NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 - Tidak memberi kesempatan lagi

Hari ini Author bakal up lebih dari dua kali. Pastikan tinggalkan like disetiap episode yang Author post ya 🙏 terima kasih 💕

__________

Nev tiba dikamarnya bersama Feli, tidak ada yang bersuara diantara mereka berdua.

Feli ingin membantunya berbaring ditempat tidur, tapi Nev benar-benar tak mau ada sentuhan fisik antara dia dan wanita itu.

"Kembalilah ke kamarmu," ucap Nev pelan pada Feli.

Feli menggeleng. "Aku akan membantumu, Nev." jawab wanita itu.

"Keluar dari kamarku sebelum kesabaranku habis." kata Nev menegaskan.

"Nev, diluar ada Nenek. Apa kata Nenek kalau beliau tahu kita sudah pisah kamar?" protes Feli.

Nev berdecih mendengar ucapan Feli, matanya menatap tajam pada wanita itu.

"Kita sudah berpisah, Feli. Walaupun putusan dari pengadilan belum jatuh. Tapi aku sudah menceraikanmu. Jadi, apapun tanggapan Nenek, I dont care about it ..." ucap Nev menekankan kata-katanya.

Wajah Feli berubah pias, kemudian dia terduduk didepan Nev yang masih berada dikursi roda.

"Nev, maafkan aku ... aku mohon berilah aku kesempatan sekali lagi, Nev."

Nev tersenyum sinis. "Jika kau benar-benar tulus dengan permintaan maafmu, seharusnya sejak lama kau mengakui perbuatanmu, Feli."

Tiba-tiba Feli sudah terisak dibawah kaki Nev, "Aku tahu Nev, aku tahu semua ini salahku. Bantu aku memperbaikinya. Aku akan bertanggung jawab mengasuhmu. Aku akan menerima kondisimu, Nev. Beri aku kesempatan kedua." ucap Feli terisak-isak.

Nev menggeleng. "Seharusnya kau tahu kesempatan yang ku beri dulu adalah kesempatan terakhirmu." jawabnya sengit.

Feli terdiam, ucapan Nev benar-benar menyudutkannya, harus dengan cara apa dia meluluhkan hati suaminya ini?

Feli pun sudah tak tahu, rasanya dia ingin menyerah, tapi dia baru menyadari, bahwa sekarang dia telah memiliki seberkas perasaan untuk Nev. Perasaan itu pula lah yang menuntut agar dia tetap mempertahankan Nev. Perasaan egois yang ingin memiliki Nev.

"Keluarlah, Feli." tegas Nev lagi sembari menatap Feli yang terdiam.

Feli menggeleng kuat-kuat. "Aku akan tetap menemanimu disini. Aku tidak peduli." jawab Feli kekeuh.

Melihat Feli yang mati rasa tanpa ada rasa malu, membuat Nev semakin muak.

"Baiklah, kalau begitu aku saja yang keluar." Nev mendorong kembali kursi rodanya menuju pintu dan Feli mencegah hal itu sembari menangis dipangkuannya.

Mungkin Feli berharap belas kasih Nev sekarang. Tapi, Nev sudah memutuskan dan tidak ada satupun yang bisa merubah keputusannya. Waktu dua tahun sudah cukup diberinya pada Feli dan kini dia benar-benar harus mengikis tuntas seorang perempuan yang telah menjadi parasit di kehidupannya.

"Minggir..." ucap Nev pelan, berharap Feli menyingkir dari pangkuannya karena dia sudah malas sekali melihat drama yang Feli pertunjukkan dihadapannya ini.

Feli mengadah pada Nev dengan mata basah, kemudian wanita itu menggeleng kuat sebagai isyarat tak mau pergi dari posisinya.

"Sudah ku bilang, minggir!!!" senggak Nev yang sudah habis kesabarannya.

Suara bariton Nev yang kuat dan tegas, berhasil membuat nyali Feli menciut. Feli mengkerut dan perlahan-lahan beringsut dari sisi Nev untuk kemudian membiarkan Nev pergi membuka pintu kamar, lalu keluar dari ruangan--meninggalkan Feli sendirian dengan rasa yang sulit dijelaskan.

"Nev ..." lirih Feli memandangi punggung Nev yang sudah hilang disebalik pintu.

Kali ini, Feli menangis bukan karena akting seperti yang biasa dilakukannya didepan Nev.

Kali ini, Feli menangis sungguh-sungguh, dari lubuk hati yang terdalam, dia benar-benar menangisi keadaanya sendiri.

Feli menangisi kebodohannya, menangisi penyesalannya dan juga menangis karena dia benar-benar telah kehilangan Nev untuk selamanya.

Andai dulu Feli menerima takdir sebagai istri Nev. Keadaannya pasti tidak akan serumit ini.

Andai pula dulu-- tidak ada rencana jahat yang Feli cetuskan kepada Andreas, mungkin Andreas masih hidup dan Nev masih dalam keadaan sehat.

Mungkin juga Feli bisa mencintai Nev seiring waktu kebersamaan mereka. Buktinya sekarang dia telah jatuh hati pada lelaki dingin itu.

