NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Do Love Exist?

Saat Bulan masuk ke dalam mobil, suasana sudah terasa tegang. Juno tidak bicara sepatah katapun, tapi dari caranya menggenggam setir mobil Bulan tahu kalau laki-laki itu sedang menahan perasaan. Ia menarik nafas, kenapa hubungannya dengan laki-laki ini terasa sangat sulit. Sebelumnya ia tidak pernah memiliki hubungan dengan laki-laki manapun sehingga semuanya terasa baru. Ia mengira memiliki hubungan spesial itu akan sangat menyenangkan tapi ternyata lebih banyak menguras energi.

“Kapan pulang dari Surabaya?” mencoba untuk mencari topik untuk memecah kesunyian.

“Jangan memindahkan topik” balas Juno, Bulan menghela nafas, yah ini sih alamat jadi panjang lagi pikirnya.

“Ya boleh kalau mau melanjutkan topik tadi, tapi baiknya dengan kondisi tenang jangan emosi kaya gini” Bulan menatap lekat Juno, entah kenapa terasa ada yang berbeda dari laki-laki ini pikirnya, dulu terlihat dingin tapi tetap terlihat menyenangkan. Sekarang ia melihat kalau laki-laki yang duduk di sampingnya itu seperti penuh kesedihan.

“Sejak kapan kamu kenal Marissa?” pertanyaan telak yang membuat Bulan sadar kalau ia belum mendiskusikan soal kepindahannya.

“Hmm… mba Icha aku kenal sejak pindah ke divisi Konsultan Bisnis. Pak Kevin memintaku membantu dia karena ada pengembangan di divisi itu” jelas Bulan dengan semangat, tapi semangat itu tidak menular pada pasangannya.

“Kapan dia minta kamu bergabung?” tukas Juno dingin.

“Hmm… 2 minggu kemarin” jawabnya pendek

“Setelah kita bertemu di Mall dulu?” tanya Juno cepat. Bulan mengangguk, ia tidak sadar kalau Juno tidak melihat anggukannya.

“KAPAN?” ucap Juno keras, Bulan terhenyak jarang ia mendengar bentakan darinya.

“Iya setelah bertemu di Mall dulu, kenapa memang? Aku salah?” akhirnya ia kesal.

“Kenapa kamu tidak menanyakan padaku soal kepindahan ke divisi laki-laki itu, aku sudah bilang kalau aku tidak suka kamu dekat dengan anaknya”

“Ini bukannya menjauh malah bekerja dengan dia… BRAK” Juno memukul setir dengan keras. Rasa kesalnya menjadi semakin memuncak.

Bulan diam, air matanya sudah menggenang di pelupuk mata,

‘Kenapa saya tidak boleh pindah ke divisi dengan Pak Kevin. Dia itu kan suaminya teman Kak Juno… Elma itu anaknya teman Kak Juno…”

“Disana aku bisa naik posisi menjadi Supervisor, aku sudah tiga tahun lebih di divisi Pajak sudah hafal semua permasalahan disana, aku ingin berkembang mencari pengetahuan baru”

“Selama ini kita tidak pernah membicarakan soal pekerjaan kita masing-masing, kenapa tiba-tiba sekarang pekerjaan yang aku lakukan menjadi suatu masalah besar” air mata mulai mengalir di pipinya.

“Mbak Icha orangnya baik, ia banyak membantu menjelaskan banyak hal baru. Pak Kevin juga begitu. Aku menemukan suasana yang menyenangkan disana.”

Bulan menghapus air mata dengan tangannya, ia memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

“Sebetulnya kita ini apa?... hffftttt” Bulan menghapus air mata dan ingus yang mulai keluar dari hidungnya.

