Oryza Sativa mengira pernikahannya selama ini baik-baik saja. Memiliki suami yang begitu perhatian dan mencintainya. Memiliki sepasang putra dan putri yang tampan dan cantik serta menggemaskan.
Memiliki mama mertua yang juga menyayangi dirinya walaupun sedikit judes, tapi ia tak mempermasalahkannya. Hingga satu persatu rahasia sang suami juga keluarganya terkuak membuatnya seperti mati rasa. Cinta yang diagung-agungkannya seketika musnah. Hatinya hancur sejadi-jadinya.
Bertahan atau melepaskan, manakah yang harus ia pilih?
Yuk, mampir di karya author D'wie!
Semoga suka.
Saranghaeyo 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.34 Keceplosan lagi
Persidangan telah dimulai semenjak dua jam yang lalu, namun hingga kini belum juga selesai. Hakim sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Hendrik yang kekeuh tak mau berpisah dengan Oryza padahal bukti-bukti perselingkuhannya telah terpampang jelas di muka hakim.
Pengacara Hendrik pun tak henti-hentinya mengelap peluh yang bercucuran di keningnya. Lawannya bukanlah pria sembarangan. Kiandra, meskipun ia masih muda, tapi jam terbangnya sudah sangat tinggi. Ia sudah terbiasa menangani kasus-kasus mulai dari ringan hingga berat. Tak sulit baginya untuk meng-skak matt Hendrik dan pengacaranya yang meskipun berusia lebih tua darinya, namun dari segi jam terbang masih kalah jauh dari Kiandra.
Yudhistira La and Firm merupakan satu-satunya firma hukum yang tak pernah sepi didatangi klien untuk meminta bantuan hukum jadi sangat wajar bila Kiandra yang usianya bahkan belum menginjak kepala tiga, tapi sudah memiliki segudang pengalaman.
"Kau ini bagaimana, jadi pengacara aja nggak becus. Masa' melawan pengacara ecek-ecek kayak gitu aja nggak bisa," bentak Hendrik dengan wajah merah padam pada pengacaranya. Kini mereka sedang berada di luar ruang sidang. Hakim meminta waktu beristirahat sejenak untuk makan siang dan melanjutkan sidang lagi setelahnya.
Pria paruh baya itu menghela nafas panjang lalu menatap tajam Hendrik yang tak ada sopan santunnya sama sekali padanya. Padahal bukan Hendrik yang membayarnya, tapi ia bersikap seolah-olah dirinya kacungnya. Kalau bukan karena Helmi, papa dari Githa, ia takkan mau membantu Hendrik yang baginya sangat bodoh melepaskan berlian demi butiran debu. Ya, wajar pengacara itu menganggap Githa butiran debu karena perempuan itu seperti tak ada perasaan sama sekali merebut suami dan ayah dari istri dan anak-anaknya. Ia juga bingung, mengapa Helmi bisa-bisanya membiarkan anak satu-satunya itu menjadi perusak rumah tangga orang lain. Apakah empatinya telah benar-benar mati sehingga tak ada rasa bersalah sedikitpun pada seorang wanita yang bergelar isteri dari laki-laki yang direbut anaknya itu? Andai ia tak memiliki hutang budi pada Helmi, ia takkan mau membela kebatilan seperti ini.
"Ya aku akui aku memang tak becus. Tapi apa kamu tahu siapa itu Kiandra? Dari firma hukum apa dia? Kau tahu, kau baru saja melepas berlian. Entah kebaikan apa yang telah dilakukan calon mantan istrimu itu sebab sepertinya ia dilindungi orang-orang hebat dibelakangnya. Kau tahu, dua gadis yang selalu mendampingi calon mantan istrimu itu bukanlah gadis-gadis sembarangan. Bila kau salah bertindak, maka ... krek ... " Pengacara Hendrik mengangkat telapak tangannya dan menggerakkannya di depan leher seperti sedang menyembelih membuat Hendrik bergidik ngeri. "Kau bisa habis," imbuhnya lagi.
"Halah, mana mungkin mereka gadis seperti itu. Aku yakin, mereka tak lebih dari sugar baby pemuas napsu para pria hidung belang. Mereka kini hendak menjerumuskan istriku juga, takkan aku biarkan. Pasti mereka pura-pura baik untuk menjerat istriku agar mengikuti jejak mereka."
"Hati-hati berbicara pak Hendrik, khususnya tentang gadis yang memakai dress merah muda itu. Ah, bukan dia saja, tapi calon mantan istrimu juga. Jangan sampai hidupmu berakhir hanya karena lambemu yang tak bisa dikontrol ini," peringat pengacara itu.
"Halah, Anda nggak usah mau mempengaruhi Hendrik! Ingat pak, Anda itu bekerja atas perintah papa. Tugas Anda itu menuruti perintah Hendrik, bukan membantah apalagi mempengaruhinya," tegas Githa. 'Walaupun sebenarnya aku tak mengapa Hendrik kalah dipersidangan karena aku tak sudi mengurusi anak-anak sialan itu.' lanjutnya dalam hati.
