Wanita Kesayangan Tuan Daniel
Seorang pria tampan terlihat tengah melamun, dari raut wajahnya terlihat jelas jika ada beban yang begitu berat tengah menimpanya, pria itu adalah Daniel.
Satu minggu telah berlalu sejak pertemuan terakhir antara Daniel dan Zeline dalam keadaan bertengkar. Daniel sengaja memilih kembali ke kotanya, karena menurutnya jalan terbaik agar masalah tidak semakin membesar adalah dengan memberikan Zeline waktu untuk sendiri.
Daniel berharap setelah memberi Zeline waktu untuk menenangkan diri, hubungan mereka akan kembali membaik sama seperti sebelumnya ketika mereka bertengkar.
Daniel akan memberikan waktu pada kekasihnya untuk menenangkan diri, tetapi selama itu juga Daniel yang biasanya selalu bersikap tenang menjadi sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol amarahnya, saat ia tidak bisa bertemu atau sekedar menghubungi Zeline.
"Apa ini?" Tanya Daniel terkejut ketika Nick datang dengan sebuah kotak yang diletakkan di atas meja.
"Paket dari Sumatera." Nick menjawab datar karena hanya itu yang dia tahu.
"Apa yang ada di dalamnya?" tanya Daniel lagi.
"Aku belum membukanya. Tidak ada yang berani membuka paket milikmu, bukalah! Aku juga penasaran siapa pengirimnya. Mungkin dari Zeline karena jelas disebutkan bahwa paket itu berasal dari Sumatera," kata Nick sembari duduk di sofa tepat di depan paket.
Mendengar nama wanita yang dicintainya, Daniel segera membuka bungkusan itu.
Daniel merasakan jantungnya berdegup kencang, bahkan tangan Daniel tiba-tiba gemetar saat mulai membuka bungkusan itu. Daniel berharap itu adalah hadiah yang dikirim oleh Zeline, tetapi entah kenapa hatinya terasa tidak enak.
Daniel gugup dan takut tetapi juga terlihat sangat bersemangat. Namun, sesaat kemudian, wajah tampan itu terlihat semakin dingin. Melihat perubahan sikap Daniel seolah bisa membekukan siapa pun di sekitarnya, dan itulah yang dirasakan Nick saat melihat raut wajah Daniel.
Nick yang penasaran mencoba melihat isi paket yang berisi beberapa barang yang cukup familiar bagi Nick karena Nick yang menemani Daniel membeli barang-barang yang terlihat di dalam kotak tersebut.
Zeline, itu benar dari dia. Astaga, jangan bilang dia serius ingin berpisah dari Daniel, itu gawat. Hidupnya bisa hancur jika itu terjadi. Pikir Nick merasa cemas. Nick jelas khawatir memikirkan atasan sekaligus temannya itu. Nick bisa memprediksi dengan jelas apa yang akan terjadi setelah itu dan itu membuatnya terus berdoa agar apa yang dia pikirkan tidak terjadi.
Daniel mengambil surat yang ada di dalam kotak itu, dengan hati yang perih, dada yang sesak dan jantung yang berdebar kencang, Daniel perlahan membuka surat itu dan membacanya.
“Aku tidak mungkin membuang semua ini, karena ini semua milikmu, dan milikmu. Aku akan mengembalikan semua ini padamu, dan terserah padamu apa yang harus dilakukan dengan barang-barang ini.Terima kasih untuk lima tahun yang telah kamu habiskan bersamaku. Aku bahagia menghabiskan hari-hari bersamamu. Namun mulai sekarang kita harus berjalan di jalan yang berbeda, karena aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu. Selamat tinggal, Daniel. Dariku, wanita yang pernah hadir dalam hidupmu."
