Dava adalah seorang menantu yang selalu dihina dan direndahkan oleh keluarga istrinya, karena dikira hidup miskin sehinggi numpang hidup dirumah mertua. pekerjaannya sebagai kuli bangunan membuat dirinya selalu dihina dan di rendahkan. Dava memiliki mertua yang jahat dan Saudara ipar yang angkuh dan sombong.
suatu waktu seorang pria tangguh datang mencarinya ia adalah orang kepercayaan, Tuan Adinata yang diperintahkan untuk mencari putra tunggalnya yang sudah lama pergi dari rumah. Karena Dava adalah penerus takhta dari orang terkaya nomor satu dinegara ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mike Lovez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21:21
Sementara aku mengintimidasi keluarga toxic ini, tiba-tiba hpku berdering, ternyata telpon dari pak Erik. Menyampaikan kalau ternyata Dinda istriku tadi datang kerumah ayah dan ibu untuk mencariku, dengan banyak luka di tubuhnya, tapi karena pengawal yang tinggal dirumah tidak mengenalnya sehingga mereka membiarkan pergi kerumah sakit. Setelah ia mendapatkan alamat dari kedua pengawal itu.
Ya Tuhan siapa yang berhati mulia itu berani memberikan alamat rumah ke Dinda! sehinga dia berani datang kerumah untuk mencariku dengan kondisinya yang prihatin, mendengar itu hatiku sakit sekali seperti dicabik-cabik tapi aku punya cara untuk membalaskan keluarga ini.
Aku menatap mereka semua termasuk ibu Anjani, "Ingat ya bu dan kalian semua, jika terjadi sesuatu terhadap istriku, akan aku pastikan kalian tidak akan milihat matahari besok. Dan aku pastikan hidup kalian akan hancur, sehancur-hancurnya. Kalian yang memulai jadi aku akan meladeni kalian. Dan untuk anda Nyonya Anjani yang terhormat! mulai saat ini anda dan keluar ini sudah putus hubungan dengan Dinda istriku, suatu saat nanti jangan pernah datang memohon padanya."
Sesudah aku bicara demikian aku langsung gegas pergi meninggalkan keluarga toxic ini. Lama-lama disini juga muat melihat muka-muka iblis.
Aku sama sekali tidak pamit sama mereka, biarlah kalau aku dikatain tidak sopan juga tidak masalah, aku tidak peduli.
Setelah aku sampai didepan gerbang, aku langsung pamit pada pengawal yang menjaga di depan gerbang, dan aku jalan kaki agak sedikit jauh dari rumah itu karena saat ini aku belum mau keluarga ini tahu siapa aku sebenarnya.
Setelah aku melihat Pak Erik, aku langsung masuk kedalam mobil dan kami segera berlalu pergi. Aku langsung mencercah pak Erik dengan banyak pertanyaan .
"Pak Jelaskan padaku bagaimana ceritanya sehingga istriku bisa mengetahui alamat rumah ayah. Siapa yang berbaik hati memberikannya, aku akan bilang sama ayah biar berikan dia imbalan
"Maaf Tuan muda! ini juga diluar prediksi saya, karena awalnya saya tidak berpikir sampai memberikan alamat kepada nona muda. Namun justru Maya pelayan yang saya tempatkan dirumah keluarga nona Dinda sangat Cerdas."
"Jadi setelah Maya berhasil mengeluarkan nona Dinda dari kamar mandi, ia sengera menyuru nona Dinda menganti pakian yang sudah basah, dan membantu memanjat tembok belakang rumah keluarga Winata! Tapi sebelum Maya mengeluarkan nona muda dari rumah itu, ia memberikan alamat rumah Tuan besar agar nona muda bisa mendatanginya"
"Ya ampun mulia sekali hati Maya, tapi bagaimana dengan nasib Maya dirumah itu pak nanti mereka menghukum Maya lagi, Tuan muda tenang saja, Maya baik-baik saja"
"Kalau begitu cepat pak Erik aku mau lihat kondisi ibu dan istriku semoga benaran ia sampai dirumah sakit, awas aja kalau sampai istriku kenapa-napa akan aku berikan pelajaran kepada mereka."