...***...
"Hai, mau minum?" tawar Kiandra sambin menyodorkan sebotol air mineral pada Oryza. Oryza pun menerimanya dengan ramah membuat Tisya dan Ayesha saling sikut karena melihat ekspresi pria berhoodie menggeram.
Ingin rasanya pria berhoodie itu muncul di sana, tapi apa kata Oryza nanti? Lagipula, ia masih memiliki rencana-rencana yang belum bisa dia realisasikan. Bila ia tiba-tiba nimbrung, bisa dipastikan rencananya di masa akan datang bisa gagal.
Rencana apa sih?
Ya, rencana memikat calon janda pastinya. Hahahah ...
"Terima kasih, mas," ujar Oryza saat menyambut air minum itu. "Sha, Sya, kalian mau minum? Nih, minumlah dulu, kalian pasti haus kan? Aku sebenarnya udah bawa air minum dari apartemen tadi," ujar Oryza seraya mengeluarkan botol minumnya membuat Tisya dan Ayesha terkikik geli dalam hati.
Kiandra hanya garuk-garuk kepala melihatnya. Kenapa nggak menolak aja pikirnya kalau udah bawa sendiri? Apa Oryza merasa kalau Kiandra sedang mencoba untuk modus?
"Kak, apa kabar kak Olive? Kalian masih pacaran?" cetus Tisya membuat Kiandra mati kutu.
"Oh, Olive, dia baik kok. Tapi kami udah nggak pacaran lagi," jawab Kiandra terbata.
"Lho, kenapa? Bukannya kalian udah mau tunangan ya?"
"Pertunangan kami dibatalkan," jawab Kiandra lesu.
"Eh, kok ... bisa? Maaf, kepo mode on soalnya."
"Sya," tegur Oryza agar Tisya berhenti menginterogasi Kiandra saat melihat ekspresi lesu di wajah pria itu.
"Hehehe ... maaf, kalau nggak mau cerita, yo wes lah. Tapi kalau mau cerita, Tisya mau kok jadi teman curhatnya kak Kian," ucap Tisya membuat Oryza dan Ayesha geleng-geleng kepala.
Kiandra pun balas tersenyum sumringah. Yah, begitu lah Tisya, ia sudah lama tahu kalau anak dari asisten pribadi CEO Angkasa Grup itu memang rendah hati dan selalu tampil ceria, berbanding terbalik dengan sang ayah yang merupakan duplikat map plastik laminating. 🤭
"Eh, by the way, aku suka banget liat ekspresi calon mantan suami kamu tadi, Za. Wajahnya pias banget sampe pucat gitu lantaran bukti-bukti perselingkuhannya terbongkar," ujar Ayesha sambil terkekeh. Sepertinya ia sangat senang mengenang ekspresi malu dari Hendrik tadi.
"Iya ya, Sha. Gue pikir mereka udah lama nikah, eh taunya baru aja. Selama ini mereka zina mulu. Astagfirullah, gila parah tuh orang," timpal Tisya. "Tapi hebat banget kak Kian bisa dapat bukti-bukti sekongkret itu?"
"Oh itu, bukti itu dikasiin pak Angga langsung. Entah dapat darimana, aku cuma bertugas sebagai kuasa hukum dan tim pembela aja," ujar Kiandra menjelaskan.
"Wah, Daebak! Abang gue emang yang terbaik," pekik Ayesha merasa bangga dengan senyum merekah dan mata berbinar membuat Oryza dan Kiandra memicingkan mata mereka.
"Abang?" seru keduanya terkejut campur penasaran siapa Abang yang dimaksud Ayesha itu.
Siapa yang dimaksud gadis itu, pikir mereka?
Mendengar hak itu, sontak saja Tisya menepuk jidatnya gemas. Pun pria berhoodie itu, tapi tak lama kemudian senyumnya merekah melihat tingkah absurd adik sepupunya itu.
'Apapun ... apapun itu akan aku lakukan untuk menyelamatkanmu dari pria bajing-an itu. Dan ... apapun akan aku lakukan agar bisa mendapatkanmu, Oryza Sativa,' gumam pria itu seraya membenarkan letak kacamata hitamnya.
...***...
**Aye aye, Abang Damar aneh-aneh wae! 🤣😂🤪
...Happy reading 🥰🥰🥰**...
menghibur sekali crt nya
kebanyakan nikah nya dadakan dan instan hehehe
semua Krn ulamu sendiri
coba aja klo ingin ganggu Riza bs2 segera deat dirimu git
ayoo ti ajarin Saturnus dlm bercinta..
kamu kan Uda berpengalaman
masak si sepolos itu Saturnus
di paksa nikah sama BPK Saturnus 😴😴