NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Arumi

Di Balik Cadar Arumi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:48.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan kisahnya yuk lansung aja kita baca....

Yuk ramaikan...

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, like, subscribe , gife, vote and komen yah....

Teruntuk yang sudah membaca lanjut terus, dan untuk yang belum hayuk segera merapat dan langsung aja ke cerita nya....

Selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Bagaimana, Arumi? Kamu sudah mendapatkan jawabannya?"

Aku menekannya dengan satu pertanyaan. Rasanya waktu yang kuberikan beberapa menit untuk menimbang sudahlah cukup.

"Arumi," panggilku lagi.

"Tidak sekarang, Mas. Aku

bisa jelaskan kenapa aku bisa ada di klub malam itu. Aku nggak akan berbohong."

"Jadi, kamu menolaknya?"

"Bukan begitu. A-aku akan."

"Cukup! Berarti benar dugaanku, kamu punya rahasia yang kamu sembunyikan dariku. Ada sesuatu yang tidak aku tau."

"Tidak ada yang aka tutup-tutupi, Mas. Insya Allah

aku siap mengatakan semuanya. Tapi butuh waktu."

"Aku pamit." Aku berdiri. Arumi terkejut.

"Mas, dengarkan dulu."

"Tidak ada gunanya aku di sini."

"Mas Aris dengarkan dulu penjelasanku."

Kaki terlanjut kuayunkan keluar kamar. Rasanya sudah ingin mengakhiri pertemuan

ini. Saat aku mencapai pintu, mendadak ponselku berdering.

Mama memanggil.

"Assalamualaikum, Ma," sapaku.

"Waalaikum salam, Ris. Kalian di rumah kan? Ibu mau mampir sebentar."

"Ya, di rumah. Aris jemput? Mama di mana?"

"Nggak usah. Mama diantar teman mama. tunggu saja setengah jam. Ya sudah ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ponsel kembali masuk kantong, aku menoleh pada Arumi.

"Bisa siapkan makan untukku. Mama mau datang. Biar aku menunggu sampai mama datang,” ucapku.

Aku kembali lagi duduk di ranjang. Menunggu Arumi yang katanya akan menyiapkan makanan

Selama menikah dengannya, kami memang sepakat merahasiakan hubungan kami yang tidak berjalan baik. Jika mama akan datang,

"Ya, Mas, Arumi siapkan sekarang."

Begitu sebaliknya, kalau mama pulang, maka aku pun ikut pulang ke apartemen.

Keputusan itu aku ambil karena tidak merasa nyaman berada dekat dengan Arumi. Dia terlalu tertutup, penampilannya yang bercadar

pun menyusahkan aku untuk mengenalkannya dia dengan teman-temanku. Semua alasan sepertinya memberatkan untuk kami bisa bersama-sama.

Aku sudah hampir terlelap

andai sebuah tepukan pada lengan tidak mengejutkan aku.

"Mama sudah sampai tuh, Mas. Ada di depan, di antar temannya."

Aku pun bangkit sambil mengusap-usap mata. Bergegas menyusul Arumi yang sekilas ujung jilbabnya tampak berkelebat saat menghilang di balik pintu.

Aku mendengar suara mama yang berbincang cukup

keras saat keluar dari kamar. Ternyata mama sedang membicarakan pengalaman perjalanannya kemari bersama dengan temannya.

"Ma, mana temannya?" tanyaku lalu meraih tangan dan menciumnya.

"Pergi sebentar, ada kepentingan. Mama nggak lama, cuma mampir saja," jawab mama.

"Loh, nggak menginap?"

tanyaku.

"Nggak bisa. Acara mama padat, besok ada pengajian rutin."

"Kenapa nggak izin saja, Ma. Jarang-jarang mama datang, masa mau langsung pulang?" Arumi menyela.

"Kapan-kapan mama datang dan menginap. Lagian, Airin di rumah sendirian dong kalau mama nggak pulang.

kesukaan Aris. Kita makan yuk ," ajak mama.

Arumi terlihat berbinar. Diterimanya rantang dari mama dan membawanya ke meja makan. Kebetulan sekali Arumi sudah menyiapkan makanan. Jadinya, menu di atas meja menjadi bertambah banyak. Kami pun akhirnya makan bertiga.

Seperti biasa, perbincangan di meja makan didominasi oleh mama Arumi.

Percakapan mereka seputar kajian yang mama jalani sebagai sebuah rutinitas dan tentang makanan. Aku hanya menjadi pendengar setia, sambil sesekali menimpali jika kuanggap perlu.

Kami sudah selesai makan. Mama memintaku duduk di teras bersamanya sambil menunggu mobil jemputan teman mama. Sedangkan Arumi membersihkan meja makan dan piring-piring kotor bekas makan.

