NovelToon NovelToon
Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Menjadi bayi
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

Di khianati dan terbunuh oleh orang yang dia cintai, Nada hidup kembali di tubuh seorang gadis kecil yang lemah. Dia terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa?

"Kakak, tolong balaskan dendam ku." Pinta gadis kecil yang namanya hampir sama dengan Nada.

"Hah!! Gimana caranya gue balas dendam? tubuh gue aja lemah kayak gini."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.14

"Nada."

Satu nama yang terlintas dalam pikiran Embun, tanpa sadar Embun berjalan ke arah Kara. Diikuti oleh Samudra, dia pun penasaran dengan anak kecil yang berada di bawah pohon.

"Dek, mana orang tua kamu? Kamu, lagi apa disini?" tanya Embun, dia mengusap puncak kepala Kara.

Nada yang ada dalam tubuh Kara, pun menangis ingin dia berteriak bahwa dia adalah Nada. Namun, Nada memiliki rencana lain dia akan pelan-pelan mendekati Embun dan Samudra.

"Boleh aku peluk, Tante?" Kara menatap Embun, dengan mata yang berkaca-kaca.  

Embun pun berjongkok dan merentangkan tangannya, Kara pun mendekat dan memeluk Embun dengan erat.

"Embun, aku kangen sama kamu. Bun," ucap Nada dalam hati, Kara pun berusaha menahan tangis.

Kara menatap ke arah Samudra dan tersenyum tipis, dia pun meminta izin untuk memeluk Samudra.

"Boleh peluk, Om?" tanya Kara.

"Sini." Samudra pun merentangkan tangannya, entah mengapa dia merasa dekat dengan gadis kecil tersebut. Seolah mereka sudah mengenal lama.

"Kak Sam."

Kara melepaskan pelukan dengan mereka dan mengucapkan terima kasih, tapi sebelum itu dia ingin berbicara yang penting.

"Kita ke dalam cafe saja," ajak Embun, mereka pun sepakat untuk berbicara di dalam.

Ditatap dengan lekat oleh Embun dan Samudra, membuat Kara salah tingkah.

"Ihh, ngapain sih malah ngeliatin aku segitunya." 

"Kamu mau bicara apa, dek?" tanya Embun.

"Tante dan Om, apa kenal sama Kak Nada?" Kara menatap Embun dan Samudra yang menegang, lalu raut wajah mereka menjadi sedih.

"Ya kami kenal, dia adalah sahabat saya." Balas Embun.

"Dan juga adik saya," sahut Samudra, Kara pun tersenyum. Lalu dia mengeluarkan semua barang milik Nada.

"I-ini ... Ini punya Nada, dari mana kamu dapat. Ini semua?" tanya Samudra dengan cepat, dia masih ingat dengan kartu yang dulu dia berikan sebagai hadiah ulang tahun yang ke tujuh belas.

"Aku menemukannya di rumah susun." Balas Kara.

"Rumah susun." Seru Embun dan Samudra, dijawab anggukan Kara.

"Kamu ..."

"Jika aku jujur, apa kalian akan percaya?" tanya Kara kini menatap mereka dengan serius.

"Baiklah jika kalian tidak percaya tidak apa-apa, gak masalah. Tapi, aku akan memberitahu satu hal pada kalian." Ujar Kara.

Kara pun mulai menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi, dia juga sedikit berbohong bahwa sering dirasuki oleh Nada.

"Kalau begitu buktikan, panggil Nada." Samudra menatap lekat gadis kecil yang mengaku bernama Kara.

"Eh!"

"Gak bisa kan, jangan suka mengada-ngada kamu masih kecil. Dek, harusnya belajar yang benar." Ujar Samudra.

"Aku gak mengada-ngada Kak Sam." Pekik Kara dia mulai emosi, dia lelah karena segera ingin membalas Rowman dan Salsa. Juga membuat Alfa pergi dari Evelin.

Dia ada di tubuh anak kecil, dia tidak tahu harus dari mana jika bergerak sendiri. Dia takut, jika kembali terbunuh.

Kara pun kembali duduk, dan membereskan semua barangnya.

"Kalau Kakak dan Embun gak percaya, gak papa. Aku gak akan memaksa kalian, aku akan melakukannya sendiri." Ucap Kara dengan tegas.

"Aku tahu kesukaan kamu, Embun. Aku juga tahu Kak Sam baru pulang." Kata Kara, lalu Kara pun berlari keluar dari cafe, sementara Embun dan Samudra terpaku atas ucapan Kara.

Hening, Embun dan Kara saling tatap. Tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa artinya, ini? Apa Nada ingin kita menyelidiki kematiannya?" tanya Embun dengan lirih.

"Sepertinya begitu, Nada ingin kita mengadili Rowman. Yang menikmati fasilitas milik Nada." 

Samudra pun setuju dengan Embun, dia akan melakukan penyelidikan kembali. Samudra pun pamit undur diri, sementara Embun langsung kerja.

****

Kara menatap jalanan yang selalu saja ramai, mungkin hanya hari raya Idul Fitri jalanan Ibu kota lengang. 

Kara pun memutuskan untuk balas dendam sendiri, tak peduli dia masih kecil. Tapi, jiwanya sudah dewasa kan. Dia adalah Nada, bukan Kara.

