Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kacau
Wanita Pengganti Bagian 34
Oleh Sept
Tap tap tap
Derap langkah Aira semakin melemah, rasa ragu sudah mengelayuti kakinya. Ingin berbalik, tapi suara pria itu masih saja memanggil namanya berkali-kali.
"Aira ... Aira ..."
Ingin sekali menghilang saat itu juga, apalagi saat membuka kamar, pria itu sudah tidak memakai kemejanya.
"Mana bajuku?" tanya Farel yang menatap ke arah pintu. Meskipun belum tahu siapa yang membuka pintu, dia yakin itu adalah Aira, istri mudanya.
"Baju?" tanya Aira tidak mengerti.
"Tanya bibi, diletakan ke mana baju yang aku suruh dia bawa kemarin!"
"Baik, Tuan."
Aira kembali keluar, dia lantas menemui bi Susi.
"Bik, bajunya tuan Farel mana? Katanya bibi yang simpan?"
"Aduh ... Bibi lupa. Masih dibagasi mobil."
Keduanya buru-buru ke depan. Meminta security membuka bagasinya.
"Sudah, biar saya yang bawa, Non."
Pak security langsung naik ke atas tangga sambil membawa koper milik Farel.
"Letakkan di depan pintu saja," kata Aira kemudian mengucapkan terima kasih.
KLEK
Aira masuk, Farel sudah tidak ada. Namun, terdengar suara gemricik air dari kamar mandi. Sepertinya tuan pemarah tersebut sedang melakukan ritual membership diri.
Sambil menunggu Farel selesai mandi, Aira pun membuka tas koper milik Farel. Ia keluarkan isinya, mulai dari baju, celana, kaos, celana pendek, sampai baju dalaman yang cukup membuat wajahnya menghangat.
Canggung rasanya saat ia menyiapkan pakaian bersih untuk suaminya. Lebih tepatnya pria yang sudah membayarnya. Karena hubungan mereka berdasar pada jual beli lewat sebuah perjanjian.
"Aira! Mana bajuku?" teriak Farel dari dalam.
Sepertinya Farel tahu, Aira sudah ada di dalam kamar tersebut.
Tok tok tok
"Saya letakkan di atas ranjang, saya keluar dulu. Nanti kalau butuh sesuatu, Tuan tinggal panggil saya," kata Aira kemudian berbalik. Ngapain nunggu orang mandi dan ganti baju? Lebih baik ia keluar dan turun ke bawah. Jujur, Aira masih terngiang-ngiang pemandangan bukit yang tidak sengaja tempo hari. Sampai ia terbayang-bayang terus.
KLEK
Baru beberapa langkah, Aira langsung buru-buru saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.
"Tunggu! Tetap di situ!"
Suara khas menggema di ruangan itu. Rasanya jantung Aira mau berhenti berdetak. Kakinya langsung mengerem mendadak.
Tap tap tap
Derap langkah kaki Farel, begitu mengerikan. Aira merasa seperti target yang siap dimangsa dari belakang.
"Siapa yang menyuruh pergi?"
Aira semakin bergidik, apalagi ketika ia melihat handuk putih dilempar begitu saja di bawah kakinya.
"Ambilkan bajuku!" perintah Farel lagi karena Aira sudah mulai kayak patung. Farel ini seperti raja saja, maunya dilayani terus. Padahal, pakain Farel sudah ada di depannya, tapi meminta Aira mengambil.
Tanpa melihat, Aira kemudian mengambil baju tersebut, lalu memberikannya pada Farel. Sambil matanya tertutup sedikit.
Tanpa malu, mungkin malunya sudah hilang di depan Aira. Farel memakai baju dengan santai. Tidak peduli ada Aira di dekatnya.
"Tuan, saya boleh keluar?" tanya Aira sambil mencoba mengintip. Apa pria itu sudah selesai pakai baju?
"Hemm!" jawab Farel kemudian duduk di sofa. Sudah pakai baju komplit. Akhirnya Aira bisa bernapas lega. Ia pun memungut handuk Farel, lalu membawanya turun ke bawah untuk dicuci.
Tidak lama kemudian, baru juga turun, pria itu kembali memanggil.
"AIRA!"
***
Di belakang, Aira yang saat itu duduk bersama bi Susi.
"Non Aira jangan ke mana-mana. Lebih baik di atas saja," saran bik Susi yang mendengar sedikit-sedikit Aira dipanggil.
