Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
“Kami akan menuntut pondok pesantren ini, karena sudah membuat anak kami sampai kehilangan nyawa seperti ini.” Pekik ibunya Laila murka, bahkan sebuah diskusi yang di pimpin oleh kyai Al-Ghazali tak bisa di teruskan karena ibunya Laila sedari tadi terus membantah, dan tak mau tau, mereka bahkan akan memproses semua ini pada jalur hukum, sana meminta pondok pesantren itu di tutup.
Kyai Al-Ghazali menghela nafasnya kasar. "Saya akan mencari pelakunya, buk. Bukan sepenuhnya kesalahan pondok pesantren ini, karena kami memang semaksimal mungkin meminimalisir kemungkinan itu, buk. Saya mengaku salah karena lalai, tapi saya mohon, beri saya waktu saya akan menangkap pelakunya segera." Kata kyai Al-Ghazali.
Ibunya Laila berdecih, dirinya tidak sadar jika anaknya juga salah di sini, kenapa anaknya terbuai sampai hamil? Bahkan pondok pesantren itu sudah sangat ketat, dan selalu terjaga. "Palingan mau modus! Saya yakin kalau saya mengiyakan, pasti anda akan lupa nantinya. Terus mana keadilan untuk anak saya ha?" Pekik ibunya Laila menyorot tajam.
Kyai Al-Ghazali kembali menghela nafasnya. "Sebelumnya juga tidak pernah ada kasus seperti ini. Beberapa santri memang nakal, tapi mereka tidak sampai hamil seperti ini." Kata kyai Al-Ghazali yang langsung membuat kedua orang tua Laila itu tertohok.
"Lalu? Kyai mau menuduh anak kami murahan begitu? Sampai bilang seperti itu?" Kata ibunya malah nyolot. Sedangkan suaminya sudah kesal sendiri dengan tingkah istrinya itu, jelas-jelas ini juga kesalahan anaknya bukan?
"Kamu bisa diam tidak! Malu tau, bahkan suara kamu buat beberapa santri menoleh ke arah kita" tegur suaminya.
"Lah kok aku yang salah. Harusnya kamu marah dong kyai ini. Atau jangan-jangan pondok pesantren ini memang nggak bener lagi, udah sering kejadian seperti ini, lalu santrinya malah di sembunyikan." Kata ibunya Laila malah menjadi menuduh. "Kayaknya pak Kyai juga nggak beres deh, dia pasti dalang di balik semua ini." Sambungnya lagi sambil menunjuk ke arah kyai Al-Ghazali.
"Astaghfirullah, suami saya tidak seperti itu! Jaga ucapan ibu ya!" Ummi Sekar tidak tahan untuk tidak marah. Apa yang di ucapkan perempuan itu sudah sangat kelewatan, suaminya bahkan menjadi bahan tuduhannya.
"Halah, masih mau mengelak. Udah bener kalau kita lapor polisi saja. Biar di proses hukum, dan kyai langsung di penjara, pondok pesantren ini di tutup" kata ibunya Laila bersitegas.
"Kamu bisa diam sebentar tidak? Kyai Al-Ghazali bahkan sudah mengusahakan yang terbaik, mencari bukti yang jelas. Kamu lupa, kalau kita datang kemari saja beliau yang kasih kita biaya! Kalau tidak darimana kita dapat uang ke sini. Kalau dia memang seperti yang kamu sebutkan barusan, dia nggak mungkin mengurus semuanya, bahkan tidak akan menghubungi kita. Dia bahkan bertanggung jawab mengurus jenazah Laila dengan baik sampai ke peristirahatan terakhirnya." Kata suaminya yang berpikir secara realistis.
Ibunya Laila berdecih.. "Halah, tetap saja, dia itu mau menutupi kebobrokan pondok pesantren ini, padahal –"
"Buk, maaf saya menyela. Setidaknya kasih saya waktu dulu. Beberapa hari sampai saya menemukan bukti-bukti yang jelas, dan saya akan mencari keadilan untuk almarhumah Laila. Jika sampai waktu itu saya tidak juga berhasil menangkap pelakunya, saya bersedia di penjara, tapi jangan tutup pondok pesantren ini, karena ini mimpi almarhum ayah saya." Kata kyai Al-Ghazali, membuat ummi Sekar langsung melotot.
"Abi bicara apa! Abi itu nggak salah, jadi nggak mungkin Abi di penjara." Ucap ummi Sekar yang tidak terima.
Kyai Al-Ghazali menggenggam tangan istrinya itu.
Sedangkan ibunya Laila mengangkat alisnya ke atas. "Baiklah, saya akan berikan waktu dua hari. Kalau sampai dalam waktu dua hari anda tidak bisa menemukan orang itu, saya akan melaporkan anda ke kantor polisi." Kata ibunya Laila.
Kyai Al-Ghazali mengangguk sepakat, sementara ummi Sekar sudah menangis.
Dan siapa tau, di tengah perbincangan itu, seseorang tersenyum menyeringai. Tidak di sangka, ulahnya akan menguntungkan bagi dirinya.
"Setelah kamu di penjara, saya yang akan memimpin pondok pesantren ini... Hahahaha"
*
thank you Soo much 😘😘😘😘
semoga dikabulkan segera dapat Gaji di NT yaa 🤲🤲🤲😍😍
semoga selalu dimurahkan Rizki nya oleh yg Maha Kuasa dan Maha Pemberi Rizki... aamiin yra 🤲🤲🤲🤲