Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelehan Es Krim
Akhirnya, Kayla keluar juga dari kamar mandi. Sekian menit menunggu, membuat Arden gerah karena tubuh lengketnya dan kesal karena Kayla terlalu lama di dalam sana. Es krim yang dipesan, bahkan mencair di dalam gelas. Makanan yang tadi hangat menjadi dingin.
"Enggak dingin?" tanya Arden.
"Dingin," jawab Kayla.
"Kirain kamu masih ingin bertapa di dalam sana. Ya, siapa tau dapat ilham di kamar mandi."
"Lapar," kata Kayla, mengalihkan pembicaraan.
"Terus, ngapain kamu berdiam diri di dalam kamar mandi. Pengen berubah jadi siluman air?" kata Arden.
"Dewi air. Aku cantik begini," sahut Kayla.
"Kamu makan sendiri, aku sudah tadi." Arden beranjak dari sofa. Melangkah masuk ke kamar mandi.
Kayla menatap punggung Arden yang hilang di balik pintu bilik mandi. Andai pria itu tahu apa yang terjadi ketika Kayla berada di dalam sana. Berduaan di dalam kamar, membuat Kayla mengingat kegiatan semalam. Ia ingin mengulang adegan mendebarkan itu, tetapi takut akan sesuatu hal yang akan terjadi ke depannya.
Kayla menggeleng, ia mengipas wajah dengan kedua tangan. Berharap rasa panas yang tiba-tiba hadir menghilang. Lebih baik menikmati hidangan yang telah tersedia. Perutnya sedari tadi sudah keroncongan.
Lima belas menit berlalu, Arden keluar dari kamar mandi. Kayla sendiri telah selesai mengisi perut dan tengah bermain ponsel di atas tempat tidur.
Ranjang tidur bergerak ketika Arden naik. Ia mengambil begitu saja ponsel yang berada di tangan Kayla, lalu menyimpannya di atas nakas.
"Ada aku di sini," kata Arden, lalu memeluk Kayla.
"Pakai baju sana."
"Enggak mau. Aku mau memelukmu."
"Tapi aku kepanasan ditindih gini," ucap Kayla.
"Buka baju saja." Arden mendongak menatap Kayla. Ia bertumpu pada satu lengan siku untuk dapat melihat jelas wajah kegugupan itu.
Suara Kayla berat saat merasakan jemari dingin Arden masuk ke dalam pakaiannya. Jari telunjuk dan tengah menggelitik perutnya, lalu naik mencapai kain penutup.
"Aku, kan, sudah bilang. Saat bersamaku, jangan memakai dalaman," ucap Arden.
Kayla memejamkan mata, ia tahu kelanjutan dari kata-kata itu. Ini seperti tadi malam. Sentuhan yang membuat Kayla merasa candu.
Arden menangkup keranuman Kayla. Memberi tekanan lembut yang tidak kuasa Kayla tahan. Ia ingin sahabatnya membuang penghalang itu, dan sepertinya Arden mengerti apa yang Kayla inginkan.
"Buka matamu," ucap Arden.
Kayla membuka matanya perlahan. Arden langsung mengecup bibir mungil Kayla sembari jari-jarinya melepas kancing piyama yang sahabatnya pakai.
Kayla mengalungkan kedua lengannya, memperdalam kecupan yang mereka lakukan. Arden melepas handuk agar lebih leluasa bergerak, lalu membuangnya begitu saja di lantai.
Pertama kalinya Arden memperlihatkan diri seutuhnya di depan seorang wanita, dan itu adalah Kayla. Sahabatnya sedari kecil.
Kayla merasa ada yang aneh. Ia merasakan sesuatu yang dingin, lembut dipangkalnya, tetapi itu keras ketika Arden menurunkan tubuh memeluk dirinya.
Kayla melepaskan pagutan bibirnya. "Apa ini?"
Arden tersenyum. "Itu milikku."
