Aku Juga Istrimu

"Kenapa nak .. Dalam tradisi keluarga kami, setiap anggota keluarga akan tinggal di rumah besar bersama." Umi Khadijah menatap lembut.

"Bukankah saya ini hanya menantu yang tidak diinginkan? Saya yakin anggota keluarga yang lain tidak akan setuju kalau saya tinggal di sana." Btari mencoba mencari alasan.

"Pemegang keputusan di rumah itu aku sayang, jangan khawatir! tidak akan ada satu anggota keluarga yang akan mengusikmu, karena aku sendiri yang memintamu tinggal di rumahku." Umi Khadijah membujuk.

"Maaf umi .. Saya sangat keberatan kalau pindah ke sana, bukan kah umi hanya meminta kami untuk memulai hidup baru dan mencoba untuk menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya? Dimana pun kami tinggal tidak jadi masalah bukan?" Btari tetap keberatan.

"Ayolah Tari .. Rumah nenek sangat besar! Semua saudaraku yang sudah menikah juga tinggal di sana, semua mempunyai hak privasi." Fauzan ikut membujuk, kalau sampai Btari tidak mau, kariernya akan dicopot.

"Abang memaksaku seperti ini karena alasan kemarin atau ada alasan lain?" Btari menatap Fauzan sebal.

"Bukan .. Bukan Btari .. Berhari hari hidup sendiri, membuat aku terbiasa." Fauzan gugup.

"Bisa tidak abang jujur, aku yakin ada alasan lain melihat abang kekeh memintaku hidup bersama, padahal jika melihat ke belakang, abang juga paling kekeh memintaku untuk tetap menjadi orang asing yang tidak saling mengenal, dan hidup sendiri sendiri seperti saat kita bertemu? Aku curiga alasan abang pasti untuk kepentingan abang sendiri bukan." tukas Btari tepat sasaran.

"Jangan menuduhku dengan tuduhan kejam seperti itu." Wajah Fauzan memerah, ia berusaha menutupinya.

"Apa yang aku katakan berdasarkan fakta, bukan asal menuduh!" Btari sewot.

"Sudah .. Sudah .. Mungkin saat ini kalian memutuskan untuk tinggal bersama karena suatu alasan tertentu, tidak jadi masalah yang penting kalian berdua mau hidup bersama ... Dengan hidup bersama, kalian bisa saling lebih mengenal satu sama lain ... Seiring waktu kalian berdua akan saling mencintai." umi Khadijah melerai, dari tadi dua orang ini selalu adu mulut melulu.

Btari dan Fauzan saling lirik, mereka kompak mengatakan lewat lirikan mata kalau keduanya tidak akan pernah saling mencintai. Umi Khadijah nyaris tergelak melihat interaksi keduanya. Sekarang mereka berdua memang masih saling tidak menyukai. Tapi nanti, umi Khadijah yakin keduanya akan saling mencintai dan tak akan terpisahkan.

Kejadian mereka berdua dirazia di dalam hotel lalu dinikah kan paksa oleh petugas diyakini Umi Khadijah sebagai scenario Tuhan untuk menyatukan mereka dan memisahkan Fauzan dari Fara dan keluarganya.

Selama ini berbagai upaya telah Umi Khadijah lakukan untuk memisahkan Fara dan Fauzan. Usahanya tidak pernah berhasil. Umi Khadijah tidak menyukai keluarga besar Prakoso. Keluarga besarnya Fara. Terutama pemimpin keluarga ini .. Imam Prakoso. Umi Khadijah tahu benar siapa Imam Prakoso. Manusia paling serakah yang pernah ia temui di dunia ini.

Usaha bisnis keluarga ini berasal dari mencaplok usaha milik orang lain dengan cara yang curang. Dan bodohnya .. Putra sulungnya si Zakaria malah bersahabat dengan Ginanjar Prakoso. Dan lebih parah lagi, Zakaria menjodohkan Fauzan putranya dengan Fara.

Umi Khadijah yakin semuanya ini pasti scenario Imam Prakoso. Sejak dulu, laki laki itu ingin menguasai kerajaan bisnis keluarganya. Terutama bisnis rumah sakit dan farmasi keluarga Maulana.

Imam Prakoso pernah membangun rumah sakit untuk menyaingi rumah sakit milik keluarganya. Tapi tidak pernah berhasil, masyarakat lebih memilih rumah sakit milik keluarganya. Hingga rumah sakit milik Imam Prakoso kolaps.

Saat ini yang lebih penting adalah menyelamatkan Fauzan dari cengkraman keluarga Prakoso. Umi Khadijah tahu kalau Zakaria dan Fauzan sudah berbaikan lagi dengan keluarga Prakoso.

"Baiklah nenek setuju kalian berdua tinggal di rumah Btari, dimana pun kalian tinggal tidak jadi masalah! Yang penting kalian selalu bersama .. Fauzan bersiaplah untuk pindah ke rumah istrimu!" umi Khadijah memecah keheningan.