Semuanya benar-benar terlambat. Semuanya sudah kadaluarsa dan keputusan Nev untuk membuangnya adalah keputusan yang benar tapi tetap saja tak bisa Feli terima.

Kini tinggallah Feli dalam rasa kepahitan. Bagai pesakitan yang hanya bisa menerima apapun yang terjadi. Pasrah, Karena usahanya tidak pernah ternilai oleh Nev. Dan apapun yang dia perbuat, tidak akan pernah dihargai oleh suaminya itu.

Bahkan airmatanya yang mengalir saat ini pun--dapat dipastikan-- jika Nev menganggap itu hanyalah airmata palsu.

Segala tindakan yang Feli lakukan untuk mempertahankan Nev disisinya pun tetap akan percuma, karena Nev akan selalu menganggap semua itu hanya drama atau mungkin semacam opera sabun yang menghiburnya.

Feli tetap tidak bisa merubah keputusan Nev, dan dia cukup tahu itu.

Semua memang salahnya, dan dia sangat menyesalinya sekarang. Tapi itu sangat-sangat terlambat.

...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...

Nev masuk ke ruang kerjanya, dia tidak habis pikir dengan kelakuan tak tahu malu yang Feli pertontonkan padanya.

Namun, Nev mencoba untuk tetap tenang, karena Senin besok, Bian akan menyerahkan pengajuan permohonan cerainya pada pengadilan Agama.

Nev beberapa kali memijat pangkal hidungnya yang terasa pening. Sampai akhirnya dia memilih untuk mengistirahatkan diri.

Nev membawa kursi rodanya menuju sofa, walau sofa diruang kerjanya itu tak terlalu panjang, tapi malam ini dia akan memutuskan tidur disini daripada kembali ke kamar dan menemukan Feli yang masih berada disana.

Sebuah senyuman terbit dari sudut bibirnya, karena tiba-tiba teringat momennya makan berdua bersama Raya di sofa yang sama.

Setelah benar-benar yakin dengan dirinya, Nev mencoba berdiri menggunakan kedua kakinya sendiri untuk kemudian mendudukkan diri di sofa.

Kegiatan yang tak terlalu sulit tapi berhasil membuat pelipisnya sedikit berpeluh karena usaha itu cukup menguras energinya.

Selama ini, Nev sering berlatih, baik itu secara mandiri ataupun didampingi oleh Dokter spesialis Neurologi yang menanganinya-- dia berlatih untuk merubah posisi dari duduk menjadi berdiri dan sebaliknya, dari berdiri ke duduk. Dia juga berlatih berjalan sedikit demi sedikit.

Sejauh ini perkembangan kondisinya cukup baik dan Dokter selalu memberinya keyakinan untuk sembuh. Mengingat kondisi yang dia alami bukanlah kelumpuhan permanen, melainkan kelumpuhan sementara.

Jadi, kemungkinan untuk sembuh masih ada dan dalam kasus yang dideritanya, bukan tidak mungkin jika dia bisa sembuh secara spontanitas.

Setelah duduk di sofa, Nev menyandarkan punggungnya di sandaran kemudian mulai memejamkan matanya, karena percuma jika dia berbaring--sofanya tidak akan mampu menampung tinggi badannya.

Mata Nev sudah terpejam, namun pikirannya justru sudah kemana-mana.

Dia memikirkan permasalahannya.

Walau dia tidak pernah peduli lagi dengan nasib Feli. Tapi, kehadiran Nenek dirumahnya--sedikit banyak membuatnya gamang akan permintaan wanita yang dihormatinya itu.

Menuruti keinginan Nenek untuk tetap mempertahankan rumah tangganya? Itu tidaklah mungkin.

Mengakui pada Nenek tentang perbuatan Feli-- sebenarnya bisa saja, tapi dia benar-benar tak ingin Neneknya tahu apa yang dilakukan Feli, kenapa?

Jawabannya karena Nev masih menghargai Neneknya, dia takut Neneknya syok jika tahu Feli adalah salah satu dalang penyebab kelumpuhannya.

Tapi, bukan tidak mungkin dia mengatakan yang sesungguhnya pada Nenek jika saatnya memang sudah tepat. Rasanya, dia dilanda kebimbangan untuk memberitahu sang Nenek.

Benarkah Neneknya harus tahu? Atau semua ini dia simpan rapat, namun tetap mengurus perpisahannya dengan Feli secara perlahan, tanpa sepengetahuan Nenek?

Nev membuka matanya tiba-tiba, membuyarkan lamunannya tentang permasalahan pelik ini.

Feli sendiri yang telah membawa Nenek masuk kedalam rumah tangga mereka. Itu berarti Nenek berhak tahu segalanya, termasuk borok yang selama ini Nev sembunyikan dari Neneknya.

Tidak ada yang perlu ditutupi dan Nev yakin dengan keputusannya. Semoga Nenek bisa memaklumi dan perpisahannya dengan Feli cepat selesai.

...Bersambung ......

1
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
Iin Karmini
Luar biasa
Kpop Lovers
Aku nangisssss astagaaa... terharu rasanya bahagia banget padahal cuma novel doang.. 😭😭😭😭😭
Yanti Sasmira
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!