“Jangankan untuk ukuran orang yang sudah bertunangan … untuk orang yang berteman pun kita tidak masuk kategori berteman baik”

“Aku ternyata sama sekali gak kenal sama Kak Juno.... laki-laki yang aku kenal sejak kuliah tingkat satu itu… ternyata bukan laki-laki yang aku kenal…. hffffftt” Bulan tidak bisa menahan perasaan sedihnya, rasanya malu ditarik paksa di depan seniornya tadi di kantor.

“Selama ini aku mengira aku mengenal Kak Juno dengan baik… tapi kenapa semakin kesini aku malah semakin gak kenal…hffft….” tasnya didekap di dada seakan mencoba menahan gejolak perasaan yang menghimpit dadanya. Juno diam mendengar Bulan menangis rasa amarahnya menjadi tertahan. Selama ini tidak pernah ia melihat Bulan menangis di hadapannya.

“Aku hanya ingin kamu menjauhi anak itu, itu artinya tidak berurusan juga dengan laki-laki itu” Juno menjawab pendek.

“Tapi kenapa? Apa alasannya?” jawab Bulan cepat, ia menatap Juno dengan kesal. Saat itu mereka sudah di depan kosannya.

“Untuk alasan ini, kamu belum waktunya tahu. Cukup ikuti saja permintaanku” Juno menatap lurus kedepan, mukanya tampak dingin.

“Aku bukan anak kecil yang bisa diperintah tanpa alasan yang jelas. Pekerjaan yang aku lakukan sekarang menghidupi aku dan rencana keluargaku kedepan”

“Paling tidak berikan aku alasan yang masuk akal, sehingga aku bisa mempertimbangkannya” lanjut Bulan.

Juno diam tidak bergeming matanya tak sedikitpun menatap Bulan.

Bulan menghela nafas. Setelah menunggu beberapa lama, ia paham kalau Juno tidak akan menjelaskan apapun.

“Bapak kemarin bilang, tunangan itu pada prinsipnya adalah upaya saling mengenal satu sama lain, sebelum masuk ke jenjang pernikahan”

“Aku menghargai niat baik Kak Juno yang langsung mengajak aku bertunangan tanpa melalui proses pacaran… yah mungkin karena usia kita sama-sama dewasa”

“Tapi kalau pada akhirnya kita tidak bisa terbuka, aku tidak akan pernah mengenal Kak Juno… kita akan tetap menjadi orang asing”

Juno tampak mengeratkan tangannya di stir mobil.

“Aku sudah lelah, kita bicarakan lagi ini nanti” ucapnya pendek, matanya tidak sekalipun menatap Bulan.

Bulan tersenyum sedih,

“Kalaupun Kak Juno mungkin tidak mencintai saya, tapi paling tidak kalau kita akan menikah, kita harus saling menyukai”

“Kita akan tahu apakah seseorang itu menyukai atau tidak, kalau dia suka menatap kita. Kak Juno tidak pernah sekalipun menatap aku” ucapnya pendek. Dibukanya pintu mobil dan berjalan perlahan menuju pintu gerbang kostan.

Ia tidak menunggu Juno hingga pergi meninggalkan kost an, hatinya terlalu lelah untuk sekedar bersopan santun. Kilatan lampu yang bergerak menandakan kalau laki-laki itu sudah pergi, ia menarik nafas dan memandang ke belakang. Sudah waktunya ia menyiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Keesokan paginya, Bulan melihat matanya tampak agak sembab, berusaha menutupi dengan concealer dan memberikan tambahan eyeliner dan eye shadow. Untunglah perpaduan mata Ibu dan Bapak melekat di matanya, mata Bapak yang besar diberikan sudut menyipit diujung dari Ibu sehingga mata Bulan seperti kacang almond.

Bulan menatap pantulan dirinya di kaca, ia tampak berbeda, dengan model pakaian yang baru dan makeup yang lebih dipertegas membuatnya seperti perempuan yang berbeda. Untuk orang yang memperhatikan mungkin akan menyadarinya, tapi kemarin tidak ada ucapan apapun dari Juno tentang penampilannya. Artinya benar apa yang ia pikirkan semalam kalau Juno selama ini tidak pernah memperhatikan dirinya.