"Ris, kalau di rumah begini, apa Arumi selalu mengenakan cadarnya?"

Pertanyaan mama benar-benar membuatku terkejut. Tidak menyangka mama masih seperhatian ini.

"Em, iya, Ma."

"Di depanmu?"

"Em, enggak. Maksudku, Arumi khawatir jika sewaktu-waktu teman-temanku datang. Mama kan tau, dulu rumah ini menjadi tempat singgah teman-teman kantor. Nggak pernah sepi, selalu ramai dengan teman-temanku."

Semoga mama percaya. Aku menggaruk-garuk belakang kepala karena takut ketauan. Aku tidak pernah berbohong pada satu-satunya wanita yang paling kuhormati di dunia.

Mobil yang menjemput mama pun tiba. Aku memanggil Arumi karena mama harus berpamitan. Arumi keluar dengan tangan yang masih basah. Dia mengantarkan mama sampai ke dalam mobil. Tidak beranjak dari halaman sebelum mobil yang membawa mertuanya benar-benar menghilang dari pandangan mata. Setelah itu, ia berbalik

mendekatiku.

"Mas mau menginap di sini ?" tanyanya.

"Tidak. Aku pulang ke apartemen saja."

Setelah menjawab, aku bergegas masuk ke kamar. Beberapa pakaian kuambil dari dalam lemari, terutama pakaian kerja. Stok di apartemen menipis, karena lebih banyak pakaian yang tertinggal di sini.

Arumi juga tidak terdengar sedang membersihkan piring-piring. Padahal aku mesti berpamitan.

"Arumi!" panggilku dari dalam kamar. Pintu terbuka, aku yakin kalau Arumi berada di meja makan, dia pasti mendengar. Tapi, hingga beberapa menit tak terdengar gerak aktivitas maupun jawabannya.

Aku pun berjalan keluar kamar, menuju meja makan dan dapur yang berada di satu

memanggil namaku.

"Mas, tolong ...."

Aku berjalan cepat mengitari halaman samping sambil mengedarkan pandangan ke seluruh bagian.

"Arumi, astaga!"

Aku menemukan tubuh Arumi mengapung di kolam renang. Aku berlari sekencang mungkin, melempar blazer sedari tadi kutenteng lalu melompat ke dalam kolam.

"Arumi! Bangun, Arumi!"

Kuraih tubuh istriku.

"Arumi! Ini nggak lucu!

Bangun, Arumi!"

Tubuh Arumi sudah tak bergerak saat aku mengangkatnya.

Aku membopong tubuh Arumi ke pinggir kolam. Rasa khawatir seketika memenuhi rongga dada.

Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya?

"Arumi!"

Aku memanggil sambil terus menepuk pipinya. Arumi tetap tak merespons. Bagaimana ini? Bagaimana kalau dia benar-benar kehabisan nafas?

Otak yang dipaksa berpikir mencari solusi

Tapi tak ada cara lain untuk menyelamatkan Arumi.

Aku tak mau dipersalahkan karena tidak segera mengambil tindakan. Maka, kupanggil namanya sekali lagi. Setelah panggilan kesekian kali tak ada perubahan darinya, terpaksa kusingkap kain cadar penutup wajahnya.

Tanpa berpikir lagi, aku meraih bibirnya, menekan agak kuat agar terbuka, lalu memberinya nafas buatan.

Beberapa kali tiupan,

belum ada reaksi apa-apa. Aku

semakin khawatir. Jangan-jangan Arumi terlambat mendapat pertolongan.

"Arumi!" Aku menepuk pipinya yang putih, menatapnya sekian detik pada wajah polos tanpa make up namun terlihat begitu ... cantik. Aku bergerak mendekatkan wajah lagi, mengulang memberinya nafas karena

masih tidak ada jawaban dari Arumi.

Kuulang berkali-kali memberinya nafas buatan, hingga satu embusan nafas entah yang ke berapa membuatnya terbatuk-batuk. Buru-buru kuturunkan kain yang menutupi wajahnya.

"Arumi!"

Aku masih memegangi kedua bahunya. Menyadari posisiku yang begitu dekat

dengannya, Arumi bangkit dengan terburu-buru, kemudian memundurkan tubuh. Ia terbatuk-batuk lagi, tiada henti.

"Maaf. Aku yang menggendongmu dari dalam kolam."

Arumi tidak memperhatikan ucapanku, dia terus terbatuk-batuk.

"Kita masuk saja, biar kamu bisa beristirahat di dalam. Sepertinya kamu terlalu banyak meminum air kolam."

1
Abdullah Ar-Roja'iy
Luar biasa
Merah Mawar
Ok cukup bagus
Bellenav
Buruk
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!