“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34.
Dua bersaudara itu nampak lahap menikmati sup daging yang beberapa saat lalu disiapkan oleh Gadisya, Karena hari semakin larut, sementra mommy Stella dan papi Alex, belum bisa dipastikan kapan tiba kembali di jakarta, maka Gadisya dan Kevin memutuskan menginap, agar Emira tidak kesepian.
"Kenapa belum juga Makan," tanya Kevin manakala melihat Gadisya masih diam mengamati diri nya dan Emira yang sedang makan.
"Iya, sebentar lagi, aku suka melihat kalian makan."
'dan lagi nanti setelah kita berpisah, aku tak akan lagi menikmati pemandangan seperti ini' Gadisya membatin.
Kevin mengambil sendok dari piring Gadisya kemudian ia mulai menyuapi istrinya, awal nya Gadisya menolak, tapi Kevin memaksa.
'kenapa tidak segera makan, bagaimana jika kamu pingsan karena lapar, sementara ada anakku di dalam sana', kali ini Kevin membatin, kini sepenuh hati ia berharap Istrinya benar benar mengandung anak mereka.
Hampir hampir Gadisya berurai air mata, 'jangan seperti ini padaku, jika kamu terus seperti ini, aku tidak akan rela melepasmu,' teringatlah ia, pagi tadi sudah meminta Kevin segera menyiapkan berkas perceraian mereka.
"Kak, aku sudah selesai, aku ke kamar yah," Emira berpamitan kembali istirahat.
"Jangan lupa obatnya, nanti kakak menyusulmu ke kamar." Pesan Gadisya pada adik iparnya.
Emira mengangguk, dan segera pergi menuju kamar nya.
Gadisya mencoba mengambil Sendok dari tangan Kevin, namun Kevin menolak menyerahkannya. "Biar aku saja," ujarnya, "kamu sudah lelah memasak."
Lagi lagi Kevin menyuapi Gadisya, tentu saja Gadisya tak bisa menolak, "Sya ikut kursus setir mobil yah? Biar kamu gak repot naik angkutan umum." Kevin menawarkan sesuatu yang menurutnya penting, agar Istrinya tak perlu lagi menggunakan Angkutan umum, apalagi sampai terjebak hujan seperti tempo hari.
Tapi Gadisya menggeleng, "kenapa?" Tanya Kevin, kembali ia menyuapkan nasi.
Kevin menunggu hingga Gadisya selesai mengunyah, "karena untuk 3 bulan ke depan, ada kamu yang akan mengantarku kemanapun." Jawab Gadisya getir.
"Tapi bagaimana nanti setelah … " Kevin tak sanggup mengucapkannya, "lupakan, baiklah aku akan mengantarmu kemanapun," Perasaan Kevin pun tak kalah pilu ketika membayangkan apa yang terjadi selepas 3 bulan.
"Terima kasih." Ucap Gadisya dengan senyum.
Kevin berusaha sebisa mungkin hak membahas apa yang terjadi diantara mereka dini hari tadi.
"tadi siang naik apa kemari? Apa kamu naik taxi?"
Jadilah ia mengganti topik pembicaraan mereka.
"Iya, taxi mewah, gratis pula," jawab Gadisya ringan tanpa beban.
"Oh iya?" Tanya Kevin.
Gadisya mengangguk. Sedetik kemudian ia menyeringai, "tidak, aku bercanda, Bima yang mengantarku,"
Kevin terkejut, ingin marah, tapi apakah harus?.
Sejujurnya ia benar benar tidak rela Istrinya diantar oleh pria lain, walaupun pria itu adalah Bima, yang sudah lama menjadi teman Gadisya.
Beberapa hari lalu, ia sudah cukup marah melihat istrinya tertawa bersama Bima ketika mereka di panti asuhan, tapi ternyata kini lebih parah, Gadisya diantar oleh Bima ke rumah orang tuanya.
"Tadi nya aku sedang menunggu bis kota, kemudian Bima melintas, mau kembali ke Hotel, jadi sekalian saja dia membawaku, toh jarak hotel dan rumah ini tidak jauh." Jawab Gadisya tanpa beban, tak menyadari juga jika suaminya tengah menahan Emosi.
"Apa waktu itu, kamu dan Bima juga berencana ke panti asuhan bersama sama?" Tanya Kevin penasaran, sejujurnya sudah lama ia ingin menanyakan hal ini.
"Tidak, aku menerima kabar dari Bi Murti, asisten yang juga tinggal di panti asuhan, bi Murti bilang ibu Nani sakit, jadilah aku kesana, tapi sepertinya, bi Murti juga mengabarkan pada Bima, tentang kondisi ibu Nani, karena itulah kami ada di sana pada hari dan jam yang sama."
Sunyi, hanya denting sendok dan piring yang terdengar, "aaahh lama sekali, berikan padaku, aku ingin makan sendiri." Pinta Gadisya, kali ini dia memaksa, karena menunggu Kevin terlalu lama, sementara ia sangat sangat lapar.