Aira sampai canggung, ia pun naik ke atas lagi. Sudah tahu, istri hamil muda, masih saja suruh naik turun tangga, apa karena dia istri bayaran? Jadi tidak perlu perlakukan seperti layaknya seorang istri betulan? Entahlah. Aira berjalan dengan pikiran yang berkecamuk.
"Iya, Tuan."
"Ambilkan makan!"
Aira mengangguk. Ia kembali turun ke bawah, tidak lama kemudian dia muncul dengan membawakan makanan untuk Farel. Tidak mau makan di bawah, dia maunya makan di kamarnya.
"Siapa yang masak? Apa ini?" protes Farel saat akan makan.
"Kenapa, Tuan?"
"Kamu yakin? Makanan ini bisa dimakan? Bau busukkk begini!"
Aira menatap heran, ia kemudian mencicipi rendang buatan bibi. Enak kok, apa lidah Farel yang salah? Karena makanan sesedap ini dikatakan busukkk.
"Ini enak, Tuan. Saya juga makan tadi."
"Ada yang salah dengan indramu!" cetus Farel kemudian meminta Aira membuang makanan tersebut.
Sesuai titah tuan besar, makanan itu pun dibawa ke dapur lagi.
Bibi sama Aira sampai bingung, apanya yang salah. Farel malah minta bikinkan mi telor sama sawi. Itu kan kesukaan Aira sebelum hamil. Karena setelah hamil, dia dilarang makan itu. Kalau tahu Nita, pasti dimarahi. Mendadak ia merasa tidak enak dengan Nita. Karena suami wanita tersebut malah sekarang ada bersamanya.
***
"Ini, Tuan."
Baru menghirup aroma mie instan, Farel langsung bersemangat. Aira sampai heran, sejak kapan selera tuannya itu berubah? Biasanya makan steak daging pilihan, atau makan healthy. Ini lahap sekali makan mi? Lapar apa doyan? Aira melirik sambil berpikir.
Kenyang, pria itu meminta Aira membawa piring, mangkuk ke dapur lagi.
"Kau kenapa?" tanya Farel yang melihat Aira sedikit meringis memegangi perutnya.
Aira menggeleng.
"Tidak apa-apa."
Farel mau menyentuh Aira, tapi urung dilakukan. Ketika sadar seperti ini, kadang dia gengsi. Lain cerita kalau sudah malam dan sudah sangat butuh. Barulah ia tepis rasa egonya.
Ia pun membiarkan Aira turun tangga, tapi memperhatikan dari atas. Hanya sesaat ia melihat, lalu kembali ke kamar lagi.
***
Ting tung
Bibi buru-buru membuka pintu.
"Biar saya aja, Bik," kata Aira yang kebetulan dekat pintu, sedangkan bibi masih memegangi sapu.
Mungkin tamunya tuan besar, pikir bibi dan Aira.
KLEK
Begitu pintu dibuka, sebuah tangan langsung terulur dan menarik rambut Aira. Ia menarik paksa rambut Aira sampai Aira tertarik.
"Kurang ajarrrr kamu ya! Berani sekali kamu menusukk saya dari belakang! Wanita murahannn ... tidak tahu diri! Berani sekali kamu kabur sama suami saya!" maki Nita sangat marah.
Dia begitu emosional ketika mendapat informasi bahwa Aira selama ini disembunyikan oleh suaminya sendiri.
"Non Nita .... Non!" cegah bibi Susi yang mencoba melerai.
Karena Nita sangat murka, ia malah mendorong bi Susi dengan keras sampai bibi nyaris jatuh.
"Diam kamu! Diam!" sentak Nita yang tidak bisa menahan emosinya.
Tap tap tap
Mendengar keributan, Farel langsung turun. Dia cukup kaget melihat Nita di sana. Lebih kaget lagi saat melihat apa yang dilakukan Nita pada Aira.
"Nita! Lepaskan tanganmu!" sentak Farel.
"Ini jadi alasan Mas gak pulang-pulang? Wanita sialann ini rupanya?" tanya Nita sambil melotot tajam.
Ia menarik semakin keras rambut Aira, sampai Aira minta ampun untuk dilepaskan.
"Non Nita ... maafkan Aira, Non. Tolong lepasin, Non."
"Diam kamu jialaaang!" gerak Nita emosi.
"NITA!" sentak Farel keras.
BERSAMBUNG
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