Sesampainya di kantor, ia datang paling pagi. Coffee Maker yang ada di meja rapat tampak tidak pernah dipakai. Dilihatnya merk dan jenis dari alat pembuat kopi itu, ternyata ada tutorial cara membuatnya di youtube, sambil menunggu rekan kerja datang, tampaknya ia ingin mencoba membuat kopi untuk bisa dinikmati bersama.

Ternyata mudah, sekarang memang mudah untuk belajar mandiri. Asalkan saja ada keinginan, semua informasi pengetahuan dapat diakses di internet. Hanya saja memang untuk beberapa orang ada yang tidak biasa untuk mencari bahan informasi sendiri. Terlalu tergantung pada orang lain, perlu disuapi dan diberitahu baru mau belajar.

Aroma kopi menguar di ruangan kantor, Bulan menarik nafas panjang ada rasa bahagia yang muncul saat mencium aroma kopi di pagi hari.

“Selamaat pagiiiii….. Uaaaaaahhhh haruuum apa ini… bukan pengharum ruangan kan …..”

“Wuaaaaaahhhh kopiiiii….” Anjar selalu saja mengekspresikan diri dengan cara satu level di atas orang lain.

“Gimana? heheheheh aku udah bisa bikin kopi di alat ini… harum yaaa?” Bulan tertawa melihat reaksi Anjar yang seperti berjalan melayang-layang di udara.

“Lebay kamu” Bulan mencibir.

“Waaah ini harumnya kebangetan shay…. Coba kamu dari dulu kamu kerja disini” Anjar langsung menengok ke arah coffee maker.

“Tadi sarapan dulu engga Njar?… jangan langsung minum kopi ntar maag kamu kena” Bulan mencoba mengingatkan, khawatir kalau Anjar belum sarapan terlebih dahulu.

“Jangan khawatir maknyak gak pernah ngijinin gw ngantor kalau belum sarapan” ia mengambil cangkir kopi yang sudah disiapkan Bulan di meja rapat.

“Passsss…. Gak terlalu pahit tapi masih terasa gurih dan kental” ucap Anjar bergaya seperti seorang Barista. Bulan tersenyum mengejek

“Lagakmu tuh Njar… “ ucapnya sambil beranjak ke meja kerja, sudah jam delapan tiga puluh, tidak perlu memakai CCTV untuk memulai pekerjaan, lakukan dengan kesadaran penuh.

“Bintang… kita progres repot yuk… mumpung bos besar belum datang” Anjar membawa laptop ke meja rapat dan menghidupkan projector. Bulan mengikutinya, lebih enak kalau bekerja itu dalam team work saling memberikan masukan akan pekerjaan yang sudah dilakukan.

Terkadang karena terlalu fokus pada pekerjaan kita tidak melihat sisi kecil kekurangan dalam pekerjaan kita. Kalau diibaratkan karena kita berada dalam mangkuk pikiran kita hanya berputar di mangkuk pekerjaan itu saja. Berbeda saat orang lain yang berada di luar mangkuk, mereka akan bisa melihat dalam pandangan yang lebih luas dan bisa memberikan saran dan masukan yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Itu sebabnya meminta pendapat orang lain bisa memberikan manfaat istilah kerennya kritik membangun.

“Weiiis angin dari mana ini Anjar pagi-pagi udah duduk manis ngerjain project” Marissa datang jam sembilan. Tampilannya selalu tampak cantik dengan rambut yang tertata di blow dryer dan makeup minimalis.

“Dari dulu juga aku rajin… cuma gak ada partner aja jadi gak keliatan, kalau kaya gini kan enak, sambil ngopi ada temen diskusi… fuiiiih nikmat mana lagi yang kau dustakan'' Anjar tampak tidak terganggu dengan sindiran Marissa, Bulan tertawa melihat kelakuan temannya, tersenyum mengangguk pada Marissa yang menatapnya dengan tajam.