Entah kenapa ia merasa begitu kelaparan, seperti tidak bertemu makanan berhari hari, padahal ketika memasak tadi ia tak berhenti makan camilan, semua camilan yang ada di kulkas ia coba satu per satu, cake, coklat, smoothies, bahkan Snack bar milik Emira pun ia makan, dan di sela sela memasak tadi ia sempatkan memanggang sosis bratwurst, agar ia berhenti mencari camilan lagi.
"Sya … "
"Hmm" jawab Gadisya.
"bagaimana perasaanmu pada Bima?"
"Hahahaha," Gadisya tertawa keras, "apa hari ini aku sedang di interogasi? Sejak tadi kamu bertanya soal Bima, kenapa tidak bertanya pada saudara kembarmu saja?"
Kevin tersenyum canggung, saudara kembar? hahaha bahkan sejak peristiwa itu, ia belum bertemu dengan Andre sama sekali. "Anggap saja begitu, lagipula aku belum terlalu mengenalmu."
"Mmm … Bima Bima Bima …" Gadisya sengaja menyebut nama Pria itu, "dia baik, Jika di panti asuhan banyak yang tidak menyukaiku, bahkan iri padaku, Bima tidak termasuk salah satu di dalamnya, justru sebaliknya, dia selalu membantuku, bahkan kerap membelaku jika para haters membully ku, karena itulah kami akrab, tak jarang kami juga belajar bersama dan saling tukar informasi."
Tak lama kemudian, Gadisya menghabiskan suapan terakhirnya.
Dan baru kali ini Kevin melihat Gadisya makan sangat banyak, setitik harapan kembali muncul, apakah Gadisya sedang hamil? membayangkannya saja ia sudah bahagia, dan mungkinkah kembar? Aaah pasti mereka lucu dan menggemaskan, hei bodoh, satu juga tak masalah kan? Iya sih mungkin dalam hal ini aku bodoh, tapi aku tetap berharap mereka kembar sepertiku, tapi jangan terpisah seperti papa ya nak, yang harus terpisah dari saudara kembar papa, kevin bermonolog, namun berakhir sedih mengingat ia baru mengetahui bahwa dirinya memiliki saudara kembar setelah berusia 15 tahun.
"Kok melamun?," Gadisya mengguncang lengannya.
Kevin sendiri terkejut, ternyata meja makan sudah bersih dan rapi kembali.
"Aku mau menemani Emira, abang istirahat yah, besok kan ada jadwal praktek jam 8 pagi." Gadisya mengingatkan jadwal Kevin.
'yah yah kok Emira sih yang ditemani, trus aku ditemani siapa? Bisa bisa aku tidak tidur semalaman'
"Kamu tidak istirahat?" Tanya Kevin penuh maksud.
"Ya istirahat, malam ini aku istirahat di kamar Emira, lagi pula besok aku libur." Jawab Gadisya riang. "Kami para wanita mau me time, selamat malam, papa G." Ucap Gadisya, tentunya kalimat terakhir diucapkan dalam hati.
Siang tadi ketika memasak, ia senyum senyum sendiri, membayangkan kehamilannya, berharap semoga ia benar benar hamil, dan jika benar, ia kan menyematkan nama G sebagai panggilan bagi janinnya, oooh rasanya sungguh berdebar, kali ini pun Gadisya masih senyum senyum sendiri, manakala ia berjalan menaiki tangga, menuju kamar Emira, meninggalkan Kevin yang diam mematung, dengan ekspresi kecewa, karena malam ini ia harus tidur seorang diri.
🌻🌻🌻
Tengah malam
Kevin mengendap endap di antara redupnya penerangan di dalam rumah, sesampainya di depan kamar Emira, ia menelinga, mencoba mendengarkan apakah di dalam sana masih ada suara ataukah tidak, dan ia bisa bernafas lega karena sudah tidak terdengar suara dari dalam kamar.
Pelan pelan ia membuka pintu, Gadisya nampak meringkuk memunggungi Emira, Kevin tersenyum menatap istrinya yang sudah terlelap, pelan dan sangat perlahan, ia mengangkat tubuh Gadisya dalam gendongannya, kemudian ia membawanya keluar menuju kamarnya, Kevin persis seperti maling yang berjalan mengendap endap setelah berhasil mendapatkan jarahan.
Namun ia tersenyum senang sesudahnya, karena sejak tadi ia frustasi tak bisa memejamkan mata, terlebih ia kembali di serang sakit kepala seperti tempo hari, ia pun heran karena obatnya hanyalah ia harus berdekatan dengan istrinya, jika bisa memeluk itu lebih baik lagi.
😂🤭🤪😅
.
.
.
.
Nah loh bang, di santet readers tuh, makanya jangan kegedean gengsinya, sekarang macam kena pelet kan 🤓😁
.
.
.
.
Sampai jumpa esok di jam kunti 👻👻👻👻
🤭🤭