NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan

Pengantin Bayangan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Cinta Paksa
Popularitas:922.6k
Nilai: 5
Nama Author: sushanty areta

Sebuah permintaan mengejutkan dari Maria, mama Paramitha yang sedang sakit untuk menikahi Elang, kakak kandungnya yang tinggal di London membuat keduanya menjerit histeris. Bagaimana bisa seorang ibu menyuruh sesama saudara untuk menikah? padahal ini bukan jaman nabi Adam dan Hawa yang terpaksa menikahkan anak-anak kandung mereka karena tidak ada jodoh yang lain. Apa yang bisa kakak beradik itu dilakukan jika Abimanyu, sang papa juga mendukung penuh kemauan istrinya? Siapa juga yang harus dipercaya oleh Mitha tentang statusnya? kedua orang tuanya ataukah Elang yang selalu mengatakan jika dirinya adalah anak haram.

Mampukah Elang dan Mitha bertahan dalam pernikahan untuk mewujudkan bayangan dan angan-angan kedua orang tuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu frame

Wajah tua kakek Hans seketika muram. Saat kepulangan Elang ke Indonesia dengan alasan sakitnya Maria, pria tua itu berpikir jika Abi lah yang meminta anak mereka satu-satunya itu pulang dengan memanfaatkan Maria. Elang adalah penerus mereka satu-satunya. Baik Abi maupun Maria sudah sama-sama tidak dalam kondisi sehat dan baik-baik saja. Tapi ternyata...Putri sulungnya itu benar-benar sakit. Mirip mamanya.

Jika orang lain yang menyampaikan kabar itu, mungkin kakek Hans tidak akan percaya, tapi sekarang Elang yang mengatakannya. Dia tau pasti cucunya itu tidak pernah berbohong.

"Lalu kenapa kau tidak mengatakannya pada kakek?"

"Kakek tidak pernah menanyakan kabar mama." jawab Elang naif.

"Tidak menanyakan bukan berarti pria tua ini tidak ingin tau. Dasar kau cucu kurang ajar!" Elang hanya pasrah mendengar umpatan sang kakek yang bahkan cenderung terlihat risau dari pada marah.

"Apa kakek ingin bicara dengan mama?" Sebenarnya Elang ragu menanyakannya. Dia sangat tau hubungan buruk yang terjadi antara kakek Hans, papa dan mamanya. Saat mengunjunginya di Londonpun kedua orang tuanya memilih tinggal di hotel dari pada datang ke rumah opanya. Maria maupun Abi takut tidak diterima disana. Pengusiran atas diri Maria masih menyisakan trauma bagi pasangan itu. Diseberang sana, kakek Hans terlihat gamang.

"Mamamu bahkan tidak mau menelepon ayahnya ini. Apa mungkin papamu yang tidak bertanggung jawab itu yang melarangnya meneleponku?" runtuk kakek Hans kesal. Dari dulu hingga sekarang, Abilah yang dia anggal biang kerok keretakan hubungan antara Maria dan kelarganya. Bagaimanapun Maria anak sulungnya, harapan besar sudah dia letakkan di bahunya. Tapi nyatanya harapan tinggal harapan, Maria mengecewakan dirinya.

"Jangan menuduh tanpa sebab opa, Elang lihat sendiri bagaimana setiap hari papa mengingatkan mama agar menelepon kakek, tapi mama selalu menolaknya." Yang dikatakan Elang adalah kejujuran. Mamanya lah yang berkeras hati tidak ingin menghubungi papanya lebih dulu.

"Opa...sampai kapan permusuhan ini akan berlangsung? Putrimu, Maria...mamaku juga..dia sedang menderita penyakit mematikan. Apa opa sama sekali tidak ingin melihat atau menghubungi mama?" Kakek Hans tetap terdiam dalam pikirannya.

"Opa..maaf jika aku mengatakan ini padamu. Tapi aku juga pernah berada di posisi mama dan papa yang sekarang. Aku memilih menyusul opa dan meninggalkan mereka karena kerasnya hatiku. Opa tau, tiap tahun mama dan papa malah mendatangiku. Tidak selamanya yang muda harus mengalah, juga tidak selamanya yang tua harus menunggu. Hidup itu hanya sekali opa..kenapa kita harus terjebak pada ego dan aturan yang dibuat entah oleh siapa? aku hanya berharap papa membuka pintu maaf untuk mama dan papaku." Hans masih terdiam, membuat Elang tau jika kakeknya memang butuh waktu untuk melakukannya. Yang bisa dia lakukan hanya menunggu.

"Jika opa masih ingin berpikir..."

"Berikan ponselnya pada Maria." katanya tegas disebarang sana. Ingin rasanya Elang bersorak bahagia saat opa Hans mengatakan kalimat itu walau masih dalam nada gamang. Dia mengangguk dan langsung menuruni tangga menuju kamar mamanya yang baru saja istirhat.

'semoga mama belum tidur.' batinnya terus berdoa. Baginya mempertermukan opa dan mamanya dalam satu frame walau dalam kamera ponsel adalah suatu kejadian langka. Adalah kewajibannya sebagai seorang anak untuk melakukannya.

Tok...tok...tok...

"Lho...Lang, ada apa?" tanya papa Abi di ambang pintu yang terbuka. Tampak sang papa yang baru pulang karena belum sempat berganti baju. Mata tajamnya mengarah pada ponsel Elang yang masih dalam mode panggilan.