Surat itu terlepas dari tangan Daniel, rasa sedih dan kecewa menyelimuti dirinya, ia tidak menyangka jika kisah cinta mereka akan berakhir tragis. Selama dua minggu terakhir Daniel selalu berusaha untuk berpikir positif, dia berpikir bahwa setelah memberi waktu untuk Zeline, masalah di antara mereka perlahan-lahan akan hilang dan mereka akan menjadi lebih baik, tetapi tebakan Daniel salah. Zeline justru tetap ingin mengakhiri hubungan mereka.
Kesedihan membuat pertahanan Daniel runtuh. Pria tampan itu akhirnya menangis, menangisi apa yang telah terjadi. "Ze, aku sangat mencintaimu," gumamnya. Daniel benar-benar merasa frustasi, dunianya seakan hancur, Daniel tidak bisa dan tidak akan pernah bisa hidup tanpa Zeline.
Tuhan. Daniel sangat mencintai Zeline, tolong jangan pisahkan mereka karena mereka saling mencintai. Batin Nick yang merasa sangat prihatin dengan kondisi Daniel.
Daniel menyeka air matanya, lalu kembalu melihat foto dirinya dengan Zeline yang ada di dalam kotak, menatap dengan sisa kekuatan yang dia miliki. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Ze. Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu, aku tidak bisa tanpamu. Tidak akan pernah bisa," ucap Daniel dengan suaranya yang terdengar serak menahan rasa sakit di hatinya. "Aku akan hancur jika kita berpisah. Aku tidak bisa dan tidak akan pernah bisa hidup tanpamu," ucapnya lagi terlihat sangat frustrasi.
Daniel menarik napas dalam, berusaha menghilangkan semua kesedihan di hatinya. Namun, apa yang dia rasakan semakin terasa menyakitkan membayangkan hidup tanpa Zeline. Hatinya seperti dicabik-cabik, Daniel sangat mencintainya, gadis yang telah menjadi inspirasinya selama lima tahun, gadis yang menjadi harapan terbesar dalam hidupnya.
"Kenapa harus berakhir seperti ini? Kenapa kamu tidak mau bertahan? Kenapa, Ze?" Daniel berbicara pada foto yang ada di tangannya.
Pria yang tampak hancur itu mengeluarkan ponselnya, memutar nomor Zeline yang telah berusaha dia abaikan selama dua minggu terakhir, saat Daniel berpikir bahwa Zeline membutuhkan waktu sendiri. Sekarang Daniel akan menghubunginya, menelpon nomor yang Daniel beri nama istriku.
Bohong jika mengatakan bahwa Daniel tidak punya pikiran untuk menikah. Daniel sangat mencintai Zeline, dia sangat ingin menikahi Zeline, menjadikan Zeline istrinya, memiliki anak dengannya, dan memiliki keluarga yang bahagia dan menjadi tua bersama Zeline. Daniel selalu berharap suatu saat nanti hati kedua orang tuanya akan luluh dan memberikan restu kepada mereka. Dia selalu ingin dapat melihat Zeline setiap saat, mempublikasikan hubungan mereka dan menjalani hubungan seperti pasangan lainnya, persis seperti yang diinginkan Zeline, tetapi semua itu adalah keinginannya yang sangat sulit dicapai ketika hambatan terbesarnya adalah restu dari kedua orang tuanya.
Daniel melemparkan benda datar itu ke lantai hingga pecah, begitu kerasnya ia melempar ponselnya ketika beberapa panggilan hanya dijawab oleh suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang ia tuju tidak aktif. Daniel merasa yakin Zeline telah membuang nomor ponselnya agar bisa menghindarinya, dan itu semakin membuat Daniel terpuruk.
"Tidak, aku tidak bisa kehilanganmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu! Tidak akan pernah bisa," kata Daniel, meraih kunci mobilnya, dan memutuskan untuk menemui kedua orang tuanya.
"Daniel, kamu mau kemana?" Nick berteriak ketika Daniel bergegas pergi tanpa mengatakan apa-apa
Daniel yang mendengar itu menghentikan langkahnya sejenak dan berbalik. "Bertemu orang tuaku," jawab Daniel, kemudian melanjutkan langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments