Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 12. Selepas Kata Akad
Malam di desa itu sungguh begitu dingin untuk Kai. Sungguh tidak beruntung bagi dia karena dia belum memiliki selimut untuk menghangatkan badan.
" Brrrr aseli ini dingin. Padahal no Ac no kipas angin. Haissh…. Mana nggak ada selimut. Udahlah pakai sarung aja."
Sarung pun ia jadikan alat untuk sedikit mengurangi rasa dingin yang ia rasakan. Ia meringkuk di atas kasur, mencoba untuk memejamkan mata. Namun bukannya tidur ia malah teringat oleh senyum manis Kirana.
" Astagfirullaah, bahaya nih. Kalau komputer kayaknya kena serangan virus. Kenapa wajah gadis itu tiba tiba muncul. Tapi tadi samar sama wanita yang bernama bude Mar mengatakan kalau Kiran itu rondo. Rondo itu bukannya artinya janda ya? Orang orang tadi juga ada yang bilang begitu, haish… terserah lah. Janda perawan sama saja."
Kai pun mencoba kembali mencoba, lambat laun ia pun memejamkan matanya dan terbuai ke alam mimpi.
***
Di rumah lain, Kirana sedang menyiapkan rempah rempah yang akan ia olah besok dini hari. Sang ibu yang masih mendengar Putrinya sebelum tidur akhirnya keluar dari kamarnya.
" Nduk… belum tidur. Oh iya tadi bude Mar kesini ya."
" Enggih bu. Mau nagih utang. Padahal kan udah Kiran bayar. Untung Kiran punya bukti."
" Maaf ya nduk gara gara ibu kamu jadi susah."
Kiran menghentikan aktivitasnya dan mendekat ke arah sang ibu. Kiran memeluk ibunya yang sudah tidak muda itu.
" Bu, jangan ngomong gitu. Kiran hanya punya ibu, dan ibu tidak pernah menyusahkan Kiran. Apa yang kiran berikan ke ibu belum ada apa apa nya jika dibandingkan apa yang sudah ibu berikan kepada Kiran. Kiran sayang ibu."
Tes…
Kristal bening keluar dari mata Sari. Di sisi lain ia sungguh bersyukur memiliki Kiran di dalam hidupnya. Setelah suaminya meninggal hanya Kiran lah hidupnya.
" Nduk andaikan Jaya…."
Kiran merenggangkan pelukannya kepada sang ibu saat mendengar nama pria yang ia benci itu disebut.
" Bu… Sudah ya… Jangan menyebutnya lagi, dia sudah beristri sekarang. Dan yang jelas sudah tidak ada hubungannya lagi dengan kita. Ayo Kiran antar ibu ke kamar. Istirahat ya bu."
Sari menurut, ia tahu dalam hati putrinya itu menyimpan rasa sakit yang luar biasa. Namun Kiran selalu bisa menutupinya dengan senyuman.
Sari meluapkan tangisnya setelah Kiran keluar dari kamarnya dan menutup pintu. Begitu juga Kiran, ia menyandarkan tubuhnya ke dinding dan akhirnya tangis itu pecah juga. Namun sebisa mungkin ia menahan tangis itu agar tidak terdengar oleh sang ibu.
Gadis itu berkali kali memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Ingatannya kembali ke beberapa bulan yang lalu. Dimana hari yang sudah ia tunggu tunggu, hari bahagianya bersanding dengan lelaki yang begitu dicintai menjadi hari yang paling menyakitkan.
Janur kuning melengkung dengan indah di depan rumah gadis yang paling berbahagia saat itu. Akhirnya hari dimana ia akan bersanding dengan pria yang dicintainya sebentar lagi terwujud. Tinggal menunggu jam pria itu akan datang.
Jaya Setiawan, seorang pemuda tampan putra dari juragan paling kaya di desa tersebut menyukai Kiran semenjak ia duduk di bangku sekolah. Sempat ditentang oleh kedua orang tuanya namun akhirnya Jaya dapat meyakinkan Darto dan Ningsih untuk mempersunting Kirana.
Mereka berdua menjalin kasih sejak kelas 3 SMA. 2 tahun Jaya mengejar cinta Kiran, setelah berkali kali ditolak akhirnya Kiran luluh juga dengan usaha keras Jaya.
Mengenakan kebaya putih gading dan dirias menggunakan pakaian adat Jawa, Kiran terlihat sangat cantik dan manglingi. 3 tahun lebih menjalin kasih akhirnya hari bahagia itu datang.
Rasa bahagia dan sedih bercampur jadi satu dalam hati Kiran. Bahagia karena ia dapat bersanding dengan pria yang dicintai namun sedih karena sang ayah tak dapat menyaksikan pernikahannya.
