Hubungan tanpa kepastian membuat Zeline memilih berpisah, tetapi Daniel tidak ingin melepaskannya sekali pun Daniel juga tidak bisa menikahinya. Hingga pilihan tersulit dari orang tuanya terpaksa Daniel pilih, yaitu menjadikan wanita kesayangannya hanya sebagai wanita simpanan.
Apakah Zeline benar-benar hanya akan menjadi wanita simpanan untuk Daniel? Atau justru Zeline menemukan pengganti Daniel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Fi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir
Zeline yang baru saja duduk di kursi kerjanya di kejutkan dengan sebuah pertanyaan dari seorang wanita yang sudah berdiri di depannya.
"Ada hubungan apa kamu sebenarnya dengan GM kita?" tanya wanita itu.
"Tidak ada hubungan apapun, lagi pula sudah pernah aku katakan berhenti mengusikku karena aku tidak pernah mengusik ketenangan kalian!" Zeline menjawab dengan ketus.
"Tidak sesederhana itu. Pasti ada hubungan lainnya di antara kalian. Kemarin terlihat jelas saat GM lebih membelamu dari pada teman kencannya. Wanita yang selalu berganti-ganti dia bawa saja tak pernah mendapat perlakuan seperti itu, hanya wanita-wanita itu yang selalu bergelayut di lengannya tanpa respon darinya. Semua terlihat berbeda denganmu. Katakan! Ada apa antara kamu dan pak Tian?" tanya wanita itu masih saja memaksa Zeline untuk menjawab.
"Apa urusannya denganmu jika aku ada hubungan dengannya?" sarkas Zeline balik bertanya memberikan tatapan yang dapat membuat orang bergidik ngeri melihatnya.
"Lucy salah satu wanitanya pak Tian, asal kamu mau tau. Jadi wajar dia bertanya," sahut wanita lainnya yang Zeline yakin teman dari wanita bernama Lucy itu.
"Oh, baguslah kalau begitu. Tolong minta dia untuk berhenti mengusikku. Kamu juga tenang saja, aku akan menjaga jarak dari manager kesayangan kalian," ucap Zeline tersenyum dan itu membuat mereka heran.
"Bubar! Kembali ke meja kerja kalian masing-masing," ucap wanita berkacamata yang baru saja tiba di sana membubarkan mereka. Siapa lagi jika bukan Hanum.
Saat jam makan siang, Zeline sama sekali tak berniat beranjak dari kursinya. Ia justru menyandarkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan yang dilipat menjadi tumpuannya. Satu-satunya pegawai yang dekat dengan Zeline yaitu Shanum. Dia sudah menawarkan Zeline untuk keluar bersama, tapi dia menolaknya dengan alasan belum lapar dan Shanum pun tak dapat memaksanya.
Beberapa saat kemudian, Shanum datang ke sana dengan membawa dua bungkus burger dan dua ice tea cup menghampiri Zeline.
"Ze, isi perutmu setidaknya dengan ini," ucap Shanum yang sudah duduk di kursi kerja samling Zeline.
"Aku–"
"Tidak ada penolakkan, makan ini! Aku sudah membelinya," ucap Shanum dengan cepat memotong kalimat Zeline yang akan menolaknya.
"Baiklah. Terima kasih." Zeline menerima pemberian Shanum dan mulai memakannya.
"Ada apa, Ze? Aku perhatikan dari tadi kamu terlihat begitu murung? Apa ucapan Lucy tadi penyebabnya? Jika iya, maka lupakan saja. Dia hanya salah satu pegawai yang terobsesi pada GM kita" ujar Shanum berusaha menenangkan Zeline.
"Tidak, Shan. Aku sama sekali tidak memikirkan hal tak berguna seperti itu. aku hanya sedih memikirkan seseorang yang telah pergi meninggalkanku. Aku berharap dia berjuang, tapi dia justru memilih pergi saat aku memintanya untuk pergi," ucap Zeline menjawab. Zeline berkata jujur pada Hanum tentang apa yang sudah membuatnya bersedih, dan Hanum yang mendengar hal itu sedikit banyak mengerti sebab sebelumnya Zeline pernah sedikit bercerita tentang pria yang dicintainya.
"Kalian kembali bertemu?" tanya Shanum pelan, yang di jawab anggukan oleh Zeline.
"Sikapnya tak pernah berubah, dia masih saja menganggapku sebagai kekasihnya. Namun, setiap kali aku meminta kepastian dia hanya diam. Dan kemarin saat aku memintanya untuk pergi menjauh dariku, dia memilih untuk pergi tanpa memperjuangkanku. Aku sangat berharap dia berjuang," terang Zeline dengan air mata yang mulai menetes keluar.
"Aku mencintainya, Shan. Sangat mencintainya. Aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk melupakannya, tapi tetap saja tidak bisa. Setiap hari setiap waktu aku selalu mengingatnya dna merindukannya," ucal Zeline lagi menutup wajahnya dengan kedua tangannya saat tangisnya tak bisa lagi ia tahan.
Shanum yang melihat itu semua dengan cepat memeluk Zeline, mencoba memberikan ketenangan serta kenyamanan pada teman yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri itu.
"Ze. Kamu percaya dengan yang namanya takdir?" tanya Shanum yang di jawab anggukan oleh Zeline.
"Kalau kamu percaya dengan yang nanya takdir, maka kamu juga harus percaya dengan yang namanya Jodoh. Jodoh ada di tangan sang kuasa, sama halnya dengan maut dan rezeki. Percayalah Ze, sekuat apapun kalian mempertahankan hubungan kalian. jika kalian tidak berjodoh, maka akan berpisah. Tapi, jika takdir memang mengatakan kalian berjodoh, maka sekeras apapun rintangan yang memisahkan kalian, pada akhirnya kalian akan tetap bersama. Kita sebagai manusia tidak akan bisa menentang itu semua, jalani kehidupanmu dengan baik, dan serahkan semua ini pada yang maha kuasa karena ini adalah keputusannya," ucap Shanum yang sudah melepaskan pelukannya dan menggenggam kedua tangan Zeline yang mulai menghentikan tangisnya.
"Sekarang habiskan ini, dan jadilah wanita yang kuat!" pinta Shanum pada Zeline yang sedikit tersenyum, mendengarnya.
***
semangat thorr aku tunggu up nya yaa