Bulan merasakan kalau Marissa menilai dirinya berbeda, saat siang hari Marissa mengetahui kalau Bulan sudah bertunangan hal itu dianggap lumrah olehnya. Akan tetapi saat mengetahui kalau tunangan Bulan adalah Juno, membuat Marissa melihat Bulan dalam kacamata yang berbeda.

“Nanti siang aku mau bicara sama kamu sebelum istirahat” ucap Marissa saat Bulan menyelesaikan diskusi dengan Anjar. Bulan mengangguk ia sudah memperkirakan kalau seniornya akan membicarakan hal yang pribadi dengannya.

Saat waktu menunjukkan jam 11.30 Marissa menghampiri meja Bulan.

“Bulan bisa ikut saya untuk meeting dengan PT. Dascona. Kita makan siang di luar saja… kamu bawa company profile yang full edition” rupanya pembicaraan tidak dilakukan di kantor, Marissa sengaja mengajak Bulan untuk rapat keluar.

“Aku gak diajak nih” Anjar langsung protes.

“Kamu ntar temenin Bos Kevin rapat sama Direksi…. Kita mau Girls Time… kecuali kalau kamu mau jadi girls boleh ikut” Marissa membawa dokumen rapat dan bergegas keluar.

‘Selamat… anda menjadi Kuncen” Bulan menjulurkan lidah sambil keluar, biasanya dia yang jadi penunggu ruangan. Anjar terduduk lesu, acara rapat diluar kantor adalah aktivitas yang paling disukainya. Ia paling malas rapat dengan Dewan Direksi, lama dan membosankan.

Perjalanan ke kantor klien hanya tiga puluh menit, kemampuan menyetir Marissa memang ok, sangat mengenal daerah yang macet sehingga bisa segera berputar mencari jalan yang lancar.

“Kita makan siang disini, tempatnya cozy gak jauh dari DBS Tower” ucapnya sambil membelokan ke restoran yang berada di daerah pemukiman.

“Kayanya terkenal nih Mbak… banyak yang parkir padahal baru jam 12” Bulan memperhatikan mobil-mobil yang terparkir, sudah ada enam mobil di sana. Untung saja mereka datang di awal sehingga dengan mudah mendapatkan tempat parkir.

“Ayo… kita mesti cepat soalnya jam 1.30 kita harus sudah ada di Descona” Marissa berjalan mendahului Bulan, langkahnya tegas dan cepat. Benar-benar perempuan yang tahu dengan keinginannya.

Setelah memesan makanan, Marissa kembali memandang Bulan dengan lekat, tatapannya melihat ke jari Bulan yang telah mengenakan cincin pertunangan dengan Juno. Tante Nisa yang memasangkannya dulu.

“Kamu bertunangan dengan Juno sudah lama?” ia langsung bertanya to the point. Bulan menghela nafas, ia sudah menyiapkan diri akan diinterogasi.

“Enam bulan kurang… Kak Juno kakaknya Afi teman kuliah aku” jawab Bulan cepat.

“Hmmm kamu semalam gak apa-apa?” Marissa bertanya dengan hati-hati, Bulan tersenyum tipis, sudah ia perkirakan kalau mereka pasti melihatnya diseret ke mobil oleh Juno.

“Engga… cuma gak enak aja jadinya… padahal udah lama gak ketemu” Bulan menunduk, bingung harus bilang apa.

“Hmmm kamu tau cerita soal Juno?” akhirnya Marissa bertanya kembali, Bulan langsung menatap Marissa dengan tajam.

“Tidak… malah aku pengen tanya sama Mbak Icha… soalnya Kak Juno semalam gak mau ngomong apa… dia cuma pengen aku gak kerja di Divisi Konsultan Bisnis… “ jelas Bulan

“Dia bilang gitu… terus kamu jawab apa” Marissa tampak kaget.