Tujuan Kara sekarang adalah kerumah Bagas, dia ingin melihat seperti apa kehidupan Ayah dari Kara tersebut.

"Terima kasih, Pak." Kara memberikan ongkos pada supir.

"Sama-sama, Neng. Hati-hati ya cepat pulang." Pesan pak supir.

"Iya, Pak tenang saja dan terima kasih." Balas Kara tersenyum, ternyata ada yang masih peduli padanya.

Kara kembali berjalan untuk sampai di rumah Bagas, dia pun mencebik dan mengeluh karena lelah terus saja berjalan.

Tak lama dia sudah tiba di depan rumah Bagas, beruntung rumah tersebut tidak memiliki pagar yang menjulang hanya sebatas dada dewasa. Tetap saja Kara susah untuk melihatnya.

Dia mendengar suara tawa dari dalam, saat mengintip dia mendapati Isabel yang tengah bermain dengan Bagas.

"Sial! Kenapa harus liat yang seperti ini sih." Gumam Kara, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Dan Nada mencoba menenangkan Kara, ingatan Kara pun terlintas jika Bagas sering mengabaikannya.

"Tenang Kara, aku pastikan semua hak mu. Akan kamu dapatkan," janji Nada.

"Heh, anak kecil ngapain disini? Mau ngemis ya?" bentak salah satu penjaga rumah Bagas.

"Cih, kalau kalian tau siapa Kara. Habis lu."

"Memang tampangku, seperti pengemis apa." Cibir Kara, saat akan berbalik Bagas memanggilnya.

"Kara sayang, itu kamu?" tanya Bagas merasa antusias.

"Ya, kebetulan lewat saja." Balas Kara.

"Kebetulan lewat? Rumah kamu sama Papa jauh loh!"

"Suka-suka aku dong," balas Kara dengan ketus.

"Maafkan, Papa. Ayo masuk Papa kangen sama. Kara," ujar Bagas. Namun, Kara hanya memutar bola mata dengan malas.

Kara pun mengikuti Bagas, dan mengenalkan kepada Isabel yang menatap Kara tak suka.

"Ayo kita didalam." Bagas menuntun Kara, membuat Isabel cemberut.

"Papa." Pekik Isabel.

"Ayo sayang ikut saja, dia kakakmu. Jangan cemburu."

"Tapi Pa..."

"Isabel menurut."

"Iya Papa," balas Isabel menunduk, Kara pun tersenyum sinis.

"Cih dasar lemah." Bisiknya.

Kara menatap sekeliling ruangan, terasa nyaman dan hangat dia pun menatap foto keluarga yang bahagia.

"Aku pastikan semua akan berubah." Kara menatap lekat foto Bagas, Rina dan Isabel.

"Ayo sayang diminum, ini minuman kesukaan kamu, kan?" tanya Bagas, menyerahkan milkshake stroberi.

"Aku gak suka, stroberi. Pa, mungkin Isabel yang suka." Balas Kara tersenyum.

"Ohh maaf, Papa gak tau. Biar Papa ganti kamu mau minum, apa?" tanya Bagas.

"Coklat hangat sama cake." 

Isabel dari kejauhan memperhatikan Kara dan Bagas, dia merasa tak suka jika Ayahnya memiliki anak selain dirinya.

"Aku harus kasih tahu, Mama. Biar anak itu cepat pergi."

"Mbak, tolong telepon Mama. Bilang ada Kara di rumah," kata Isabel, dia tahu bahwa Mamanya tak suka dengan Kara.

"Baik, Non." Dengan segera pengasuh Isabel memberitahu Rina agar cepat kembali.

"Kara, maafkan Papa ya! Papa salah sama kamu." Bagas menggenggam tangan sang anak, yang kini terlihat lebih berisi.

"Sebenarnya aku gak mau memaafkan, Papa. Tapi, demi misi ku aku mau memaafkan Papa, tapi ada syaratnya." Kara menatap Bagas dengan raut wajah yang serius, saat seperti ini Bagas tidak mengenali sang anak.

Dalam hati, dia selalu bertanya-tanya apakah ini adalah anaknya atau bukan? Dia seperti melihat orang lain di diri Kara.

Komen guyss, maaf typo 🙏

1
AriNovani
Yang baru baca tolong jangan di skip ya!! soalnya ngaruh ke pendapatan kalo di skip, ya aku gk bayaran 😢
Diah Susanti
kirain udah SMP karena di bab sebelumnya disebut gadis kecil diduga kena pelecehan, ternyata masih balita. miris banget nasibnya, sampai meninggal dianiaya pacar ibunya
Epi Widayanti
lanjut 💪💪💪
Mochi 🐣
Lanjut /Determined//Determined//Determined/
Anonymous
semangat nulis/Determined/
AriNovani: /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
Epi Widayanti
semangat Kara kamu pasti bisa /Determined//Determined/
Epi Widayanti
lanjut /Heart//Heart/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart/
AriNovani
luar biasa
Mochi 🐣
lanjut
Margaretha Indrayani
lanjut thor
pecinta dunia fantasi
hai kak,aq pendatang baru 🥰
Epi Widayanti
next
Mochi 🐣
Lanjut /Heart//Heart/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
Mochi 🐣
Bagus 💙💙💙
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!