"Iya Tuan muda memang seharusnya keluarga itu diberikan pelajaran. Apalagi Tuan Evan sudah tidak ada jadi untuk apalagi kita harus menghargai mereka yang tidak punya prikemanusiaan itu"
"Nanti kita bicarakan lagi sekarang fokus untuk sampai dirumah sakit pak Erik, oh ya perusahaan Winata grup kerja sama gak dengan perusahaan ayah pak Erik"
"Nah, itu dia Tuan muda. Nyonya Anjani menjajukan kerja sama dengan perusahaan Adinata grup tapi Tuan besar belum menyetujuinya karena"
"Oh baiklah soal itu biar aku yang urus, nanti aku bicarakan dengan ayah. Kita harus cepat sampai dirumah sakit, jangan sampai istriku sudah disana."
Akhirnya aku dan pak Erik kembali diam, kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Kalau aku sudah tidak sabar sampai di rumah sakit untuk ketemu dengan Dinda dan ibu. Semoga pas aku sampai disana, Dinda sudah sampai dan ibu juga sudah siuman itu adalah harapan terbesarku saat ini.
Perjalanan dari rumah keluarga winata kerumah sakit agak sedikit lama, karena macet dan memang sedikit jauh, karena itu aku menyuruh pak Erik untuk melajukan mobilnya agak lebih sedikit cepat.
Tak lama kemudian kami sudah sampai dirumah sakit. Tapi sayangnya tak ku dapati istriku disana bahkan ayah juga tidak ada, yang ada hanya beberapa pengawal yang menjaga diluar, lantas aku bertanya dimana ayah.
"Pak dimana Tuan besar"?
"Maaf Tuan muda, sekarang Tuan besar ada didalam ruangan nyonya. Karena nyonya besar sudah siuman tadi saya dengar nyonya besar sempat memanggil nama Tuan muda, silakan masuk Tuan muda."
Setelah aku mendengar penjelasan dari pengawal tersebut kalau ibu sudah siuman hatiku senang, tapi pikiranku tertuju pada Dinda istriku. Katanya sudah perjalanan kesini kenapa belum, memang sih jarak dari rumah kesini lumayan jauh apalagi kalau macet.
Awalnya aku mau masuk kedalam tapi aku urunkan, aku kembali menoleh ke pengawal tadi dan kembali bertanya, apakah sudah datang nona muda.
"Eh...pak maaf apakah sudah ketemu dengan nona muda"?
"Maaf Tuan muda, kalau saya dengar tadi pas Tuan besar telponan dengan pengawal yang dirumah, katanya nona muda dalam perjalana menuju kesini Tuan tapi sampai sekarang belum juga sampai."
"Ok baik kalau begitu saya masuk dulu, kalau kalian nanti melihat nona muda segerah memanggil saya"
"Baik Tuan muda"
Aku segera masuk kedalam ruangan, ternyata aku melihat ibu dan ayah berbincang walapun aku tahu kondisi ibu masih belum pulih, tapi tahu ibu cukup kuat, aku segerah menghampiri ibu dan ayah karena keasyikan ngobrol jadi mereka tidak tahu aku masuk.
Setelah aku berdiri dibelakang ayah baru aku memanggil ibu" ibu, ayah! Ibu dan ayah menoleh dan terkejut melihat aku berdiri dibelakang ayah.
"Sayang kamu dari mana? Ibu cariin kamu dari tadi, sini peluk dulu ibu. Kamu tahu betapa ibu sangat merindukanmu nak"
Aku langsung berhambur kepelukan ibu, sudah tak tahan air mata ini mengalir begitu deras, aku tahu semua menimpah ibu karena aku, ibu memikirkanku makanya ibu tidak mau berobat.
"Bu maafkan Dava, Dava benar-benar minta maaf ini semua gara-gara Dava ibu sakit. Maafkan Dava bu. Dava egois" aku berucap tanpa henti ibu dan ayah mengelus pundakku mereka sangat menyayangiku.
"Tidak perlu meminta maaf nak, dengan adanya kamu pulang saja ayah dan ibu sudah bahagia, oh ya mana mantu cantik ibu kok gak kamu bawah." tanya ibu tiba-tiba membuat aku binggung mau jawab apa, jadi ayah belum cerita soal Dinda ke ibu, tapi tidak apa-apa ibu tidak perlu tahu dulu takutnya kondisi ibu kembali drop.
" I itu bu...dia lagi.."
Aku belum selesai bicara, aku mendengar ada keributan kecil tepat didepan pintu ruangan ibu. baru saja aku mau melangkah mendekat, tiba-tiba pintu terbukan dan berdirilah seseorang yang sangat aku cinta, ia tersenyum memandang kearah kami, aku dan ayah berjalan bersamaan baru aja mau sampai di depan pintu tiba-tiba.
Brukkkkkk.
/Joyful//Joyful//Joyful/
/Proud//Proud//Proud/
/Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/