“Yah aku bilang kenapa? Toh di divisi ini kan aku kerja sama Mbak Icha , trus Pak Kevin kan suaminya Kak Inneke temennya juga…” jawab Bulan polos. Marissa menunduk dan menarik nafas.

“Jadi kamu gak tau ceritanya yah?” ucapnya seperti berbicara pada diri sendiri. Bulan jadi semakin penasaran.

“Ada apa sih Mbak… tolong kasih tau aku…” pandangan Bulan tampak putus asa. Marissa kembali menarik nafas.

“Aku gak berhak buat ngomong… yang mesti ngomong yah Juno sendiri atau Inneke atau Kevin mungkin..” jawabnya sambil menekuni gelas minum dihadapannya.

“Ada apa sih… Kak Juno itu pacarnya Kak Inne yah dulunya?” Bulan menebak-nebak mendengar jawaban Marissa.

“Kenapa kamu berasumsi seperti itu” Marissa terhenyak.

“Soalnya Kak Juno gak suka aku dekat sama Elma…” Bulan tersenyum kecut, Marissa menggelengkan kepalanya.

“Gila si Juno… dendam dibawa-bawa sampai ke anaknya segala… parah” pembicaraan terhenti saat hidangan makan siang datang.

Bulan menarik nafas, selera makannya langsung hilang. Ternyata kisah percintaannya menjadi rumit karena melibatkan banyak orang di lingkungan kantor. Ternyata benar apa kata orang, jangan menikah sama teman sekantor. Berat… banyak bawa masalah, beda kantor aja bikin pusyiing.

1
Syaiful Amri
teh othor kemana ini?? senggol dikit dong para readers2 ini, biar tau kabar teh othor gimana.?? moga sehat selalu, n masih terus berkarya.
Pudwi
kak kenapa nggak buat cerita baru lagi kak😥😥😥, susah tahu nemu penulis kayak kakak🥺. untuk yang baca komentarku tolong spil penulis yang karyanya bagus 🙏🙏🙏
erna erfiana
bagus banget,paket komplit, recommended buat dibaca.
Mak sulis
bisa dibayangkan perasaan Junaidi, istrinya ada dikamar hotel...pikirannya pasti kalut, salah satunya gara2 pernah diselingkuhi Inge, dan itu pasti bikin trauma, seperti pernah dibilang jangan sampai jatuh ke lubang yg sama..dan Juna masih belum paham aja kalo Bulan itu beda sama Ingge
Mak sulis
bingung kan mbul..mau tantrum tapi sayang proyek perdana masak gak diambil..ini salah satu pengorbanan buat ayang Junaedi ♥️😍
Mak sulis
bulan terlalu polos..cerita diklitik klitik tangannya pake emosi..tumben juga Junaedi gk sumbu pendek..bener2pasangan yg saling melengkapi..kalo satu meledak satu ngademin😍♥️😍
Ida Haedar
buna sukses yah ternyata jd mak comblang ameera dan kakanda angga.
Dini Fitriani
saya suka....saya suka 😀
bunda DF 💞
udah baca bwt yg kesekian kalinya. tteteh ditunggu bgt karya berikutnya. aku sampe bolak balik buka profilnya,, semog segera diberikan keleluasaan waktu bwt nulis lg ya teeh
Mak sulis
pas membaca ulang sambil memutar lagunya new light..duhhh sesuatu banget..serasa ada di ballroom ikut di acara Mbul-Junaedi 😍♥️😍💃🏼🕺🏼🎤🎸🎺🎷🎹🎻
Ida Haedar
weih c ingge tersungging menganggap bulan ikut campur urusan rmh tangga dia, dianya sendiri sok te-u belagu bak pahlawan kesiangan nyecer bulan ga bs ngedukung suami cuma gegara juni ngembaliin mobil yg dibeli nyicil krn bulan ga mau urusan dgn bunga bank. apa namanya kalau dia sendiri ikut campur rmh tangga juno dan bulan.
Laila Umroh
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣🤣
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!