"Iya nenek!" Fauzan mengangguk lega, kariernya tidak terancam dicopot oleh neneknya, dimana pun dia tinggal tidak masalah sekarang. Bahkan sangat menguntungkan untuknya kalau harus tinggal di rumah Btari. Ia bisa tidak pulang ke sana, Neneknya tidak akan mengetahui perbuatannya.

"Baiklah ... Nenek lega .. Masalah pernikahan kalian sudah mendapat solusinya .. Kalian akan tinggal bersama dan memulai membuka lembaran hidup baru! Setiap hari nenek akan menjenguk kalian berdua .. boleh kan Btari?" Umi Khadijah sumringah, membuat Fauzan menelan ludah kalau setiap hari nenek berkunjung, ia tidak akan bisa menjalankan rencananya.

"Tentu saja boleh umi." Btari menjawab.

Acara makan bersama telah usai. Umi Khadijah mengajak Fauzan dan Btari shopping pakaian ke butik langganannya. Umi Khadijah banyak membelikan baju couple untuk Fauzan dan Btari. Keduanya tidak bisa menolak.

"Umi .. Sudah umi belanjanya .. Ini kebanyakan untuk saya." Btari menolak, saat umi Khadijah memilihkan tas dan sepatu branded untuknya.

"Sudah jangan menolak! Ini akan kamu gunakan saat berkumpul bersama keluarga besar Maulana .. Aku tidak ingin melihat kamu diremehkan oleh segelintir anggota keluarga Maulana yang suka meremehkan penampilan orang." ucap Umi Khadijah.

"Tidak apa umi ... Umi tidak perlu khawatir, Saya tidak akan baper hanya karena diremehkan atau dihina oleh orang! Sejak kecil sampai sekarang saya sudah kenyang dengan berbagai hinaan dan disepelekan orang." Btari menenangkan.

"Mulai sekarang tidak boleh ada orang lain yang meremehkan dan menghinamu Btari sayang ... Statusmu kini sudah menjadi bagian keluarga Maulana! Mulai sekarang jangan diam saja kalau dihina oleh orang lain, lawan lah mereka .. Nenek ada dibelakangmu." Umi Khadijah mengelus kepala Btari yang tertutup kerudung paris.

Btari tidak lagi membantah atau menolak lagi saat dengan santainya umi Khadijah membelikannya berbagai macam tas dan sepatu bermerk. Dari toko sepatu, umi Khadijah menggandengnya masuk ke toko jewelery. Di toko perhiasan ini, umi Khadijah membelikan gelang, cincin, kalung bahkan bros emas untuk hiasan hijab bertatahkan berlian.

Btari sudah menolak semuanya. Tapi tetap saja umi Khadijah memaksa menerimanya. Kata beliau ini sebagai hadiah pernikahan darinya. Btari tidak bisa lagi menolaknya.

"Nenek senang hari ini bisa bepergian bersama kamu Tari .. rasanya nenek tidak mau berpisah darimu! Seharusnya setelah berbelanja dan acara makan bersama, kita pulang ke rumah besar .. Tapi karena kamu tidak mau tinggal di rumah besar .. Kita jadi berpisah." Umi Khadijah merajuk.

"Hanya berpisah sementara umi." Btari menggenggam tangan Umi Khadijah.

"Umi harap suatu hari nanti, kamu mau tinggal bersama di rumah umi." Umi Khadijah merayu.

Btari hanya bisa meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, untuk yang permintaan umi Khadijah satu ini, Btari tidak bisa mengabulkan.

"Baiklah .. Kalian berdua pulang lah! Fauzan mulai hari ini kamu pindah ke rumah istrimu, perlakukan istrimu dengan baik!" Umi Khadijah menatap tajam cucunya.

"Iya nek!" Fauzan mengangguk.

"Nenek akan pulang, sopir sudah menunggu .. Fauzan .. Antar nenek ke mobil." pinta Umi Khadijah.

"Ingat Fauzan, pernikahanmu dengan Btari bukan permainan, jalani rumah tangga ini dengan benar! Lupakan Fara, putuskan hubunganmu dengan Fara mulai detik ini! Nenek tahu kamu menemui wanita itu lagi untuk merajut hubungan kembali! Buka matamu lebar lebar agar kamu tahu siapa sebenarnya keluarga Fara." Umi Khadijah berbisik di telinga Fauzan, agar tidak terdengar Btari.

"Iya nek." Fauza tak bisa membantah.

"Besok malam .. Ajak istrimu makan malam di rumah .. Pakai baju salah satu baju couple yang nenek belikan!" pinta umi Khadijah.

Fauzan mengangguk. Besok malam ia harus bersiap menerima amukan uminya, jika pulang membawa serta Btari.