Kayla tertegun mendengarnya. Sorot matanya mengarah ke bawah dan ia melihat benda terlarang yang tegak menantang di bawah sana.
"Mana handukmu?" Kayla panik, lalu mendorong tubuh Arden, tetapi pria itu bersikukuh untuk tidak beranjak dari hadapan Kayla.
Tadi malam tidak seperti ini. Arden hanya mengecup leher, lalu mempermainkan bagian depan tubuh Kayla saja. Sekarang Arden polos, dan Kayla tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kita lakukan sesuatu yang baru. Ini akan lebih enak dari yang semalam," ucap Arden, lalu membawa Kayla untuk duduk.
Arden membuka piyama juga pembungkus yang Kayla kenakan. Bagian atas Kayla sudah polos. Arden tersenyum kemudian ia menangkup kedua bagian yang telah mencuat puncaknya.
"Lebih terasa, kan? Kamu sudah pernah melakukannya, kenapa masih tidak terbiasa?" tanya Arden. "Tapi, melihat ujungnya, sepertinya belum pernah dihisap. Masih kecil banget."
"Jangan lakukan itu." Kayla menepis tangan Arden.
"Aku ini lebih jago dari Steve. Kamu belum pernah merasakan bibirku ini. Ayolah! Semalam kita belum melakukannya," bujuk Arden.
"Aku belum pernah melakukannya. Belum sama sekali," ucap Kayla.
Giliran Arden yang tertegun. Rasanya tidak mungkin jika Kayla belum tidur bersama Steve. Terlebih mereka sering bersama dalam satu apartemen.
"Biarkan aku mencobanya." Arden mendorong Kayla ke tempat tidur. Ia menautkan kedua tangannya di atas tangan Kayla, lalu mulai mengecup leher sampai ke bagian yang telah menanti untuk dicicipi.
Kayla tersentak ketika ujung miliknya sudah berada di dalam bibir Arden. Tubuhnya meremang, terasa panas di sekujur tubuh.
"Arden," panggil Kayla dengan suara berat.
Arden bergumam di sela kegiatannya. Bibirnya beralih dari satu bulatan ke bulatan yang lain. Tubuh Kayla seperti terbakar hasrat. Ia mengeliat agar Arden melepas pegangan tangannya.
Naluri Kayla mengarahkan tangan ke sisi kepala Arden. Jari-jarinya menelusup ke sela helaian rambut. Menekan kepala Arden agar semakin memperdalam sesapannya.
Kayla memejamkan mata, terlebih Arden menjelajah ke bagian tulang selangkanya. Memberi tanda cinta di setiap jejak yang pria itu singgahi.
Arden menarik diri, membuat Kayla merasakan kehilangan. Kayla meraih tangan Arden. Sungguh ia tidak ingin sahabatnya berhenti di tengah jalan.
"Tunggu sebentar. Aku ingin menikmati es krim rasa tubuhmu," ucap Arden.
Arden turun dari tempat tidur, ia berjalan menuju meja, lalu mengambil segelas es krim yang telah cair.
"Rasanya akan sangat luar biasa, Kay," ucap Arden.
Arden kembali menyuruh Kayla berbaring di tempat tidur. Ia menuangkan sedikit demi sedikit es krim ke tubuh Kayla, lalu mencicipinya langsung dengan indra perasa.
Yang dikatakan Arden memang benar. Kayla merasakan sensasi yang luar biasa terlebih ketika lelehan es krim itu dituangkan langsung ke puncak ranum miliknya. Arden menyesap, memutar ujung bulatan dengan indra tak bertulang miliknya.
Dari sana, lelehan es krim turun ke perut hingga bermuara di titik pusat Kayla. Indra perasa Arden turun ke bawah. Menyapu bersih kulit Kayla, lalu menghirup lelehan itu pada pusatnya.
Tanpa sadar Kayla mengangkat tubuh yang membuat perhatian Arden terarah ke lembah terlarang miliknya.
Sial! Aku sungguh ingin mencicipi miliknya, batin Arden.
Bersambung