berperang, mereka pasti takut pada pesona mu."
"Kata siapa mundur?" Vanessa segera berbalik dan berkacak pinggang sambil mengarahkan tatapan visus pada Rega.
"Buktinya kau mau pulang barusan!" Rega terus menepuk punggung kudanya.
Vanessa mengerut geram bibirnya. Wanita kecil bersuami itu meraih tali kekang kuda tampan miliknya. "Kita buktikan siapa yang loyo! Barbie apa Kasim!" ketusnya.
"Kasim?" Rega mengulum senyum mengetahui nama kuda Vanessa.
Vanessa menarik Kasim dan bersiap di garis start pacuan kuda. "Ayok Kasim, kita buktikan sama orang sombong ini! Kita tidak takut apa pun!"
Rega mengikuti langkah kuda yang dituntun oleh gate masternya. Dengan sejumlah wibawa dan ketampanannya Rega naik ke pelana Barbie.
Tak lama setelah siap di masing-masing kudanya. Mereka melaju kencang bersama ke arah yang sama, yaitu melintasi track yang tersedia, salah satunya masuk ke area berpohon rimbun.
Seharusnya Vanessa bisa menang jika mengingat kembali bagaimana Kasim selalu mengalahkan lawannya selama ini.
Namun entah mengapa dengan kudanya hari ini. Sedari tadi Kasim selalu mepet dengan Barbie. "Hey, Kasim! Ayolah!"
Rega tergelak renyah. "Sepertinya Kasim kebelet kawin, Baby!" ledeknya.
Vanessa yang kesulitan mengendalikan kudanya segera menarik kekang untuk diberhentikan secara paksa. "Kau kenapa?"
Vanessa turun dan mengusap usap Kasim yang terus menatap Barbie. "Kamu mau kawin?" bisiknya, malu juga jika terdengar oleh Rega.
"Nanti Anes cariin cewek yang bahenol lagi. Jangan sama Barbie. Dia terlalu manja, kau pasti sakit hati terus sama dia." Vanessa membujuk kuda kesayangannya.
"Kita pulang. Ok..." Vanessa terjatuh disentak kaki Kasim yang terlalu bucin. Rega segera turun, dia seolah tahu alurnya akan begini.
Gadis mungil yang mengendalikan kuda besar tentu beresiko terjatuh bahkan tertendang dengan spontan saat sang kuda mengalami stress.
"Kalian bawa kuda kami." Rega menitipkan Barbie dan Kasim kepada gate masternya, lantas menggendong Vanessa yang masih meringis kesakitan.
"Kasim...." Vanessa meronta.
"Sudah cukup!" Gadis itu terdiam setelah mendapat bentakan. Sedikit trauma pada kata kasar seorang Rega.
Vanessa mencebik dalam gendongan suaminya. Kuda yang tadinya ditunggangi Ferry, yang akan Rega naiki bersama istrinya.
Beberapa gate master membantu Rega untuk menaikkan Vanessa. Kemudian setelah aman, Rega menarik kekang untuk memacu kuda milik Ferry.
"Gimana sama Kasim? Aku merindukannya." Seandainya kuda punya spion, Vanessa ingin melihat Kasim yang tertinggal di belakang.
Rega tak peduli apa pun, selain daripada dadanya yang kini bertaut dengan punggung istrinya. "Pengertian sedikit dengan kudamu! Kau tahu. Kasim melihat Barbie, seperti aku saat melihat mu. Liar dan ingin menerkam."
Vanessa tak menyahutinya.
"Maaf soal kemarin, Baby." Rega kembali bersuara berat.
Bibir dan pipi berewok tipisnya cukup menempel di cuping telinga Vanessa, maka terdengar jelas meski harus bersaing dengan suara kedapan langkah kudanya.
"Maafkan aku," ulangnya.
"Nggak akan pernah Anes maafin."
Ketus Vanessa membuat Rega menghela napasnya dalam-dalam. -Sabar Rega sabar. Ingat, kau menikah dengan anak gadis Arjuna yang sangat menyebalkan.