Suara gamelan khas jawa untuk mengiringi acara pernikahan pun terdengar membahana. Sebagai putra juragan besar pernikahan Jaya dan Kiran berlangsung begitu meriah.
Di dalam kamar Kiran tak henti henti nya berzikir untuk mengurangi kegugupannya.
" Sek tenang nduk, ojo gugup."
Kiran hanya mengangguk. Ia tak sanggup berkata karena saking gugupnya.
Jaya datang diapit Darto dan Ningsih. Mereka mengantarkan sang putra menuju meja akad yang telah disiapkan.
" Mbak… ayo, kae nganten e lanang wis teko ( mbak mari, pengantin prianya sudah datang)."
Seorang kerabat memberitahukan bahwa mempelai pria sudah datang. Tambah bergemuruh saja dada Kiran. Gadis cantik berhijab itu semakin gugup. Ia pun dituntun oleh Sari menuju meja akad.
" Cantik."
Jaya yang melihat calon istrinya keluar dari dalam tak bisa melepaskan pandangannya. Jaya juga tak kalah gugupnya dengan kiran. Tangan Jaya pun sampai berkeringat dingin.
" Nanti lagi lihat nya Le, nek wis sah dadi bojomu."
Selorohan dari pak penghulu memancing tawa semua tamu undangan. Kiran hanya tersipu mendengar semua itu.
" Piye, wis siap."
" Huft…. Sampun pak."
" Bismillaahirrohmanirohim, saudara Jaya Setiawan Bin Darto Setiawan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Kirana Adzakia binti Prapto dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 20 gram dibayar tunai."
" Saya terima nikah dan kawinnya Kirana Adzakia Binti Prapto dengan mas kawin tersebut tunai."
" Bagaimana saksi sah!"
" Sah!!!"
Semua orang mengucaokan kata sah, perasan lega bercampur haru memenuhi hati kedua pasangan dan tentunya Sari ibu Kiran. Kiran meneteskan air matanya haru. Namun hal yak terduga muncul.
" Tunguuu!!!!"
Suara seorang wanita melengking dari arah jalan. Wanita cantik menggunakan dres berwarna khaki itu berjalan dengan sedikit susah karena perutnya yang terlihat agak besar.
Ia berjalan mendekat ke arah meja akad dan dengan seketika melayangkan tamparan kepada oengantin pria.
Plak….
Semua orang sungguh terkejut, begitu juga dengan Kiran. Ia sungguh tidak tahu mengapa wanita hamil itu menampar pria yang sudah sah jadi suaminya.
" Dasar bajingan kau Jaya, kau bilang padaku akan pulang ke desa untuk meminta izin menikahiku secara resmi, dan apa yang terjadi di sini kau malah menikah dengan wanita lain lengkap dengan pesta yang meriah. Apa kau lupa, ini anakmu. Apa kau melupakan itu Jaya!!"
Duar……
Bagai disambar petir di siang hari, Kiran sungguh terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang berada di depannya itu.
" Maksud mbak apa?."
" Iya mbak, saya hamil anaknya jaya. Kehamilan saya sudah memasuki usia 5 bulan. Dan pria di samping mbak ini berjanji akan menikahi saya secara resmi. Kami sudah menikah secara siri saat saya hamil 2 bulan."
" Astagfirullaah…"
Kiran terduduk lemas di kursi, ia sungguh syok. Air matanya luruh dengan deras. Sari, Darto, dan Ningsih ikut syok. Darto bahkan meminta orang orangnya membubarkan warga. Semua warga berbisik bisik sambil meninggalkan tempat acara.
" Kau tega mas. Kau sungguh tega denganku, salahku opo mas, opo!!!" Kiran berteriak histeris.
Jaya hanya diam seribu bahasa. Ia bingung mau bicara apa dengan Kiran saat ini.
" Baiklah kalau begitu, kebetulan kita juga belum menandatangani buku nikah. Talak aku sekarang juga mas." ucap Kiran mantab.
" Tidak Kiran, aku tidak mau menceraikanmu. Aku mencintaimu."
" Lantas??? Kau mau menjadikan aku madu? Tidak… Aku tidak sudi. TALAK AKU SEKARANG JUGA!!!"
Kiran berteriak kepada Jaya. Namun Jaya masih bungkam.
" Cepat lakukan mas, mumpung di sini masih ada pak penghulu, masih ada kedua orang tua kita, biar mereka jadi saksi. Talak aku mas… talak aku sekarang!!"
Jaya mengambil nafas panjang, air matanya pun luruh saat mengucapkan kata talak.
" Kirana Adzakia, hari ini aku jatuhkan talak satu untukmu. Mulai hari ini haram bagiku tubuhmu, dan kita bukan lagi suami istri."
TBC
KIRANA ADZAKIA.KAI ANAK SITA DAN DANI ANAK SAMBUNG RAMA