"Mama masih terjaga?"

"Ya. Kau ingin bertemu? masuklah." Abi melebarkan pintu kamar agar putranya bisa masuk ke dalam. Elang berjalan cepat ke ranjang dan memberikan ponselnya pada Maria yang masih duduk bersandar di kepala ranjang.

"Papa..."bisik Maria dengan air mata yang langsung berjatuhan di pipinya. Tiga puluh tahun lebih mereka tidak bertemu, rentang waktu yang panjang untuk sebuah hubungan ayah dan anak. Tanpa sadar Maria meraba layar ponsel, seakan jemari itu menyentuh wajah sang ayah nun jauh disana. Bohong jika dirinya tak merindukan pria tua itu. Bagi seorang anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya.

"Maria..." dan sama seperti Maria, kakek Hans juga meneteskan air matanya. Hanya menatap Maria dia jadi tau betapa putrinya sangat menderita di rejam penyakit yang menggerogoti tubuhnya.

"Ba...bagaimana kabar papa?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Papamu ini sedang tidak baik-baik saja nak. Pulanglah Maria." suara serak menahan tangis terdengar dari bibir opa Hans yang terus mengusap air matanya.

"Maafkan aku papa, tapi aku sudah menjadi istri seseorang. Surgaku berada pada ridho suamiku, pa. Nanti jika suamiku mengijinkan aku akan kesana menjenguk papa." Abi menghela nafas panjang. Dia yang hanya menyimak interaksi ayah dan anak itu mendekati istrinya dan menggengaam sebelah tangannya yang lain dan menghadiahkan sebuah kecupan lembut disana.

"Sayang..jika kau ingin bertemu tuan Hans maka aku akan mengijinkanmu kapanpun kau mau. Jangan membuat aku menjadi suami yang dzalim karena melarang istrinya bertemu ayahnya. Elang akan mengantarmu besok." bisiknya sangat pelan agar tak terdengar oleh kekek Hans. Tapi Abi salah. Kamar mereka terlalu hening hingga suara sedikit saja bisa terdengar.

"Tapi..."

"Tidak ada tapi. Temuilah papamu secepatnya , minta maaflah pada tuan Hans dan kembalilah ke sisiku Maria.." kali ini Abi tersedu.Bola matanya memerah.

"Besok Elang akan mengantar mama ke rumah kakek." potong Elang saat menyadari papanya sudah tak bisa lagi melanjutkan kata-katanya.

"Dimana Abimanyu?" suara diseberang sana menggelegar membuat seisi kamar tersentak. Kakek Hans seakan mengeluarkan semua suaranya untuk menyebut nama Abi. Abi meraih ponsel dengan tangan bergetar.

"Ini saya Abimanyu tuan Hans."

"Kau tau apa kesalahanmu?" tanya kakek Hans dengan mata tajam. Abi mengangguk.

"Maafkan saya yang sudah...menghamili Maria dan membuatnya terpisah jauh dari anda. Saya juga lalai menjaga putri anda hingga Maria menderita karena....."

"Ini semua bukan salahmu sayang. Kau sudah menjadi suami terbaik untukku. Bukankah kau bilang jika hidup, mati jodoh dan rejeki itu haq Allah?" Maria masih saja terisak. Ini yang dia takutkan. Suaminya akan disalahkan jika terjadi sesuatu pada dirinya. Padahal Abi sudah berusaha amat keras untuk merubah hidup dan membahagiakan dirinya.

"Tetap saja Abimanyu yang salah Maria!"

"Tidak pa, jangan salah paham." bela Maria.

"Tidak ada yang salah paham. Abimanyu tetap bersalah. Dia merahasiakan sakitmu dari orang tuanya. Setelah itu tak mau membawamu pulang. Kenapa bukan dia saja yang mengantarmu kemari? apa dia pernah mengunjungi pria tua ini? seburuk apapun diriku, bukankah aku ini papa mertuanya? menantu macam apa yang memanggil mertuanya dengan kata tuan? sangat tidak sopan. Abimanyu, aku tidak mau tau. Besok bawa istrimu pulang ke rumah papanya! Ini perintah dan jangan coba-coba mengabaikannya atau aku akan merampas anakku kembali darimu."

"Papa......" suara Maria tercekat ditenggorokan.

"Sayang...pulanglah bersama suamimu. Papa menunggu kalian."

1
Santi
Luar biasa
Ds Phone
bahagia sampai lupa kawan
Ds Phone
apa kah dapat
Ds Phone
dah laki bini pangil yang manis aja
Ds Phone
muking betul dia cinta sama kamu
Ds Phone
nemang halal
Ds Phone
dah jadi laki apa lagi jalan terus
Ds Phone
nikah secara paksa
Ds Phone
betul betul jadi
Ds Phone
semua nya main paksa
Ds Phone
gila tu orang
Ds Phone
marah lah tu
Ds Phone
kawan baik nya
Ds Phone
bahagia sangat lah tu
Ds Phone
berita gembira tu
Ds Phone
ada ada aja yang nak di gaduh kan
Ds Phone
ya betul tu baik di lepas kan
Ds Phone
ada aja meraka ni
Ds Phone
sedih tak habis
Ds Phone
memang itu ke bahagian nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!